|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 63 users |
Total Pengunjung: 6224165 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
TUHANNYA SI PEMUDA |
Penulis: Pejuang Islam [ 19/10/2011 ] |
|
|
TUHANNYA SI PEMUDA
Luthfi Bashori
Konon di kalangan umat terdahulu sebelum jaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang raja dhalim yang mengaku dirinya sebagai tuhan. Ia mempunyai seorang pembantu tukang sihir hebat yang selalu mendampingi pekerjaannya.
Tatkala sang penyihir sudah semakin tua, maka sang raja meminta diadakan peremajaan pendamping dengan mengangkat seorang pemuda agar diajari ilmu sihir, sebagai calon pengganti kedudukan seniornya.
Maka dipilihlah seorang pemuda yang kebetulan sering lalu lalang di sekitar kerajaan untuk diajari ilmu sihir. Programpun berjalan dengan mulus, dan si pemuda yang ber-IQ tinggi itu dengan cepat dapat melahap pelajaran-pelajaran yang disajikan seniornya.
Sangat kebetulan, setiap kali si pemuda pulang ke rumahnya, ia melewati tempat seorang yang mukmin kepada Allah, shaleh, ahli ibadah dan zuhud yang tidak ingin terikat dengan kehidupan dunia apalagi mengejar dan menumpuknya.
Si pemuda itupun semakin tertarik kepada orang shaleh itu, sekaligus terhadap ajaran ketauhidan Allah setelah mengenal lebih dekat orang shaleh itu, maka terjadilah komunikasi di antara keduanya. Hingga si pemuda menyatakan masuk Islam dan lebih senang beribadah dalam bimbingan orang shaleh itu dari pada mempraktekkan ilmu sihir yang ia pelajari dari seniornya.
Namun, orang shaleh itu menyarankan agar ilmu yang sudah terlanjur dipelajari dari tukang sihir, sebaiknya dimanfaatkan untuk membantu orang lain dalam hal yang positif, sekaligus untuk berdakwah mengajak para pasennya masuk Islam. Karena tidak semua ilmu kesaktian yang ia pelajari itu berbau syirik.
Pemuda itu sepakat, apalagi ia juga mendapat kesempatan mempelajari ilmu agama secara mendalam dari orang shaleh itu, hingga sampailah pemuda itu pada derajat keshalehan yang cukup tinggi, baik secara ilmiah maupun amaliah.
Salah satu yang diberikan oleh Allah kepada si pemuda dengan tingkat keimanan yang nyaris sempurna itu, adalah karamah dapat menyembuhkan orang buta hingga dapat melihat secara sempurna serta orang sakit belang menjadi sembuh total.
Di sisi lain, raja dhalim penguasa negeri itu memiliki seorang gubernur yang terserang penyakit hingga mengalami kebutaan mata. Tatkala mendengar info tentang kehebatan ilmu si pemuda, maka gubernur itupun datang untuk berobat sambil membawa hadiah yang sangat banyak untuk si pemuda, seraya berkata :
GUBERNUR : Hadiah ini akan aku berikan kepadamu jika engkau dapat menyembuhkan mataku.
PEMUDA : Aku bukanlah orang yang dapat menyembuhkan penyakit, karena hanya Allahlah yang dapat menyembuhannya. Jika engkau beriman kepada Allah, maka aku akan berdoa, dan mudah-mudahan engkau akan sembuh.
Lantas gubernur itu menyatakan beriman, setelah benar-benar sembuh berkat doa si pemuda. Kemudian datanglah gubernur itu ke gedung tempat perkumpulan para pembantu raja di dalam istana dengan berjalan kaki. Tentu saja mereka terheran-heran.
RAJA : Siapa yang mengembalikan penglihatanmu ?
GUBERNUR : Tuhanku.
RAJA : Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku ?
GUBERNUR : Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.
Demikianlah ringkasnya, hingga raja marah dan menyiksa bugernur itu sampai mengaku yang mengobati dan mengajak masuk Islam adalah si pemuda calon tukan sihir kerajaan.
Ringkas cerita, maka dipanggillah si pemuda dan diadili di depan seluruh abdi dalem kerajaan.
RAJA : Betapa hebatnya kemajuan ilmu sihirmu hingga engkau dapat menyembuhkan orang buta dan belang secara sempurna.
PEMUDA : Saya tidak mampu menyembuhkan penyakit apappun, tetapi yang menyembuhkannya adalah Allah, Tuhan semesta alam.
Si pemuda pun mengalami nasib yang sama dengan gubernur, ia disiksa dan dipaksa agar kembali kepada ajaran lamanya yaitu menyembah raja sebagai tuhannya. Tapi pemuda menolaknya dengan tegas, apapun yang terjadi.
Maka digantunglah si pemuda dan dipotong beberapa bagian tubuhnya sambil dipaksa murtad dari agama Islam. Si pemuda tetap menolak sekalipun beberapa kali ia harus jatuh dan roboh ke tanah.
Karena si pemuda tidak mati-mati sekalipun disiksa dengan hebat dan jatuh bangun berkali-kali, maka raja dhalim itu memerintahkan algojonya untuk membawa si pemuda ke atas bukit, sambil memaksanya agar murtad dari agama Islam.
Karena si pemuda tidak goyah dari keislamannya, algojo pun melemparkannya dari bukit. Saat si pemuda akan dilempar, ia sempat berdoa : Allahummakfinii min syarrihim bimaa syikta (Ya Allah lindungilah aku dari kekejaman mereka sesuai dengan kehendak-Mu).
Betapa herannya raja dan masyarakat yang menyaksikannya, karena si pemuda itu tidak mati sekalipun dilempar dari atas bukit, bahkan bukit itu tiba-tiba bergoncang dan menelan algojo serta perangkat kerajaan yang bertugas mengiringi si pemuda ke atas bukit.
Lantas pemuda itu berjalan kaki menuju ke tempat raja. Tentunya raja semakin gusar dan marah, kemudian memerintahkan anak buahnya untuk menenggelamkan si pemuda ke dalam laut.
Di tengah laut, si pemuda berdoa lagi dan tenggelamlah kapal milik kerajaan bersama seluruh ABK yang bertugas. Sedangkan si pemuda tetap selamat dan datang ke tempat raja dengan berjalan kaki.
Pemuda itu mengatakan kepada raja : Wahai raja, selamanya engkau tidak akan mampu membunuhku, kecuali jika engkau melakukan permintaanku. Engkau kumpulkan rakyatmu di lapangan, lantas engkau ikat aku di satu tiang. Kemudian engkau sendiri yang memanah aku dengan mengucapkan : Bismillahi rabbil ghulaam (dengan nama Allah, Tuhannya si pemuda), maka aku akan mati seketika itu.
Karena gelap mata, tanpa pikir panjang raja pun mengumpulkan rakyat seluruh negeri di lapangan dekat lokasi kerajaan, kemudian mengikat si pemuda pada sebuah tiang, dengan disaksikan ribuan pasang mata. Raja pun turun dari kursi singgasana sambil membawa busur panah, kemudian dengan suara keras penuh kemarahan, namun tetap melakukan syarat yang diajukan oleh si pemuda, seraya membaca:
Bismillahi rabbil ghulaam (dengan nama Allah, Tuhannya si pemuda). Anak panah pun melesat dari busurnya, dan menimpa tubuh si pemuda. Maka seketika itu pula matilah si pemuda. Raja pun kembali ke tempat duduknya dengan wajah penuh riang gembira.
Namun, yang tidak pernah terlintas dalam benaknya, betapa terkejut sang raja saat mendengar suara gemuruh yang bersahut-sahutan bersumber dari mulut rakyat seluruh negeri setelah menyaksikan peristiwa itu, karena hampir semuanya mengumandangkan secara koor dengan tanpa rasa takut sedikitpun : Aamantu birabbil ghulaam (aku beriman kepada Tuhannya si pemuda). Hingga raja pun tak mampu membendung keislaman rakyatnya.
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|