ADAKALANYA SESUATU YANG DIBENCI, JUSTRU MENGUNTUNGKAN
Luthfi Bashori
Konon ada seorang pedagang kaya sedang dalam perjalanan pulang dari berbisnis di luar kota. Ia membawa se gepok uang dinar hasil kerjanya. Sebagaimana biasa, di masa itu mayoritas pedagang memilih naik kuda jika berdagang ke luar kota, demikian pula dengan si pedagang ini. Pada saat perjalanan pulang itu, si pedagang harus melewati sebuah daerah yang cukup rimbun dipenuhi pepohonan.
Tatkala sampai di tengan jalanan berimbun, dan tidak terlihat satupun rumah penduduk, tiba-tiba saja turun hujan yang cukup lebat mengguyur bumi, hingga si pedagang menjadi basah kuyup, tanpa dapat menghindar.
Si pedagang hanya dapat melanjutkan langkah perlahan sambil menggerutu, mengingat perjalanan pulang dirasa masih cukup jauh: `Ya Allah, kenapa nasibku kali ini kok malang amat, perjalanan masih jauh tapi bajuku basah kuyup diguyur hujan, bagimana kalau aku sampai masuk angin dan sakit di perjalanan ?`
Di saat si pedagang melamun itu, tiba-tiba ia mendengar dengan jelas suara `kresek-kresek` yang bersumber dari sela-sela rerimbunan. Tentu saja matanya menengok tempat asal suarat itu, dan ternyata ia melihat seorang perampok berwajah garang, tengah muncul dengan tangan memegang pistol dan mengarahkannya kepada si pedagang, seraya mengancam : `Hai, letakkan seluruh hartamu, atau kutembakkan pistol ini !
Betapa terkejut dan takutnya si pedagang, hingga tidak dapat berpikir apapun, selain hanya terdiam karena shok. Melihat si pedagang tidak melaksanakan perintahnya, perampok itu memberi peringatan ancaman, lantas ia mengarahkan tembakan pistolnya ke arah atas sambil terus membentak.
Tapi, lantaran moncongnya terkena air hujan deras, maka pistol itu tidak dapat meletuskan suara, alias `busung` atau tidak berfungsi. Begitu mengetahui pistol perampok tidak berfungsi, maka sadarlah si pedagang dan secepat kilat melarikan diri dengan mencambuk kudanya.
Perjalanan pulang pun dipercepat karena khawatir perampok menyusulnya, hingga akhirnya sampailah si pedagang ke rumahnya. Kemudian ia menceritakan kejadian itu kepada istrinya.
Sang istri lantas bersyukur kepada Allah lantaran telah mengirim hujan dalam perjalanan suaminya : `Ya Allah, terima kasih Engkau turunkan hujan kepada suami hamba, andaikata tidak, tentu nyawanya tidak akan tertolong...!`
Tentu saja si pedagang menjadi malu mendengar doa istrinya, hingga ia mengatakan : `Engkau salah hai istriku, semula aku sangat sebal dan jengkel saat Allah menurunkan hujan lebat itu, karena pakaianku jadi basah kuyup, tapi ternyata hujan yang mengguyur tubuhku itu justru menyelamatkan nyawaku sekaligus harta hasil perdaganganku`.
`Asaa an takrahuu syaian fahuwa khairun lakum (adakalanya engkau membenci sesuatu, ternyata justru hal itu menguntungkan dirimu).
Demikianlah sindiran Allah mengenai kejadian yang dialami oleh si pedagang. Karena itu tidak selayaknya seorang muslim menggerutu terhadap keadaan yang ia temui, namun hendaklah selalu berdoa memohon kepada Allah pada semua keadaan sesuai dengan sikon yang ia temui.