SYEIKH ATHA AL-ARZAQ
Luthfi Bashori
Syeikh Atha Al-arzaq adalah seorang ahli ibadah yang aktif shalat berjamaah dan beritikaf di masjid Jami daerahnya. Sehingga keluarganya sudah memahami kebiasaannya itu dan memaklumi, jika sering kali beliau pulang terlambat pada saat-saat tertentu, karena masih beritikaf.
Suatu saat, tatkala Syeikh Atha akan berangkat ke masjid sang istri berpesan titip uang Rp 20.000,- kepada beliau agar dibelikan bahan masakan dan bumbu dapur, untuk persiapan konsumsi makam malam harinya. Setelah menerima uang titipan istrinya, beliau berjalan pergi ke masjid, yang kebetulan harus melalui pasar, karena letak masjidnya berada di seberang pasar.
Saat melewati keramaian, tiba-tiba beliau menemukan seorang budak yang sedang menangis sesenggukan, sambil mencari-cari sesuatu yang hilang dari tasnya. Kontan saja Syeikh Atha mendekatinya dan mencari tahu apa yang sedang dialami pada budak tersebut.
Sesuai pengakuan budak itu, bahwa dirinya telah menghilangkan uang sang majikan sebesar Rp 20.000,- untuk keperluan belanja di pasar. Budak ini menangis kebingungan dan takut pulang, karena pasti majikannya akan marah besar dan tidak akan segan-segan menyiksanya.
Hati Syeikh Atha jatuh iba, maka tanpa pikir panjang beliau menyerahkan uang titipan istrinya Rp 20.000,- itu kepada si budak agar dapat melaksanakan kewajibannya. Kemudia Syeikh Atha pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah.
Setelah shalat berjamaah, beliau berdoa kepada Allah memohon agar mendapat ganti rejeki secepatnya, agar dapat digunakan keperluan belanja sesuai pesanan istrinya. Usai berdoa dengan khusyu, beliau keluar ke pasar menuju salah satu temannya yang kebetulan seorang penjual kayu bangunan. Syeikh Atha akhirnya minta ijin agar diperbolehkan menjadi sales dadakan di toko kayu milik temannya itu.
Setelah mendapat ijin, beliau pun berteriak-teriak di sekitar pasar mempromosikan dagangan kayu milik sang teman. Di luar dugaan, toko kayu itu tiba-tiba diserbu pembeli yang frekwensinya hampir tiga kali lipat dibanding hari-hari biasanya. Melihat hal itu, maka si pemikik toko bangunan langsung memberi tips kepada Syeikh Atha dengan sejumlah uang, namun hanya cukup untuk membeli bumbu-bumbu dapur pesanan istrinya.
Karena hari sudah menjelang sore, maka Syeikh Atha memutuskan untuk pulang, sekalipun dengan perasaan was-was khawatir akan mengecewakan istri dan keluarganya, terlebih saat beliau berpikir, kira-kira makanan apa yang dapat dikonsumsi oleh keluarganya malam nanti.
Sesampai di rumah, beliau bergegas ke dapur untuk meletakkan bumbu dapur yang dibelinya, dan langsung masuk ke mushalla milik keluarga untuk berdoa kepada Allah memohon rejeki yang dapat memenuhi kebutuhan makan malam bagi keluarganya.
Tanpa terasa, karena lamanya berdoa dan rasa lelah, tiba-tiba beliau tertidur di mushalla itu, hingga masuk waktu maghrib. Lantas beliau dibangunkan oleh istrinya untuk shalat berrjamaah dan dilanjutkan makan malam bersama keluarga.
Dengan perasaan sedikit cemas, beliaupun menuruti ajakan istri dan keluarganya itu. Hingga saat beliau duduk di depan meja makan, Syeikh Atha sangat terkejut karena makan yang disuguhkan oleh istrinya ternyata sudah lengkap dengan lauk pauknya. Maka beliau pun menikmati makan malam sambil bertanya menyelidik, dari mana semua bahan makanan itu didapatkan istrinya.
Sang istri menerangkan, bahwa tatkala Syeikh Atha sedang tidur nyenyak di mushalla, ada seorang yang datang mengantarkan bahan masakan yang katanya sesuai pesanan Syeikh Atha kepadanya. Karena itulah, sang istri langsung memasaknya tanpa merasa harus minta ijin, toh tadinya sang istri telah menitipkan uang belanja kepada Syeikh Atha saat beliau akan pergi ke masjid.
Mendengar keterangan itu Syeikh Atha mengucapkan syukur di dalam hatinya kepada Allah yang telah mengabulkan doanya. Lantas beliau tersenyum kepada istrinya penuh arti dan berlanjut menikmati hidangan makan malamnya.