MENU IKAN HIAS JENIS ARWANA IRIAN
Luthfi Bashori
Sekedar anekdot untuk hiburan pembaca.
Seminggu yang lalu, kami pergi ke Pasar Ikan Gunung Sari Surabaya untuk membeli ikan arwana jenis Irian. Kebetulan kami mendapatkan ikan dengan panjang hampir setengah meter, dan harganya cukup miring dibanding ukuran harga standar di Malang. Kami beli dengan harga sebesar Rp 600.000,-
Di sisi lain, kami sedang membangun akuarium yang menempel di tembok seluas 2x2x1 meter di Pesantren Ribath Almurtadla, yang ternyata hingga hari ini pembangunannya belum tuntas karena masih ada sedikit kebocoran.
Nah, atas saran tukang akuarium ikan arwana itu sebaiknya diletakkan di salah satu kamar mandi Ribath yang untuk sementara waktu tidak boleh dimanfaatkan oleh santri. Kami setuju dan kami pilih kamar mandi yang berada di ruang garasi mobil Ribath.
Pada bagian kolam kamar mandi itu kami setting dengan pasangan aksesoris yang dibutuhkan oleh akuarium. Sehingga sekalipun panjang ikan hampir setengah meter, namun tetap tampak sehat dan gesit berada di kolam kamar mandi yang luasnya hanya 1x1x1 meter.
Sudah hampir seminggu ikan itu berada di kamar mandi garasi Ribath. Kebetulan semua anak-anak kami sudah pernah melihat ikannya walaupun hanya sejenak kecuali istri kami. Sekalipun belum pernah melihat langsung, namun istri kami sering menyatakan ikut senang seperti juga anak-anak kami atas keberadaan ikan arwana calon penghuni akuarium itu.
Bahkan kami juga sudah membelikan beberapa ekor jangkrik untuk pakan arwana serta menyiapkan ikan gatul (kecil) yang jumlahnya cukup banyak. Alhamdulillah dalam seminggu ini menu yang kami hidangkan itu, selalu disantap oleh arwana kami dengan lahap.
Kamar mandi yang berada di garasi itu tempatnya agak tertutup oleh situasi bangunan, hingga menyebabkan jarang didatangi oleh keluarga maupun para santri. Kami sendiri hanya kadang-kadang saja melewati kamar mandi tersebut.
Tiba-tiba datang musibah di waktu bakda shalat Subuh tadi pagi, Kamis tgl 24 November 2011. Tatkala kami dan seorang santri melewati kamar mandi garasi Ribath, tanpa sengaja kami mendapati ikan arwana milik kami itu rupanya tidak betah berada di air kolam kamar mandi garasi, hingga ia loncat ke keramik lantai dasar, dan kami temui sudah tampak loyo.
Karena kaget melihat kondisi ikan arwana itu, maka kami menghubungi seorang teman yang tidak jauh dari Ribath Almurtadla. Seorang teman yang kami kenal cukup ahli dalam bidang perawatan ikan hias. Maka atas persetujuannya pagi itu pula kami kirim ke UGD milik teman tersebut.
Tapi, apa boleh dikata, ana uriid (aku ingin), anta turiid (engkau ingin), nahnu nuriid (kita ingin), wallahu fa`aalul limaa yuriid (tapi Allah adalah Dzat yang menentukan apa yang yang Dia kehendaki). Ternyata Allah menghendaki hal yang lain, Allah mengirimkan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa ikan arwana milik kami itu, hingga akhirnya wafat dalam perjalanan menuju UGD. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Akhirnya, demi menghormati istri yang belum pernah melihat bentuk ikannya, serta menjaga perasaan anak-anak kami yang relatif masih kecil-kecil, namun sudah menampakkan kesenangan hati mereka terhadap ikan arwana pembelian kami itu, maka kami berusaha menego teman kami itu agar merahasiakan musibah ini kepada siapapun, khususnya kepada keluarga.
Bahkan teman baik kami itu menawarkan jasa penggorengan di rumahnya dan kami pun setuju.
Karena pusing memikirkan kejadian itu, maka pagi itu kami coba melampaiskannya dengan tidur qailulah (sejenak).
Pada saat menjelang dhuhur, tiba-tiba istri masuk ke kamar dan membangunkan kami seraya mengatakan: Abi, bangun, ini looh ada kiriman ikan goreng, bahkan ada tahu gorengnya juga (rupanya bonus belasungkawa, pen) dari teman Abi ! Oh ya, kemaren saya ketemu istrinya teman Abi itu, katanya mau ada kemantenan saudaranya, mungkin kiriman ini termasuk selamatannya kali.. !
Dengan masih dalam suasana duka cita, kami bangun sambil tersenyum, dan kebetulan sejenak kemudian terdengar suara adzan memanggil waktu shalat, dan kami mengatakan ringkas kepada istri: Alhamdulillah, kiriman berkat selamatannya disiapkan saja untuk makan siang bersama keluarga, sambil menunggu anak-anak kita pulang sekolah !
Kemudian kami pribadi bergegas menuju mushalla pesantren Ribath untuk jamaah shalat dhuhur dengan para santri. Begitu anak-anak kami sudah datang dari sekolah, maka kami sekeluarga makan siang bersama dengan menu ikan arwana sepanjang setengah meter itu.
Semua anggota keluarga menyantap menu makan siang dengan lahapnya. Namun, sekalipun kami sendiri makan dengan lahap, kami tetap jaga rahasia di depan keluarga.
Untung saja istri kami belum tahu dengan persis bagaimana bentuk ikan arwana milik kami itu, sehingga tidak menaruh curiga sama sekali atas ikan yang menjadi bonus menu makan siang hari ini.
Nah, sekarang kami menjadi bingung mencari pengganti ikannya, karena seluruh keluarga tampaknya sangat senang terhadap keberadaan ikan arwana yang kami beli di Surabaya itu.
Maka, sejak siang tadi, kami berusaha pesan ikan yang serupa, sampai-sampai kami menelpun penjual ikan hias keliling di Blitar yang sering datang ke pasar ikan Splindit Malang.
Uniknya, sampai berita ini kami tulis, keluarga tetap menyangka jika ikan arwana milik kami itu masih hidup dan berada di kamar mandi garasi mobil pesantren Ribath Almurtadla.
Kami bertekad, secepatnya akan berusaha menyenangkan hati keluarga dengan mencari penggantinya, tanpa mereka harus tahu rasa duka cita yang mendalam sedang melanda hati kami.