URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 7 users
Total Hari Ini: 198 users
Total Pengunjung: 6224310 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
MELIHAT ALLAH DI SORGA  
Penulis: Pejuang Islam [ 4/10/2011 ]
 
MELIHAT ALLAH DI SORGA

Luthfi Bashori

Para ulama ahli tafsir mengatakan tentang ayat Lilladziina ahsanul husnaa wa ziyaadah (bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik dan tambahannya). Arti alhusnaa adalah sorga, dan ziyaadah itu melihat Allah.

Allah berfirman : Wujuuhun yauma idzin naadhirah, ilaa rabbiha naadlirah (wajah orang-orang beriman saat itu berseri-seri, karena dapat melihat Tuhannya).

Diciptakan mata manusia di dunia ini sangat lemah dan penuh keterbatasan. Kemampuan umum mata manusia secara kasat, hanyalah dapat melihat apa yang ada di hadapannya dengan jarak pandang tertentu. Jangankan melihat sesuatu pada dimensi lain, untuk melihat sebongkah batu yang tertutup dinding saja mata manusia secara kasat tidak akan mampu. Apalagi jika harus melihat sesuatu yang berada pada dimensi yang lain.

Nyawa dan kentut manusia adalah sesuatu yang ada secara pasti, namun keberadaan dan bentuknya itu tidak dapat dilihat oleh kasat mata, karena nyawa dan kentut itu berada pada dimensi yang berbeda dengan dimensi mata itu sendiri.

Demikianlah kenyataan riil yang terjadi pada setiap mata manusia yang sangat lemah itu. Jangankan melihat dimensi lain, untuk melihat sesuatu yang seharusnya nyata-nyata dapat dilihat oleh kasat mata, karena berada pada dimensi yang sama, terkadang mata manusia tidak mampu, semisal melihat matahari secara langsung di tengah terik siang bolong, di musim panas yang tak berawan. Ternyata cahaya matahari saat itu jauh lebih kuat sinarnya dibanding kemampuan mata manusia untuk dapat melihat matahari secara utuh. Inilah bukti kelemahan mata manusia semasa hidup di dunia yang fana ini.

Jadi, sekali pun Alquran menyatakan, bahwa kelak di sorga, kaum yang beriman akan dapat melihat Allah secara langsung, bukan berarti adanya persamaan kemampuan penglihatan mata saat di sorga dengan kemampuan kasat mata manusia semasa hidup di dunia.

Karena kehidupan di sorga itu berdimensi lain, tentunya tidak mungkin dapat dicerna oleh kasat mata maupun akal pikiran manusia yang masih hidup di dunia. Seperti juga keyakinan tidak-adanya kematian selama-lamanya bagi mereka yang telah masuk sorga, maka hal ini dapat terjadi karena kehidupan sorga itu memiliki dimensi yang berbeda dengan kehidupan manusia di dunia yang sifatnya hanya sementara.

Tentunya, jika otak kita sudah dapat mencerna tentang adanya perbedaan dari dua alam, dunia dan akherat, yang keduanya itu benar-benar berasal dari dimensi yang berbeda, maka adanya ayat yang menentukan, bahwa kelak kaum yang beriman akan dapat melihat Allah secara langsung, akan mudah untuk dicerna dan diyakini kebenarannya.

Karena itu, kepada orang-orang yang masih hidup di dunia, lantas mencoba mereka-reka dan membayangkan tentang bentuk Dzat Allah dalam pikirannya, maka para ulama mengatakan: Wa kullu maa khathara bi baalika, fahuwa laisa mitsla dzaalika (setiap model bentuk yang pernah terlintas dalam benak kalian, maka Dzat Allah tidak seperti yang kalian bayangkan itu)

Jadi, kita tetap wajib beriman kepada kepastian ayat, bahwa kelak kaum beriman akan dapat melihat Allah secara langsung di akherat nanti, tapi tanpa takyiif (tanpa harus bertanya-tanya bagaimana ....?). Cukup kita serahkan `mekanismenya` kepada ketentuan Allah.

Seperti juga tatkala ada beberapa orang yang bertanya kepada Nabi SAW : Yas-aluunaka `anir ruuh, kulir ruuhu min amri rabbi (mereka bertanya kepadamu -Muhammad- tentang roh/nyawa, maka katakanlah bahwa roh/nyawa itu urusan Tuhanku).

Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, bahwa Abu Hurairah menceritakan, ada sebagian orang bertanya kepada Nabi SAW.

Penanya : Wahai Rasulullah, apakah kita dapat melihat Allah di hari Qiamat ?

Nabi SAW : Ya, apakah kalian terhalang saat melihat bulan di malam purnama, apakah kalian terhalang melihat matahari di saat langit tak berawan ?

Penanya : Tidak !

Nabi SAW : Demikian juga saat kalian melihat Allah.

Semoga kita menjadi orang yang beriman dan mendapat keutamaan dapat melihat Allah di akherat nanti dengan penuh kegembiraan. Sungguh kerinduan kaum yang beriman secara sempurna, hanyalah berharap dapat berjumpa dengan kedua kekasih hatinya yang hahiki di akherat nanti, yaitu bertemu Allah dan Rasulullah SAW.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: Ery erlinda  - Kota: trenggalek
Tanggal: 27/10/2011
 
Bagaimana cara kita mendapat kenikmatan mencintai Alloh,sehingga hati kita akan tenang seberat apapun ujian yang diberikanNya.Toling blz ke email saya.terimakasih. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Semua perlu riyadhal/latihan. dimulai dari mengistiqamahi ibadah-ibadah yang wajib, lantas meningkatkan keimanan denga ibadah-ibadah sunnah, lantas berusaha menata hati agar menjadi hamba yang mencintai kehidupan akhirat lebih dominan dalam menjalani hidup, lantas sedikit demi sedikit berproses lebih maju, yang pada saatnya dapat menfokuskan diri untuk menjadikan Allah adalah satu-satunya tujuan hidup.
Mohon maaf, jawaban akan selalu kami posting lewat kolom yang sudah tersedia.

2.
Pengirim: Muthoin Tsamma Amiin  - Kota: Nanga Pinoh (Kalimantan Barat)
Tanggal: 16/9/2012
 
Asswrwb Pak Ustadz Luthfi, Semoga Pak Ustadz selalu dalam lindungan Allah Taala.... (mohon doakan sy juga Pak Ustadz... Aamiin)...
Afwan Pak, katanya ada satu hal yang sangat luar biasa yang bisa mengalahkan semua kenikmatan dunia... Kata orang sorga dunia adalah kenikmatan hubungan suami istri... tapi ada lagi yang mengalahkan... khususnya orang yang sudah kecanduan narkoba... mereka bilang kenikmatan narkoba lebih dibanding sex.... (wow.. naudzubillah)... Kenikmatana itu adalah apabila seorang hamba bisa berma'rifatullah di dunia... Tolong penjelasanya Pak Ustadz...
Wasswrwb... 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Penyair mengatakan:

Ahlul laili fii lailihim aladzdzu min ahlil lahwi fii lahwihim.

Ahli bangun malam dalam ibadahnya akan merasakan lebih lezat dibanding kenikmatan yang dirasakan oleh ahli maksiat di dalam maksiatnya.

Karena bekas kenikmatan rasa tenangnya ahli ibadah itu dapat dirasakan dalam hati dan akan dibawa oleh pengamalnya kemanapun ia pergi, bahkan saat pergi ke kampung kuburan maupun pergi ke kampung akhirat nanti, maka ia akan meresakan bekas yang dalam dari rasa nikmat dalam hati.

Sedangkan kenikmatan semacam narkoba atau segala macam maksiat itu hanya ada pada batas kenikmatan raga semata di saat melakukannya. Setelah selesai bermaksiat, maka banyak timbul permasalah lain yang sering kali menyakitkan para pelakunya. Berzina itu nikmat, tapi tidak sedikit para pelacur dan lelaki hidung belang yang mengindap penyakit kelamin yang tidak sembuh-sembuh berkepanjangan. Belum lagi masalah yang timbul dalam rumah tangganya jika ketahuan oleh pihak keluarga. Mengkonsumsi narkoba itu nikmat, tapi di saat kecanduan dan tidak mendapatkan barang yang akan dikonsumsi, maka pelakunya akan merasa tersiksa yang luar biasa. Belum lagi rawan berurusan dengan pihak aparat.

Jika maksiat-maksiat itu sudah menjadi kebiasan bagi seseorang, maka pasti akan ada sanksi sosial dari masyarakat berupa pengucilan bagai pelakunya, dan terjadi pengucilan ini bisa sengaja maupun tidak sengaja.

Itu baru dalam kehidupan duniawinya, bagaimana dengan kehidupannya di liang kubur apalagi akhiratnya nanti ? Saat matinya saja sudah pasti banyak orang kampung yang enggan mendatangi dan merawat jenazahnya. Jika demikian apa mau jenazah ahli maksiat itu berangkat sendiri saja ke liang kuburnya ? Itulah sanksi sosial dari masyarakat yang terjadi secara riil. Belum lagi ancaman siksa dari Allah SWT.

3.
Pengirim: Muthoin Tsamma Amiin  - Kota: Nanga Pinoh (Kalimantan Barat)
Tanggal: 17/9/2012
 
Asswrwb Pak Ustadz Luthfi yg saya muliakan... Semoga Pak Ustadz selalu daam lindungan Allah Ta'ala... Aamiin...

Syukron atas jawabannya yg sangat menyentuh hati.... Doakan biar sy bisa bangun malam dan beristiqomah terus... karena RUAR BIASA SUSAHNYA BANGUN MALAM....:-( :-(...
Wasswrwb... 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudah-mudahan dikabulkan oleh Allah.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam