|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 199 users |
Total Pengunjung: 6224311 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
PILIHLAH AJARAN ULAMA SALAF |
Penulis: Pejuang Islam [ 30/8/2011 ] |
|
|
PILIHLAH AJARAN ULAMA SALAF
Luthfi Bashori
Wasiat para ulama :
`Anil asyyaa-i jadiiduha wa `anil adyaani qadiimuha (jika mencari barang/duniawiyah, pilihlah yang terbaru, tetapi memilih ajaran Islam/ukhrawiyah maka carilah ajaran yang terlama/salaf). Sabda Nabi SAW : Sebaik-baik kurun/masa adalah masaku, kemudian masa setelahku, kemudian masa setelahnya.
Artinya semakin mendekati Qiamat maka semakin berkurang kebaikan generasinya. Demikian juga jika mengacu dalam tubuh NU, bahwa ajaran dan perilaku serta amalan para ulama di masa KH. Hasyim Asy`ari, adalah gambaran NU di masa keemasan terbaiknya, karena saat itu NU berkiblat kepada aqidah Ulama Salaf yang lebih condong kepada urusan ukhrawiyah. Tentu hal ini jauh lebih baik dibanding dengan kondisi kekinian NU yang tampak semakin condong berorientasi kepada duniawiyah.
NU di jaman KH. Hasyim Asy`ari sangat konsisten berkiblat kepada aqidah para Ulama Salaf Ahlus sunnah wal jamaah, serta mengikuti pendapat terkuat dalam menentukan hukum.
Sistem kehati-hatian lebih ditekankan dari pada mengamalkan sesuatu yang sifatnya gamang atau ketidakpastian, apalagi terhadap sesuatu yang bertentangan dengan nash sharih Alquran dan Hadits.
Sedangkan di jaman sekarang, banyak perubahan yang mendasar yang dilakukan oleh sebagian fungsionaris NU. Ada yang berorientasi kepada kekuasaan, status organisasi, Sepilis (sekuler, pluralis dan liberalis), hingga keterlibatannya dengan kelompok Lintas Agama, dsb.
Bayangkan ada tokoh NU jaman kini yang meninggal, sebelum ditahlili terlebih dahulu dibuka dengan tarian Barongsai-nya agama Khong hu cu. Jelaslah perilaku ini merusak ajaran Islam dan termasuk bid`ah dhalalah yang tidak dibenarkan oleh syariat Islam.
Karena hidup di dunia ini untuk persiapan kehidupan yang lebih kekal di akherat, maka untuk urusan keagamaan hendaklah umat Islam mencari rujukan ajaran para ulama salaf.
Adapun untuk menjalani kehidupan duniawiyah, tentunya tidak ada larangan menggunakan peralatan-peralatan modern, atau sistem terkini, asalkan tidak bertentangan dengan ajaran hukum Islam. Seperti halnya berdakwah, mengaji dan diskusi keagamaan lewat dunia maya.
Secara logika, tentunya ajaran para ulama salaf yang kurun/masanya lebih dekat dengan jaman Nabi SAW, seperti ajaran para Shahabat, Tabi`in, empat Imam Madzhab dan yang semisalnya, tentu jauh lebih baik, lebih original, lebih meyakinkan dari segi kemurnian estafet dari sumber pokok pembawa Alquran dan Hadits, Nabi Muhammad SAW, jika dibandingkan ajaran-ajaran yang baru muncul, dan dicetuskan oleh orang-orang jaman sekarang, semisal aliran ajaran Alqiyadah, LDII, Shalat Dwi Bahasa ala Yusman Roy, Jaringan Islam Liberal, aliran Pluralisme, Lia Eden, dan aliran sesat lainnya.
Adapun untuk sistem pendidikan yang ada dalam tubuh umat Islam dewasa ini, sudah menjadi keprihatinan bersama, jika didapati kebanyakan generasi penerus lebih memilih pendidikan yang berorientasi pada keduniaan semata. Karena pengaruh sistem sekuler di dunia ini, tampaknya sudah semakin menggerogoti hingga nadi-nadi umat Islam.
Namun, bersyukurlah masih banyak juga keberadaan beberapa pesantren/pendidikan salafiyah tersebar di dunia Islam, yang hingga saat ini masih eksis mengajarkan tradisi salaf. Tradisi Ahlus sunnah wal jamaah yang tetap lekang dan tidak tergerus jaman.
Diharapkan mudah-mudahan keberadaan pesantren/pendidikan salafiyah ini dapat membantu memperbaiki sistem kerja dalam memajukan anak didik umat Islam, tanpa harus kehilangan ciri khas ajaran ulama salaf, khususnya tradisi ke-NU-an yang konon telah digariskan oleh para pendirinya.
Pengurus PBNU di saat awal berdirinya, dipimpin oleh para ulama yang tidak pernah lepas dari pakaian islami, bersarung, bersorban dan berimamah. Semoga warga NU dapat meneladani tradisi para sesepuh pendiri NU, agar tidak hancur digerus jaman.
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|