URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 61 users
Total Pengunjung: 6224162 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KREATIFITAS SANTRI
 
   
Ribath yang unik 
Penulis: Mushoffa [ 16/9/2016 ]
 
Di suatu tempat yang terpencil, terdapat sebuah bangunan unik bergaya timur tengah, yang ditempati sekitar dua puluh santri. Para santri langsung dibimbing oleh Ustadz Lutfhi Bashori putra Almukarram KH Bashori Alwi.

Di pondok yang unik ini, para santri siap dicetak menjadi aktifis masa depan, dengan system yang diterapkan oleh pondok . Pondok ini tiada lain adalah RIBATH ALMURTADLA AL-ISLAMI.

Sekalipun Ribath adalah pondok yang mungil, ternyata para santri yang belajar di sana, bukanlah sekedar berasal dari kota Malang dan sekitarnya, namun banyak jugasantri yang berasal dari luar kota, diantaranya dari Jember, Pasuruan, Mojokerto, Blitar dan ada juga yang berasal dari Jawa Barat, tepatnya dari Cirebon, bahkan dari luar pulau Jawa, yaitu Madura, Bali, dan Kalimantan.

Aku merasakan belajar di pondok ini, banyak perbedaan dibanding dengan pondok-pondok yang dulu aku pernah belajar di dalamnya. Selain dari metode pembelajaran yang berbeda, yang lebih asyik lagi adalah situasi di kalangan para santri, lebih kental dalam menjalin ukhuwah, sehingga terjalin satu dengan lainnya bagaikan saudara kandung yang akrab dan saling menghormati, niscaya sebuah keluarga yang tinggal se atap dengan orang tuanya.

Selain keakraban yang terjalin di kalangan santri, pengaruh kepribadian Ustadz Luthfi, yang akrab dipanggil oleh para santrinya dengan sebutan Ammy, sekalipun di kalangan masyarakat terkenal sebagai aktifis muslim yang tegas, dan berani melawan orang-orang yang merusak syariat dan aqidah Islam, namun di kalangan para santri, Ammy sangat menyayangi, perhatian, dan dapat mengayomi mereka, bagaikan seorang ayah yang menyayangi anak kandungnya sendiri.

Saat menjelang adzan subuh dikumandangkan di Masjid Besar Hizbullah, yang terletak tidak jauh dari Ribath, para santri mulai dibangunkan dengan menggunakan bel listrik yang suaranya tidak kalah dengan bel mobil kebakaran yang nyaringnya luar biasa.

Barangkali karena saking kerasnya suara bel itu, nyaris para tetangga sekitarpun ikut terbangun, sekalipun sebagian santri masih ada saja yang asyik menikmati dunia maya alias mimpi, dan aktif memproduksi gambar peta pulau-pulau di bantalnya masing-masing.

Setelah bel berbunyi, ada sebagian santri yang telah bangun, lantas ikut membantu membangunkan teman-temannya dengan cara yang tidak kalah seru, yaitu memukul dan menggebrak almari kayu, tempat menyimpan buku-buku perpustakaan, maka suara dok … dok … dok …, brak… brak …brak … ikut menghiasi seluruh ruangan Ribath.

Mendengar suara berisik inilah maka para santri satu persatu terbangun dan langsung merapikan tempat tidurnya masing-masing, sekalipun dengan mata yang masih merah akibat kantuk berat, serta menahan dinginnya kota Malang.

Medio Pebruari 2009,
Ribath Almurtadla

(pejuangislam)
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Kreatifitas Santri
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam