URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 6 users
Total Hari Ini: 408 users
Total Pengunjung: 6224552 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
MENU IKAN HIAS JENIS ARWANA IRIAN  
Penulis: Pejuang Islam [ 25/11/2011 ]
 
MENU IKAN HIAS JENIS ARWANA IRIAN

 Luthfi Bashori



Sekedar anekdot untuk hiburan pembaca.
Seminggu yang lalu, kami pergi ke Pasar Ikan Gunung Sari Surabaya untuk membeli ikan arwana jenis Irian. Kebetulan kami mendapatkan ikan dengan panjang hampir setengah meter, dan harganya cukup miring dibanding ukuran harga standar di Malang. Kami beli dengan harga sebesar Rp 600.000,-

Di sisi lain, kami sedang membangun akuarium yang menempel di tembok seluas 2x2x1 meter di Pesantren Ribath Almurtadla, yang ternyata hingga hari ini pembangunannya belum tuntas karena masih ada sedikit kebocoran.



Nah, atas saran tukang akuarium ikan arwana itu sebaiknya diletakkan di salah satu kamar mandi Ribath yang untuk sementara waktu tidak boleh dimanfaatkan oleh santri. Kami setuju dan kami pilih kamar mandi yang berada di ruang garasi mobil Ribath.

Pada bagian kolam kamar mandi itu kami setting dengan pasangan aksesoris yang dibutuhkan oleh akuarium. Sehingga sekalipun panjang ikan hampir setengah meter, namun tetap tampak sehat dan gesit berada di kolam kamar mandi yang luasnya hanya 1x1x1 meter.



Sudah hampir seminggu ikan itu berada di kamar mandi garasi Ribath. Kebetulan semua anak-anak kami sudah pernah melihat ikannya walaupun hanya sejenak kecuali istri kami. Sekalipun belum pernah melihat langsung, namun istri kami sering menyatakan ikut senang seperti juga anak-anak kami atas keberadaan ikan arwana calon penghuni akuarium itu.

Bahkan kami juga sudah membelikan beberapa ekor jangkrik  untuk pakan arwana serta menyiapkan ikan gatul (kecil) yang jumlahnya cukup banyak. Alhamdulillah dalam seminggu ini menu yang kami hidangkan itu, selalu disantap oleh arwana kami dengan lahap.



Kamar mandi yang berada di garasi itu tempatnya agak tertutup oleh situasi bangunan, hingga menyebabkan jarang didatangi oleh keluarga maupun para santri. Kami sendiri hanya kadang-kadang saja melewati kamar mandi tersebut.


Tiba-tiba datang musibah di waktu bakda shalat Subuh tadi pagi, Kamis tgl 24 November 2011. Tatkala kami dan seorang santri melewati kamar mandi garasi Ribath, tanpa sengaja kami mendapati ikan arwana milik kami itu rupanya tidak betah berada di air kolam kamar mandi garasi, hingga ia loncat ke keramik lantai dasar, dan kami temui sudah tampak loyo.



Karena kaget melihat kondisi ikan arwana itu, maka kami menghubungi seorang teman yang tidak jauh dari Ribath Almurtadla. Seorang teman yang kami kenal cukup ahli dalam bidang perawatan ikan hias. Maka atas persetujuannya pagi itu pula kami kirim ke UGD milik teman tersebut.

Tapi, apa boleh dikata, ana uriid (aku ingin), anta turiid  (engkau ingin), nahnu nuriid (kita ingin), wallahu fa`aalul limaa yuriid (tapi Allah adalah Dzat yang menentukan apa yang yang Dia kehendaki).  Ternyata Allah menghendaki hal yang lain, Allah mengirimkan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa ikan arwana milik kami itu, hingga akhirnya wafat dalam perjalanan menuju UGD. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.



Akhirnya, demi menghormati istri yang belum pernah melihat bentuk ikannya, serta menjaga perasaan anak-anak kami yang relatif masih kecil-kecil, namun sudah menampakkan kesenangan hati mereka terhadap ikan arwana pembelian kami itu, maka kami berusaha menego teman kami itu agar merahasiakan musibah ini kepada siapapun, khususnya kepada keluarga.

Bahkan teman baik kami itu menawarkan jasa penggorengan di rumahnya dan kami pun setuju.

Karena pusing memikirkan kejadian itu, maka  pagi itu kami coba melampaiskannya dengan tidur qailulah (sejenak).

Pada saat menjelang dhuhur, tiba-tiba istri masuk ke kamar dan membangunkan kami seraya mengatakan: Abi, bangun, ini looh ada kiriman ikan goreng, bahkan ada tahu gorengnya juga (rupanya bonus belasungkawa, pen) dari teman Abi ! Oh ya, kemaren saya ketemu istrinya teman Abi itu, katanya mau ada kemantenan saudaranya, mungkin kiriman ini termasuk selamatannya kali.. !



Dengan masih dalam suasana duka cita, kami bangun sambil tersenyum, dan kebetulan sejenak kemudian terdengar suara adzan memanggil waktu shalat, dan kami mengatakan ringkas kepada istri: Alhamdulillah, kiriman berkat selamatannya disiapkan saja untuk makan siang bersama keluarga, sambil menunggu anak-anak kita pulang sekolah !



Kemudian kami pribadi bergegas menuju mushalla pesantren Ribath untuk  jamaah shalat dhuhur dengan para santri. Begitu anak-anak kami sudah datang dari sekolah, maka kami sekeluarga makan siang bersama dengan menu ikan arwana sepanjang setengah meter itu.
Semua anggota keluarga menyantap menu makan siang dengan lahapnya.  Namun, sekalipun kami sendiri makan dengan lahap,  kami tetap jaga rahasia di depan keluarga.

Untung saja  istri kami belum tahu dengan persis bagaimana bentuk ikan arwana milik kami itu, sehingga tidak menaruh curiga sama sekali atas ikan yang menjadi bonus menu makan siang hari ini.

Nah, sekarang kami menjadi bingung mencari pengganti ikannya, karena seluruh keluarga tampaknya sangat senang terhadap keberadaan ikan arwana yang kami beli di Surabaya itu.

Maka, sejak siang tadi, kami berusaha pesan ikan yang serupa, sampai-sampai  kami menelpun penjual ikan hias keliling di Blitar yang sering datang ke pasar ikan Splindit Malang.



Uniknya, sampai berita ini kami tulis, keluarga tetap menyangka jika ikan arwana milik kami itu masih hidup dan berada di kamar mandi garasi mobil pesantren Ribath Almurtadla.

Kami bertekad, secepatnya akan berusaha menyenangkan hati keluarga dengan mencari penggantinya, tanpa mereka harus tahu rasa duka cita yang mendalam sedang melanda hati kami.


   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Ahmad alQuthfby  - Kota: Probolinggo
Tanggal: 21/12/2011
 
kemuliaan akhlaq, selalu menjaga perasaan org lain, lebih2 istri dan anak 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Demikian itu termasuk ajaran Islam yang mulia.

2.
Pengirim: Muthoin Tsamma Amiin  - Kota: Nanga Pinoh (Kalimantan Barat)
Tanggal: 16/9/2012
 
Asswrwb Pak Ustad Luthfi, Semoga Pak Ustadz dalam lindungan Allah Ta'ala aamiin... (Semoga antum juga mendoakan ana... Aamiin)..
Afwan, ada dua hal yang ini saya tanyakan...
1. Seputar memelihara hewan peliharaan (Ikan, burung, dll)... Katanya kalau kita memelihari hewan tersebut tanpa ada pasangannya (jantan dan betina) maka kita termasuk dholim kepada hewan tersebut. Seperti kisah ikan arwana tersebut kalau saya tangkap cuma satu yang mau dipelihara ??!?!?!? so?? mungkin ana salah... Afwan....
2. Apa itu tidur qoilullah Pak Ustadz?? manfaatnya?? syukran atas penjelasannya...
Wasswrwb... 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Pernikahan seseorang saja perlu proses panjang untuk mendapat jodoh, bahkan ada yang tetap jomblo sekalipun usianya sudah mendekati lima puluh tahun. Apalagi dalam dunia binatang, tentu ada tanda-tanda yang dapat diketahui oleh ahlinya kapan binatang jenis tertentu itu saatnya kawin.

Di aquarium pesantren Ribath Almurtadla saat ini ada ikan Gurame Hias yang jantan panjangnya sekitar setengah meter, sedangkan yang betina lebih pendek, dan usianya sekitar lima tahun. Tepat hari ini tanggal 17 Sept 2012 kedua ikan tersebut dipisahkan untuk sebuah kepentingan dalam urusan dunia perikanan.

Hukum boleh dan tidak boleh di dalam syariat itu ada dua kajian, yaitu kajian fiqih dan kajian tasawwuf. Kajian fiqih umumnya lebih ringan daripada kajian tasawwuf. Maksudnya sesuatu yang hukum boleh menurut fiqih belum tentu boleh menurut tasawwuf.

Contoh : Hukum lelaki membuka rambut kepalanya itu boleh menurut fiqih dan tidak berdosa, karena rambut lelaki itu bukan termasuk aurat yang wajib ditutupi. Namun dalam kajian tasawwuf, bilamana ada seorang lelaki itu membuka rambut kepalanya (tidak ditutupi) maka ia tergolong fasiq/ahli maksiat dan berdosa kepada Allah.

Karena itu jika ada tokoh Islam yang tidak pernah berpeci dan membiarkan rambut kepalanya terbuka lantas mengaku dirinya sebagai wali kekasih Allah, pasti akan ditolak oleh para ulama ahli tasawwuf, contoh kongktrinya adalah figur Gusdur yang dalam kesehariannya tidak pernah menutup rambut kepalanya, namun dianggap wali oleh masyarakat awwam. Jelas hal ini akan ditolak oleh kalangan ulama ahli tasawwuf sejati.

3.
Pengirim: Muthoin Tsamma Amiin  - Kota: Nanga Pinoh (Kalimantan Barat)
Tanggal: 17/9/2012
 
Asswrwb Pak Ustadz Luthfi,
Syukron atas pencerahannya Pak Ustadz.... Tapi maaf Pak... Untuk pertanyaan tentang Tidur Qoilullah belum Pak Ustadz jawab.... Afwan...
Wasswrwb 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Qailulah adalah tidur sejenak di pagi hari. Adakalanya waktunya menjelang shalat Subuh, karena malamnya melaksanakan qiyamul lail (shalat malam), atau di waktu Dhuha.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam