INNAL INSAANA LAFII KHUSRIN
Luthfi Bashori
Ada sekelompok orang yang mengatakan, bahwa kesalehan individu tiap orang itu bisa didapatkan dengan cara berkhidmat kepada sesama manusia, tanpa tersekat oleh agama manapun. Hingga setiap individu manapun, dengan latar belakang agama apapun, jika sudah berbuat baik kepada sesamanya, maka berhak menyandang predikat orang saleh, alias dijamin masuk sorga karena `kesalehannya` itu.
Kepercayaan seperti ini gencar dihembuskan kalangan JIL kepada masyarakat awam yang tidak memahami ajaran Islam secara mendalam. Padahal jika dikaji lebih cermat, jelas sekali Alquran mengatakan innal insaana lafii khusrin (sesungguhnya semua manusia itu pasti dalam kerugian).
Kelanjutan ayat ini adanya pengecualian, yaitu illal ladziina aamanuu wa amilus shaalihaat (kecuali orang-orang beriman yang mau beramal kebaikan) watawaashau bil haqqi watawaashau bis shabr(yang saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran).
Jadi, manusia yang akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat nanti hanyalah terbatas pada kriteria: orang-orang yang beriman (umat Islam) yang beramal saleh dan yang saling menasehati dalam hal kebenaran dan kesabaran. Kesalahan pokok JIL, yang mengatakan bahwa kesalehan bisa didapatkan dengan cara berbuat baik kepada sesama manusia tanpa disekat oleh agama manapun, karena tinjauan mereka hanya berdasarkan nilai kemanusiaan semata, bukan berkiblat kepada aturan syariat.
Memaknai kesalehan seperti versi JIL jelas-jelas `kesembronoan` yang bertentangan dengan kaedah syariat Islam. Sedangkan ajaran Islam mengatakan, bahwa kesalehan yang dapat mengantarkan pelakunya masuk sorga itu adalah kesalehan yang tercetus dari sebuah amal kebaikan yang dilakukan oleh umat Islam, hanya karena ketaatannya kepada Allah.
Jika ada orang kafir yang ingkar terhadap ketuhanan Allah, serta menolak syariat yang diturunkan kepada umat Islam, maka kebaikan apapun yang ia lakukan, tidak ada nilainya sama sekali di hadapan Allah. Artinya, bahwa kesalehan itu semata-mata hanyalah milik umat Islam yang taat kepada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Bagi non muslim sekalipun berbuat baik apapun bentuknya, maka janji yang pasti adalah ancaman siksa neraka di kelak kemudian hari, karena kekafirannya kepada Allah. Umat Islam berbuat baik terhadap sesama muslim sangatlah dianjurkan oleh syariat, bahkan dalam kondisi tertentu juga dianjurkan berbuat baik terhadap non muslim, selagi perbuatannya itu tidak melanggar ketentuan syariat, dan kebaikannya itu dilakukan kepada non muslim yang tidak memerangi umat Islam.