ANA SAYYIDUN NAASI YAUMAL QIYAMAH
Luthfi Bashori
Aku adalah sayyid/tuannya semua orang kelak di hari Qiamat. Kalimat inilah arti dari judul di atas yang konon disabdakan oleh Nabi SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Pengakuan jujur dari seorang Nabi yang ditakdirkan sebagai penyandang buta huruf, namun jurtru sifat buta hurufnya itu adalah sebagai bukti mukjizat kenabian beliau Nabi kita, Sayyidina Muhammad SAW.
Jika saja Nabi SAW ditakdirkan sebagai figur yang pandai membaca dan menulis, maka tentunya keyakinan bangsa Arab kala itu tidak mudah ditaklukkan. Karena di jaman itu, begitu gencarnya kalangan budayawan dan sartrawan yang berlomba-lomba menciptakan syair-syair indah untuk disuguhkan kepada kkhalayak. Artinya, dengan kepandaian seseorang dalam membaca dan menulis karya sastra menandakan banyaknya dan mudahnya rujukan dan literatur yang dapat diakses oleh masyarakat, termasuk keberadaan kitab-kitab suci milik agama-agama yang berkembang saat itu.
Karena, jika Nabi SAW tidak buta huruf, maka keberadaan ayat-ayat Alquran sebagai wahyu Allah yang diturun kepada beliau SAW, tentu akan dituduh dengan mudah sebagai hasil nukilan dan gubahan dari kitab-kitab suci milik agama-agama yang ada, ataupun saduran dari literatur-literatur lainnya.
Namun, betapa takjubnya bangsa Arab saat itu, tatkala Nabi SAW yang buta huruf itu, justru dapat menyampaikan wahyu Ilahi, ayat demi ayat Alquran yang diajarkan oleh Malaikat Jibril itu di hadapan khalayak, dengan bahasa sastra Alquran yang sangat tinggi nilainya, hingga memukau dan memikat hati bagi para budayawan dan kalangan sastrawan yang mendengarnya. Itulah salah satu bukti mukjizat kenabian Rasulullah SAW dalam bidang tata bahasa dan satra.
Kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad SAW yang ditinjau dari mukjizat lainnya pun tidak dapat dipungkiri oleh umat. Karena dengan sifat kebutahurufannya itu, beliau sering menyampaikan berita ghaib, yang tidak mudah dicerna oleh kemampuan mata kasat maupun hati dan akal telanjang, kecuali bagi orang-orang yang di dalam dirinya dipenuhi oleh rasa keimanan yang sempurna.
Sebut saja dalam menyikapi sabda Nabi SAW : Ana sayyidun naasi yaumal qiyamah (aku adalah sayyid/tuannya semua orang kelak di hari Qiyamat). Bagi kalangan yang hatinya dipenuhi keimanan kepada kebenaran sabda beliau SAW, yang dilegitimasi oleh Alquran, la yanthiqu anil hawa in huwa illa wahyun yuha (tidaklah beliau SAW itu berbicara dari hawa nafsu diri pribadinya, namun seluruh ucapannya adalah berasal dari wahyu yang diturunkan oleh Allah), maka bagi kalangan yang beriman ini, tentu tidak ada sedikitpun rasa keberatan untuk menyatakan:
Wahai Rasulullah, engkau adalah sayyid/tuan kami di dunia maupun di akherat.
Engkau adalah Sayyidina dan Maulana Muhammad SAW, pemimpin umat segala jaman.
Allahumma shalli ala sayyidina muhammad wa ala ali Sayyidina Muhammad, washahbihi wattabiin.