|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 311 users |
Total Pengunjung: 6224432 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
SEHARUSNYA UMAT ISLAM INDONESIA BERMADZHAB SUNNI SYAFI`I |
Penulis: Pejuang Islam [ 28/9/2011 ] |
|
|
SEHARUSNYA UMAT ISLAM INDONESIA BERMADZHAB SUNNI SYAFI`I
Luthfi Bashori
Konon, para Walisongo yang menyebarkan Islam pertama kali di Indonesia, adalah keturunan para ulama dari Gujarat India. Mereka adalah hasil keturunan asimilasi antara wanita India dengan ulama yang datang dari Hadramaut Yaman, dan berdakwah di negeri India.
Pada akhirnya, keturunan yang dihasilkan itu juga menjadi ulama penerus perjuangan kakek moyangnya, lantas berlayar menuju Indonesia untuk menyebarkan ajaran Islam. Mereka membawa ajaran Islam bermadzhab Sunni Syafi`i.
Pada perjalanan awwal dakwah islamiyah itu, ternyata ada beberapa ulama dari kalangan habaib yang hidup di Hadramaut, juga merasa terpanggil untuk ikut andil berdakwah di Indonesia, meneruskan langkah saudara-saudaranya itu.
Para habaib yang langsung datang dari Hadramaut itu juga membawa ajaran Islam bermadzhab Sunni Syafi`i. Sehingga pada awwal tersebarnya Islam di Indonesia ini benar-benar murni bermadzhab Sunni Syafi`i.
Jadi, para Walisongo yang juga termasuk Ahlul bait, dan para habaib yang langsung datang dari Hadramaut itu adalah para pahlawan Islam yang awwal kali menyebarkan ajaran Islam di Indonesia mengikuti paham Sunni Syafi`i.
Keadaan ini bertahan hingga berabad-abad tahun. Tidak ada konflik apapun di kalangan umat Islam saat itu, dan keadaan umat Islam sangat kondusif.
Tapi sejak beberapa orang memutuskan mendalami agama bukan pada sumber yang sama dengan madzhab yang dianut oleh Walisongo dan para habaib, maka mulailah terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam Indonesi, sekalipun masih dalam batas-batas amaliyah furu`iyyah, cabang agama yang memang masih diperbolehkan oleh syariat.
Sekalipun demikian, perbedaan itu tetap saja berdampaik negatif terhadap persatuan umat Islam Indonesia hanya karena sebuah kepentingan yang berbeda.
Pada perkembangan terkini, semakin terasa carut marutnya persatuan umat Islam Indonesia, karena banyaknya aliran baru yang bermunculan bak jamur di musim hujan.
Bahkan, terjadinya perbedaan di masa kini itu bukan hanya dalam masalah khilafiyah furu`iyah ijtihadiyah/fiqhiyah atau cabang agama, melainkan sudah merangsek ke dalam aqidah ketauhidan atau ushuluddin di antara kelompok-kelompok yang ada.
Setiap sekte yang baru muncul, selalu mengklaim dirinya yang paling benar, kullu hizbin bimaa ladaihim farihuun, setiap sekte selalu membanggakan keunggulan kelompoknya, sekalipun yang mereka bawa justru ajaran yang bertolak belakang dengan ajaran Islam yang sudah menjadi trademerk muslim Indonesia, yaitu madzhab Sunni Syafi`i. Madzhab yang diwariskan dari para Walisongo sebagai penyebar Islam di Tanah Air Indonesia, kepada umat Islam secara turun temurun, dari kakek ke ayah, dari ayah ke anak, dari anak ke cucu dan seterusnya.
Sebut saja, tatkala ada penyelewengan seorang tokoh asal Indonesia yang terpincut dan tertarik Revolusi Khomeini tokoh Syi`ah Iran yang menggulingkan Syah Iran, yang juga tokoh Syi`ah, lantas si tokoh Indonesia ini mengumumkan diri pindah kiblat ke ajaran agama Syiah, dan keluar dari komunitas muslim Indonesia. Maka dari sini pula mulai tersulut kehancuran pesatuan umat Islam di Indonesia.
Karena Syiah Imamiyah adalah agama tersendiri di luar Islam, dengan bukti-bukti yang tertulis dalam kitab rujukan utama mereka, seperti Alkaafi, maka perbedaan aqidah mereka dengan pemeluk Islam Indonesia sering kali menimbulkan fitnah perpecahan.
Belum lagi mereka yang secara bangga belajar agama Isam dari kalangan orientalis kafir Barat, hingga mendapatkan ilmu yang cukup untuk menciptakan keragu-raguan pada umat Islam atas kebenaran syariat Islam, bahkan kelompok ini sempat menciptakan Fikih Lintas Agama. Yaitu fikih campuraduk antar kepentingan seluruh agama-agama yang ada di Indonesia. Menurut kelompok ini, tidak ada perbedaan sama sekali antara kaum muslim dan kaum kafir.
Tentu saja umat Islam menolak pendapat rusak dari para pengikut dan pengekor orientalis kafir ini, yang tiada lain adalah kelompok Sepilis (Sekularisme, pluralisme dan liberalisme). Mereka menciptakan perpecahan di kalangan umat Islam dengan pemahaman kekafir-kafirannya itu.
Alfitnatu naa`imatun la`anallahu man aiqadhaha. (Fitnah perpecahan itu `tertidur`, Allah melaknat pihak yang membangunkan/menyulutnya).
|
1. |
Pengirim: ahmad alquthfby - Kota: probolinggo
Tanggal: 28/9/2011 |
|
Sepakat.. memang benar kata, kita harus benar2 belajar dari sejarah. Pada dasarnya sejarah memang bukan dalil dalam pengambilan keputusan hukum dalam agama. Tetapi sejarah masa silam tetap harus kita jadikan pelajaran yang berharga sebagai pertimbangan dalam menghadapi ranah kehidupan yang sedang dan akan kita jalani. Rasulullah SAW bersabda: Abu Hurairah τ meriwayatkan, bahwa Nabi SAW bersabda: "Janganlah seorang mukmin terperosok dalam jurang yang sama sampai dua kali".
Hadits ini memberikan pesan yang sangat berharga kepada kita agar selalu berhati-hati dalam melangkah dan selalu mengambil pelajaran dari perjalanan sejarah sebelumnya untuk menapaki kehidupan yang sedang dan akan dihadapi, dalam ranah agama dan dunia, sehingga kita tidak mudah terjebak dalam kesalahan dalam mengambil sebuah kebijakan, dan lebih-lebih ketika menghadapi kelompok-kelompok baru yang membawa visi dan misi perubahan dalam ranah agama dan ideologi. Karena apabila kita membaca sejarah masa silam, maka akan kita dapatkan bahwa aliran-aliran revivalis yang membawa visi dan misi perubahan dan perbaikan sistem pemerintahan selalu memiliki ideologi yang nyeleneh dan menyimpang dari arus dan mainstream kaum Muslimin.
Pada masa Sayidina Utsman, lahir gerakan revivalis yang dipelopori oleh Abdullah bin Saba', dengan membawa slogan tegaknya syari'at Islam dan perbaikan sistem pemerintahan dalam kemasan visi dan misi amar ma'ruf dan nahi munkar. Namun belakangan gerakan ini menjadi awal lahirnya dua sekte dalam Islam, yaitu Syi'ah dan Khawarij yang ajaran-ajarannya banyak yang menyimpang dari tuntunan al-Qur'an dan Sunnah.
Pada masa Bani Umayah, lahir pula gerakan revivalis yang dipelopori oleh Ma'bad bin Khalid al-Juhani dengan visi dan misi yang sama. Namun kemudian Ma'bad membawa faham Qadariyah yang menjadi embrio lahirnya sekte Mu'tazilah.
Pada abad kedelapan Hijriah, lahir pula gerakan revivalis yang dipelopori oleh Ibn Taimiyah al-Harrani yang membawa visi dan misi perubahan dalam ranah pemikiran Islam, dan ternyata ia membawa pandangan-pandangan nyeleneh yang menyimpang dari ajaran al-Qur'an dan Sunnah.
Pada masa-masa kemunduran Islam lahir pula beberapa tokoh revivalis seperti Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi, perintis gerakan Wahhabi, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha dan Sayyid Quthub yang membawa pandangan-pandangan nyeleneh dan menyimpang dari ajaran al-Qur'an dan Sunnah.
Demikianlah sejarah telah menjadi saksi, dan sejarah tidak pernah bohong, bahwa gerakan-gerakan revivalis yang membawa angin surga perubahan dalam ranah ideologi dan pemikiran, selalu ditunggangi oleh pandangan-pandangan keliru yang menyimpang dari ruh ajaran Islam yang murni. Dewasa ini sejarah masa silam telah memutar ulang skenarionya, di mana kaum Muslimin dihadapkan lagi dengan aliran baru yang dibawa oleh Syaikh Taqiyyuddin al-Nabhani dengan kendaraan politiknya yang bernama Hizbut Tahrir yang membawa pandangan-pandangan nyeleneh dan keluar dari mainstream mayoritas kaum Muslimin
Bagi para pejuang formalisasi syari’at islam, berhati-hatilah dengan aliran-aliran baru, terutama HTI. Demikian, mohon maaf dan semoga bermanfaat..
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudah-mudahan pembaca dapat mengambil hikmahnya. |
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Pengirim: salehoddin - Kota: sampang
Tanggal: 29/11/2012 |
|
dengan judul yang ada bagaimana NU menyikapi tokohnya sendiri yang udah tidak bermadzhab syafi'i?
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kalau NU Garis Lurus sudah jelas menolak kepemimpinan Said Aqiel Siraj yang telah melenceng jauh dari ajaran syariat Islam.
Karena itu secara kultural, NU Garis Lurus akan selalu memberi masukan kepada warga NU dan mengajak agar tidak terjerumus mengikuti pemikiran Said Aqiel Siraj yang sangat liberal. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|