URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 63 users
Total Pengunjung: 6224165 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
MENGENAL IMAM MUSLIM 
Penulis: Pejuang Islam [ 4/9/2016 ]
 
MENGENAL IMAM MUSLIM

 

Luthfi Bashori

 

Beliau bernama Muslim bin Alhajjaj bin Muslim Alqusyairi Annaisaburi,  dipanggil juga dengan julukan Abul Husain. Beliau lahir di daerah Naisabur tahun 206 Hijriyah. Sejak kecil beliau hidup dalam semangat mencari dan mendalami ilmu Hadits, hingga beliau banyak berkeliling dan keluar masuk satu daerah ke daerah lain, khusus untuk belajar ilmu Hadits dari banyak masyayikh (para guru) kalangan ulama ahli hadits.

Di antara para gurunya dari wilayah Hurasan adalah Syeikh Yahya dan Syeikh Ishaq bin Rahuyah, dari wilayah Rayyi adalah Syeikh Muhammad bin Mihran, dari wilayah Iraq adalah Imam Ahmad bin Hanbal dan Syeikh Abdullah bin Maslamah, dari wilayah Hijaz adalah Syeikh Said bin Mansur dan Syeikh Abi Mus�ib, dari wilayah Mesir adalah Syeikh Amr bin Sawad dan Syeikh Harmalah bin Yahya.

Setelah Imam Muslim berhasil mendalami ilmu Hadits, dan menjadi ulama ahli Hadits terkemuka maka banyak pula murid-murid yang belajar dan sekaligus meriwayatkan hadits-hadits dari Imam Muslim, antara lain : Imam Attirmidzi, Yahya bin Shaid, Muhammad bin Makhlad, Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan, Muhammad bin Ishaq bin Huzaimah, Muhammad bin Abdul Wahhab Albara, Ali bin Alhusain, Makki bin Abdan, dan beberapa ulama ahli hadi lainnya.

Kesibukan Imam Muslim dalam menyampaikan Hadits-hadits Nabi SWA sangatlah padat, di samping beliau tuangkan hafalan Hadits Nabawi dalam karangan kitab Shahih Muslim yang sangat terkenal itu, serta beberapa kitab hadits karangan beliau lainnya, maka beliau juga sibuk mengajarkan langsung kepada para murid yang belajar meriwayatkan Hadits secara lengkap dengan sanad (silsilah riwayat) yang bersambung sampai kepada Rasulullah SAW. Aktifitas ini berlanjut secara istiqamah hingga akhirnya beliau dipanggil oleh Allah di saat-saat masih aktif menyampaikan ilmu warisan Rasulullah SAW itu, tepatnya pada tahun 261 Hijriyyah di Naisabur.

Imam Muslim menghafalkan Hadits Nabi SAW sebanyak 300.000 Hadits beserta sisilah sanadnya. Namun, karena sifat kehati-hatiannya, maka beliau hanya mencantumkan 12.000 Hadsits yang benar-benar beliau nyatakan sebagai hadits shahih dalam kitab Shahih Muslim dengan penelitian yang cukup ketat. Beliau mengikuti syarat-syarat yang dijadikan rujukan oleh salah satu gurunya, yaitu Imam Bukhari pengarang kitab Shahih Bukhari. Hanya saja Imam Muslim lebih menekankan sistem pengarangan kitab yang sangat tertib dalam menyusun bab-babnya, hingga jadilah Kitab Shahih Muslim karangannya ini, sifatnya lebih baik dan lebih rapi, serta memudahkan bagi pembaca dalam metode penulisan dibanding kitab Shahih Bukhari.

Sekalipun Kitab Shahih Muslim mengikuti metode yang lebih modern di saat itu, namun karena kebutuhan terhadap penyesuaian bab-bab yang beliau angkat, mengharuskan terjadinya pengulangan dalam penyebutan Hadits-hadits, yang jika diteliti dengan cermat, maka jumlah Hadits yang tidak terulang di dalam kitab Shahihnya itu hanya 4.000 Hadits saja. Hal semacam ini juga terjadi dalam kitab Shahih Bukhari.

Untuk Hadits-hadits lain yang tidak dicantumkan dalam kitab Shahih Muslim, beliau cantumkan dalam kitab-kitab karangannya yang lain. Dalam pencantuman di kitab-kitab selain Shahih Muslam, maka beliau tidak mensyaratkan dari hadits shahih pilihan, namun dari hadits-hadits yang derajatnya variatif. Sayang sekali kitab-kitab karangan beliau selain kitab Shahih Muslim, jarang dikenal dan kurang dilestarikan oleh umat Islam generasi berikutnya.

Sedikit perbedaan metode penulisan Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, antara lain :

1.       Imam Bukhari dalam memberi judul bab, mayoritas diambil dari potongan hadits tanpa sanad, sedang Imam Muslim mencantumkan sebuah tema sebagai judul, sedangkan materi hadits secara lengkap langsung dicantumkan pada isi bab.

2.       Dibanding Imam Bukhari, maka Imam Muslim lebih memperhatikan definisi nama perawi dan yang hadits diriwayatkan jika terjadi keserupaan, semisal ini adalah lafadznya Polan, atau Polan adalah perawi yang berasal dari Baghdad, dan sebagainya.

3.       Imam Muslim lebih rapi di dalam menyusun bab-bab yang dipilih, dan disesuaikan dengan kebutuhan pembacanya.

4.       Imam Muslim tidak pernah memotong cuplikan Hadits seperti yang dilakukan oleh Imam Bukhari, tetapi selalu menulis sebuah Hadit secara lengkap.

5.       Masih banyak keunggulan Shahih Muslim dari pada Shahih Bukhari dari sisi sistem penulisannya. Namun, sekalipun demikian, para ulama bersepakat bahwa kitab Shahih Bukhari lebih utama dibanding kitab Shahih Muslim karena ditinjau dari tata cara menentukan derajat keshahihan hadits-haditsnya.   Bahkan para ulama dan seluruh umat Islam bersepakat bahwa kitab yang paling shahih setelah kitab suci Alquran adalah kitab Shahih Bukhari, baru kemudian kitab Shahih Muslim pada urutan berikutnya.

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: asep saefudin  - Kota: Cirebon
Tanggal: 3/1/2013
 
asslamualaikum wr.wb
bagaimana cara menghilngkan kebiasaan buruk sya ?
mnta pnjelasannya

terimakasih . 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Minimal mendekatlah kepada orang2 shaleh. Coba sering datang di majelis pengajian Ahad pagi di Jagasatru Cirebon, mudah2an dapat kenalan orang2 shaleh yang dapat mempengaruhi gaya hidup akhi akan lebih baik.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam