Syiah Bukanlah Ajaran Ahlulbait dan
Ajaran Ahlulbait Bukanlah Syiah
Zein Abdullah Ba`abud
Penganut Syiah kerap kali mengatasnamakan ajaran mereka sebagai ajaran Ahlulbait yang suci. Bahkan mereka mengklaim bahwa hanya ajaran mereka saja yang mengikuti dan mencintai ahlulbait, sedangkan ajaran yang lainya enggan mengikuti dan mencintai Ahlulbait (keluarga) Nabi SAW.
Ahlulbait adalah keluarga Nabi Muhammad SAW, yang mana istilah Ahlulbait itu sendiri disebutkan di dalam Alquran dalam surat al-Ahzab ayat 33:
إنما يريد الله ليُذهب عنكم الرجس أهل البيت ويُطهّركم
تطهيراً
“Sesungguhnya allah SWT berkehendak untuk menghilangkan dosa dosa dari kalian Ahlulbait dan mensucikan kalian sesuci-sucinya”
Ayat ini dikenal dengan ayat tathiir, setelah turunya ayat ini maka Rasulullah SAW mengambil kisa’ (kain sejenis selimut) lantas beliau SAW memanggil sang putri, Siti Fathimah dan suaminya, Imam Ali bin Abi Thalib serta kedua putra mereka, yaitu Imam Hasan dan Imam Husein Radiallahu `anhum. Maka Nabi merangkul mereka berempat dalam kisa’ tersebut seraya bersabda:
اَللَّهُمَّ هَؤُلاَء أَهْلُ بَيْتِي ، أَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيْر.
“Ya Allah mereka lah Ahlulbaitku maka hilangkan kotoran-kotoran dari mereka dan sucikan mereka sesuci sucinya”
Maka sesuai hadist ini, yang dimaksud Ahlulbait di sini adalah Ahlul kisa’ yaitu: St.Fathimah. Sy. Ali bin Abi Thalib, Sy. Hasan dan Sy. Husein dan semua keturunannya.
Rasulullah SAW sangat menekankan kita, sebagai umat Islam untuk mencintai, meneladani dan mengikuti Ahlulbaitnya, bahkan di antara wasiat Nabi SAW yang sudah tidak asing lagi adalah sabda beliau SAW:
إنىي تارك فيكم امرين الثقلين كتاب الله و إترتي اهل بيتي ما إن تمسكتم بهما لن تضلوا بعدي ابدا
“ Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang penting yaitu kitaballah (Alquran) dan itrahku (anak cucuku/ahlulbaitku) yang mana apabila kalian berpegang teguh pada keduanya maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya.”
Di dalam hadits yang lain beliau SAW besabda:
ألا إن مثل أهل بيتي فيكم مثل سفينة نوح من ركبها نجا ومن تخلف عنها غرق
“Ketahuilah permisalan Ahlulbaitku adalah ibarat bahtera Nabi Nuh siapa saja yang menaikinya (mengikutinya) maka akan selamat sedangkan yang meningalkanya maka akan tenggelam (tidak selamat)”.
Bahkan masih banyak sekali hadist-hadist Nabi SAW yang menekankan ummatnya untuk mengikuti dan mencintai Ahlulbaitnya. Hadist-hadist itu diriwayatkan dalam kitab-kitab hadist pegangangan utama Ahlusunnah wal jamaah seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan lain sebagainya.
Hal ini menandakan bahwa mengikuti dan mencintai Ahlulbait Nabi SAW adalah salah satu asas aqidah Ahlusunnah wal jamaah. Bahkan para ulama Ahlus sunnah wal jamaah telah mengambil peran sangat penting dalam melestarikan ajaran Islam terhadap kewajiban mencintai Ahlulbait. Imam Syafi`i ra. Sebagai salah seorang Imam panutan Ahlusunnah walm jamaah mengatakan:
يا آل بيت رسول الله حبكم # فرض من الله في القرآن أنزله
يكفيكم من عظيم الفخر أنكم # من لم يصل عليكم لاصلاة له
“ Wahai Ahlulbait Rasulillah, cinta kepada kalian adalah wajib hukumnya sebagaimana yang tertera dalam Alquran yang diturunkanya”
“Cukuplah kebanggaan bagi kalian (Ahlulbait) siapa yang di dalam shalatnya tidak menyertakan shalawat kepada kalian maka tidak sah shalatnya itu”
Bahkan konon, karena kecintaan Imam Syafi`i terhadap Ahlulbait, beliau sempat dituduh Rafidhah (Syiah) oleh orang-orang Nashibi (kelompok pembenci Ahlulbait). Hingga beliau diadili dan dilarang untuk memuji-muji Ahlulbait maupun menganjurkan orang untuk mencintai Ahlulbait Nabi SAW. Namun dengan tegas Imam Syafi`i menjawab:
إن كان رفضاً حب آل محمد فليشهد الثقلان أني رافضي
“Apabila mencintai Ahlulbait Nabi itu dikatakan Rafidhah (Syiah) maka saksikanlah wahai bangsa Jin dan manusia bahwa aku adalah Rafidhah”
Suatu hal yang tidak mungkin Imam Syafi`i itu menganut ajaran Rafidlah (Syiah). Karena istilah Rafidhah itu adalah sebuah julukan bagi kaum yang membenci para Sahabat Nabi ra. Jadi ungkapan Imam Syafi`i di atas bukan pengakuan beliau menjadi Rafidhah, karena Imam Syafi`i sangat menjunjung tinggi rasa cinta beliau kepada para Sahabat Nabi ra.
