Mafahim
“ Di jaman semodern ini dengan didukung alat tehnologi yang serba canggih, masih saja saja didapati orang orang yang percaya terhadap ramalan bintang, tanjim atau istilah lain di sebut astrologi, tak terkecuali kaum Hawa, ah….tehnologi berkembang, kepercayaan malah terbelakang “
Hanya karena tuntutan hidup yang semakin terasa berat bagi sebagian orang yang menjalaninya serta adanya kehawatiran yang berlebih untuk menghadapi tantangan di masa mendatang, maka tidak sedikit dari kaum hawa yang ingin bertahan hidup dengan mencari tahu nasibnya untuk esok, lusa, dan masa yang akan datang dengan cara mempercayai ramalan ramalan, mulai dari karir,rizki, jodoh sampai pada cocok tidaknya ia berpasangan dengan seseorang dalam membina rumah tangga nanti.
Sederet sarana pendukung pun saat ini ikut bermunculan, seperti majalah, tabloid dan koran, semua itu semakin mempermudah bagi setiap orang yang ingin mengakses info seputar nasibnya yang dikenal dengan sebutan zodiak, yang terkadang disesuaikan dengan tanggal lahir atau wetonnya.
Dan karena dianggap sangat menguntungkan secara finansial, maka sayang apabila terlewatkan begitu saja, sehingga para pengelola bisnis ramalan akhir akhir ini mulai menggunakan kecanggihan tekhnologi komunikasi sebagai media baru untuk memasarkan program nasib manusia, contohnya, cukup dengan kirim SMS REG – spasi – RAMAL – kirim ke 67XX, dan secepat itu pula akan segera tampak di depan mata sederetan tentang info seputar nasib, jodoh, karir dan hari baik… Sungguh irasional, namun begitulah adanya.
Sebagai muslimah yang baik, perlu kiranya kita mengetahui segala hukum dari setiap permasalahan yang ada, sebelum melangkah masuk ke dalamnya, agar kita tidak terjerumus terhadap hal hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain, demikian juga selayaknya kita menyikapi masalah yang terkait dengan zodiak ini, untuk itu kita perlu tahu kejelasannya bagaimana Islam memandang masalah ini dari sisi akidah ?
Sebagaimana kita yakini kebenarannya selama ini dalam akidah Ahlu Sunnah, bahwa keberadaan pengetahuan (ilmu) Allah SWT itu tanpa batas serta tiada terliputi oleh ruang dan waktu, tak ada satu makhluq manapun pun dapat menandingi keluasan ilmu Allah tersebut, artinya pengetahuan-Nya itu tidak hanya terbatas kepada hal hal yang telah terjadi saja, namun meliputi segala sesuatu yang belum, tidak pernah maupun akan terjadi di langit dan bumi ini, semuanya itu tidak lepas dari pantauan dan pengetahuan Allah. Hal ini selaras dengan Firman Allah Ta’ala :
” Tidak ada seorang pun seorang di langit dan di bumi yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah.” (QS. An-Naml : 65)
Menanggapi firman Allah Ta’ala tersebut, salah satu dari istri Nabi Saw, yang bernama sayyidah Aisyah ra. berkata: ”Barang siapa yang mengaku mengetahui perkara yang bakal terjadi di hari esok, sungguh ia telah melakukan kebohongan besar atas Allah, sebab Allah telah menegaskan dalam surah An-Naml : 65 tentang tidak adanya seorang pun yang dapat mengetahui perkara gaib kecuali Allah [ Tafsir Ibn Katsir, hal. 595 /III ]
Cukup banyak riwayat yang menerangkan tentang ramalan, yang berisikan peringatan keras bagi yang mempercayainya, bagi yang membuka praktek ramalan atau bagi orang yang mengaku dapat mengetahui perkara yang belum terjadi, pelarangan agama terhadap ramalan tersebut lebih disebabkan adanya pengingkaran terhadap nash al Qur’an yang telah baku, dimana tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui perkara gaib kecuali Allah. [ Al-An’am :59 ], sedangkan keberadaan ramalan, zodiak, tanjim atau astropologi itu lebih bersifat mencari tahu nasib dan kejadian yang bakal terjadi.
Dari sinilah, Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Sallam sangat menghawatirkan munculnya kecenderungan ummat untuk mencari tahu nasib mereka melalui ramalan bintang atau sejenisnya, sebab hal itu di samping merupakan corak dari perbuatan jahiliyyah juga sangat bertentangan dengan ajaran agama yang lebih mengedepankan upaya ikhtiyar, doa dan tawakkal. Rasulullah Salallhu Alaihi wa Sallam bersabda :
” Bukan termasuk golonganku orang yang meramal, orang yang minta ramal, orang yang mempelet, orang yang minta pelet, orang yang menyihir, orang yang minta sihir. Dan barang siapa yang datang ke dukun serta mempercayai apa yang di ucapkannya, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang di turunkan kepada Muhammad.[al Qur’an]” (HR. Al Bazzar dengan sanad jayyid & At Thabrani dengan sanad hasan )
Wahai muslimah, setelah kita mengetahui dengan seksama akan keterangan diatas, rasanya sangatlah rugi apabila kita masih saja mempercayai ramalan ramalan yang tidak berguna lagi membahayakan terhadap keimanan itu. Sudah saatnya kita kembali ke jalan yang benar sesuai tuntunan baginda Rasul, beliau telah mengajarkan bagaimana cara kita ingin mendapat tuntunan ilahi dalam menghadapi masa depan atau hari hari yang akan kita jalani, yaitu dengan melaksanakan sholat dua rakaat sunnah istikharah dan di lanjutkan dengan membaca doanya, sebagaimana telah diriwayatkan al Bukhari dalam sahihnya.
Dengan demikian kita sama halnya telah memasrahkan segala daya dan upaya serta kehidupan yang akan kita lalui ini hanya kepada Allah. Yakinlah akan jaminan Allah bagi orang yang mau berusaha kemudian memasrahkan hasil usahanya itu kepada idzin Allah, jika Allah memberikan kelapangan dan kelancaran, maka pertanda apa yang kita inginkan itu dikabulkan Allah, sebaliknya jika secara lahiriyah terdapat halangan atau rintangan, maka hal itu bukan berarti apapun terkecuali hanya Allah akan berkenan akan memberikan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita inginkan sebelumnya.