Namun beliau menegaskan bahwa kecintaan kepada Ahlulbait Nabi itu bukanlah ajaran Syiah, melainkan hal itu memang kewajiban bagi setiap muslim. Sedangkan kecintaan kaum Syiah kepada Ahlulbait hanyalah sebagai kedok untuk mengelabuhi umat Islam belaka.
Maka jelas bahwa Ahlusunnah wal jamaah adalah golongan yang sangat menjunjung tinggi dan mencintai Ahlulbait Nabi SAW sekaligus mencintai para sahabat beliau SAW. Hal ini terbukti juga dengan fakta yang ada, bahwa mayoritas Ahlulbait yang ada di dunia saat ini (atau lebih mudah dikenal dengan dzurriah / anak cucu Rasulullah saw) mayoritas adalah dari kalangan Ahlusunnah wal jamaah. Karena memang sejatinya ajaran para Ahlulbait mulai dari Imam Ali bin Abi Thalib yang diambil langsung dari Rasulullah SAW adalah ajaran yang sekarang dilestarikan oleh para ulama Ahlusunnah waljamaah itu sendiri.
Adapun ajaran Syiah adalah sebuah ajaran yang jauh dari cahaya kebenaran. Hanya saja mereka mengatasnamakan ajaran Ahlulbait tetapi sejatinya jauh menyimpang dari apa yang diajarkan para pemuka Ahlubait itu sendiri.
Pada mulanya ajaran Syiah ini sengaja dimunculkan oleh musuh-musuh Islam untuk menghilangkan dan mengubur ajaran Islam yang diperjuangkan oleh Nabi SAW.
Setelah Rasulullah wafat, maka ajaran Islam yang beliau emban, tertanam pada murid-murid langsung beliau SAW, yang tiada lain adalah para Sahabat Nabi radhiallahu ta’ala anhum. Maka musuh-musuh Islam berpikir bagaimana caranya dapat memadamkan cahaya keislaman dengan berbagai cara.
Sehingga ada seorang Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’. yang berinisiatif untuk mengelabui umat Islam dengan tujuan mengubur ajaran agama Islam. Dia memanfaatkan perselisihan antara Imam Ali ra. dengan Sahabat Muawiyah pada masa fitnah.
Abdullah bin Saba’ mengatasnakan diri sebagai pembela Imam Ali ra.. Bahkan mengajak masyarakat awam dari berbagai penjuru untuk mengagung-agungkan Imam Ali ra secara berlebihan dan melampaui batas. Tak jarang Abdullah bin Saba` dengan para pengikutnya yang nyaris menuhankan Imam Ali ra.
Di samping itu dia sengaja mempengaruhii umat Islam dengan menagatakan bahwa para sahabat Nabi (yang bukan Ahlulbait) mayoritasnya adalah para pengkhianat dan pembohong yang memusuhi serta mendzalimi Ahlulbait Nabi.
Dengan tujuan, ketika masyarakat awwam tidak lagi percaya kepada sahabat Nabi, maka semua yang dikatakan oleh sahabat Nabi, tentang ajaran Islam yang mereka dapatkan langsung dari Rasulullah SAW adalah sebuah berita (ajaran) yang tidak valid, karena pembawa beritanya dari kalangan pengkhianat atau pembohong, maka mereka harapkan dengan sendirinya ajaran Islam akan terkikis.
Karena getolnya Abdullah bin saba’ dan para pengikutnya membohongi umat, maka orang Islam yang tidak mengenal pribadi para sahabat Nabi SAW banyak yang tertipu. karena percaya bualan Abdullah bin saba’ .
Sejak itu mulailah muncul sekelompok orang yang membenci para shabat Nabi SAW, bahkan sampai berani melaknat serta menkafirkan para sahabat Nabi SAW, dengan dalih untuk membela hak Ahlulbait Nabi yang suci yang selama ini didhalimi oleh para sahabat.
Ketika berita ini sampai di telinga Imam Ali bin abi Thalib ra, maka Imam Ali ra marah besar dan sangat murka kepada Abdullah bin saba’ yang membodohi umat Islam dengan kedok mencintai Ahlulbait, apalagi Abdullah bin Saba` dan para pengikutnya membuat cerita-cerita palsu tentang pengkhianatan para sahabat kepada Nabi SAW dan Ahlulbaitnya. Padahal hakikatnya para sahabat itu sangat menghormati dan mencintai Nabi SAW dan Ahlulbait Nabi. Begitu juga sebaliknya para Ahlulbait juga sangat mencintai dan menghormati para Sahabat Nabi SAW.
Sehinga saat itu Imam Ali ra berusaha menumpas paham yang diajarkan oleh Abudullah bin Saba’ tersebut. Namun sayangnya walaupun Abdulllah bin Saba’ sudah tidak dipercaya lagi oleh kaum muslimin, namun paham-paham sesatnya masih ada yang tersisa, dan saat ini dihembuskan lagi oleh para pengikut aliran sesat Syiah Imamiyah yang berpusat di negara Iran.
Pada masa kekuasan khilafah Bani Umayyah, yang mana kebanyaaan dari khalifahnya adalah pemimpin yang bengis dan dzalim dan membenci Ahlulbait Nabi SAW, bahkan tidak segan-segan ada pemimpin dari Bani Umayyah yang membantai Ahlulbait Nabi SAW yang suci, hal itu mereka lakukan karena khawatir titisan-titisan Rasulullah (Ahlulbait) tersebut dapat membahayakan kekuasaan mereka.
Melihat kedzaliman dan kekejaman rezim Umayyah terhadap ummat Islam, dan khususnya kepada Ahlulbait Nabi SAW, maka semakin timbul rasa cinta umat Islam yang mendalam kepada keluarga Nabi SAW yang didzalimi tersebut. Namun yang patut disayangkan saat itu masih ada sebagian dari umat yang terpengaruh oleh paham-paham yang konon dihembuskan oleh Abdullah bin Saba’ yang mengaku sebagai pengikut ahlulbait, bahkan sebagai pecinta Ahlulbait, namun tetap dibumbui dengan membenci bahkan melaknat para sahabat Nabi SAW.
Lagi-lagi mereka mengarang cerita-cerita palsu yang masuk akal, sebagaimana yang dilakukan oleh Abdullah bin Saba’ mengenai kedzaliman para sahabat Nabi SAW, khususnya Khalifah Abubakar dan Khalifah Umar yang mereka gambarkan sebagai orang yang sangat memusuhi Imam Ali dan St. Fathimah.
Dengan situasi kedzaliman rezim Umayyah kepada Ahlulbait yang memang benar-benar terjadi di zaman itu, maka berkembanglah warisan paham Abdullah bin Sab` ini dengan bumbu-bumbu tambahan dari para pemuka-pemukanya, yang tidak segan-segan membuat-buat riwayat dan ajaran palsu dengan mencatut nama imam-imam Ahlulbait, untuk mendukung penyimpangan mereka. Dari sinilah terbentuk ajaran Syiah yang berkembang hingga saat ini bahkan sudah mulai mempengaruhi dan mengelabui umat Islam di Indonesia dengan modus yang sama.
Adapun ajaran Syiah yang saat ini dipaksa-paksakan masuk ke Indonesia oleh bangsa Iran dengan berbagai cara, khususnya sejak terjadi revolusi Iran, adalah Syiah Imamiyah Itsna`asyariyah, yang memiliki perbedaan-perbedaan keyakinan yang sangat mendasar dengan aqidah umat Islam.
Di antaranya. Syiah Imamiyah berkeyakinan bahwa sepeninggal Rasulullah SAW, maka seluruh sahabat Nabi itu menjadi murtad kecuali tiga orang saja yaitu: Miqdad bin Al-aswad, Salman Alfarisi dan Abudzar Alghifari. Termasuk yang murtad di dalamnya menurut Syiah Imamiyah adalah: Sy.Abubakar, Sy. Umar, Sy. Ustman dan masih banyak lagi dari para Sahabat Nabi yang sangat dihormati oleh Umat Islam.
Selain itu Syiah Imamiyah juga tidak meyakini keotentikan Alquran, mereka menganggap Alquran yang ada sekarang ini sudah banyak mengalami pemalsuan dengan cara penambahan dan pengurangan oleh Sy. Ustman.
Mereka menganggap Alquran yang asli itu banyak menerangkan tentang kemulian dan ketinggian derajat Ahlulbait, serta kemunafikan orang-orang yang menjadi penghkianat perampas hak Ahlulbait. Sedangkan yang dimaksudkan tidak lain adalah para Sahabat Nabi radhiallahu ta’ala anhum. Sampai-sampai ada seorang pembesar Syiah Imamiyah yang bernama Husain bin Muhammad taqyunnuru Atthabarsi mengarang sebuah kitab yang berjudul Faslul khitab fi tahrifi kitabi rabbil arbaab, yang artinya: Pembahasan khusus mengenai tahrif (perubahan) dalam Alquran.
Selain keterangan di atas masih banyak lagi perbedaan dasar antara ajaran Syiah Imamiyah dengan aqidah umat Islam yang tidak mungkin diuluas satu persatu di sini.
Konon di negara Iran, pada mulanya paham Syiah Imamiyah ini hanya diikuti komunitas-komunitas kecil tak berarti yang tidak mempunyai kekuatan dan dukungan maupun tokoh yang berbobot. Karena pembesar-pembesar Ahlulbait sendiri yang diklaimi sebagai sumber ajaran Syiah Imamiyah ini menentang paham tersebut. Namun ketahanan umat Islam dalam menghadapi serangan ajaran Syiah itu mulai sedikit pupus pada masa berdirinya dinasti Shafawiyah di bumi Persia (Iran).
Dinasti Shafawiyah adalah sebuah dinasti yang awalnya adalah sebuah thariqah yang dipimpin oleh seorang persia berpaham Syiah Imamiyah yang bernama Safiaddiin (1252-1334 M). Ketika pengikutnya bertambah banyak maka Safiaddin mendirikan sebuah kerajaan yang cukup kuat di Persia (Iran) dan memaksakan seluruh rakyatnya untuk berpaham Syiah Imamiyah, bahkan tidak segan-segan menumpas dan membunuh rakyatnya yang tidak mau mengikuti paham Syiah Imamiyah.
Dengan getolnya dinasti Syafawiyah memaksakan ajaran Syiah ke berbagai penjuru Persia (Iran) menimbulkan keperdulian para pembesar Khilafah Ustmaniyah yang berpusat di Turki yang berpaham Ahlusunnah wal jamaah untuk bangkit membela umat Islam Ahlussunnah wal Jamaah
Maka terjadilah konflik yang cukup sengit dan panjang antara dinasti shafawiyah (Syiah Iran) dan para pengikut Khilafah Ustmaniyah (Sunni). Sehingga tercatat dalam sejarah bahwa dinasti Shafawiyah adalah musuh bebuyutan khilafah ustmaniyah disebabkan pemaksaan penyebaran ajaran Syiah oleh dinasti Shafawiyah tersebut.
Maka tidak heran apabila Negara Iran yang ada saat ini, hampir seluruh penduduknya berpaham Syiah imamiyah. Ini tiada lain adalah peninggalan dari dinasti Syafawiyah yang konon memaksa seluruh rakyatnya untuk berpaham Syiah.
Saat ini khususnya pasca revolusi Islam Iran pada tahun 1978, sebuah revolusi dari seorang pemimpin Syiah sekuler, Syah Muhammad reza Pahlevi digulingkan oleh Khomeini seorang Syiah Fanatik yang berjuang mengembalikan Iran menjadi Negara syiah yang fanatik seperti pada masa kekuasaan dinasti Syafawiyah terdulu.
Maka saat ini pula Iran kembali getol menyebarkan paham Syiah Imamiyah ke seluruh dunia. Termasuk dari target utamanya adalah Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Jadi sudah jelas, bahwa ajaran Syiah sama sekali bukanlah ajaran Ahlulbait dan ajaran Ahlulbait bukanlah Syiah. Maka umat islam harus waspada dengan propaganda mereka yang mengatasnamakan ahlulbait dalam misnya. Ahlulbait yang berda’wah dan menyebarkan agama Islam di Indonesia adalah para Walisongo dan para habaib (istilah untuk anak cucu Nabi) yang datang dari Hadhramut Yaman, yang mana mereka semua berpaham Ahlusunnah waljamaah. Mereka bukan dari Iran yang notabene `ajam (non Arab) dan berpaham Syiah Imamiyah.
Semoga seluruh umat Islam Indonesia pada umumnya tidak terkelabui oleh paham Syiah Imamiyah iraniyah, dan semoga umat Islam Indonesia tetap berjalan pada ajaran para pendahulunya yang istiqamah berpegang teguh terhadap ajaran Nabi SAW, keluarga dan para sahabatnya.
______________________________________________________________________
Makalah ini disampaikan pada kegiatan Pelatihan Sarasehan Aqidah Aswaja program Qisim Dakwah Haiah Asshofwah di PP. Nurul Haramain Pujon, oleh Zein bin Abdullah Ba`abud, asal Lawang, yaitu santri Ribath Almurtadla Singosari yang menjadi anggota Hawari Haiah Asshofwah.