URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 7 users
Total Hari Ini: 202 users
Total Pengunjung: 6224314 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
SANG `ALIM vs SI ATHEIS 
Penulis: Pejuang Islam [ 10/8/2011 ]
 
SANG `ALIM vs SI ATHEIS

Luthfi Bashori

Konon ada seorang syeikh yang `alim tentang ilmu agama Islam, hijrah dari kota kelahirannya, dan memilih hidup di wilayah yang hampir seluruh masyarakatnya adalah penganut atheis. Tiap hari sang `alim itu berdagang keliling di tengah kehidupan masyarakat atheis, sambil sedikit demi sedikit memperkenalkan ajaran agama Islam.

Hingga mulailah orang-orang yang sering berinteraksi dengannya tertarik mendengarkan ajaran Islam. Bahkan ada beberapa orang yang akhirnya menyatakan diri memeluk agama Islam.

Di wilayah yang ditempati sang `alim itu yaris tak tersentuh oleh kebijakan negara yang semestinya menjadi induk pemerintahannya. Sehingga masyarakatnya pun hidupnya sangat individual.

Hanya saja ada beberapa orang ternama yang ditokohkan oleh masyarakat se tempat, sering kali dijadikan rujukan bila terjadi sesuatu di kalangan mereka. Namun, para tokoh se tempat itu juga beraliran atheis yang tidak percaya adanya Tuhan.

Sejak kedatangan sang `alim ke tempat itu, terjadilah sedikit perubahan situasi, yaitu mulai terdengar kasak-kusuk di kalangan mereka, membicarakan tentang ajaran yang di bawa oleh sang `alim ini, khususnya pembahasan mengenai adanya Allah, adanya sorga, adanya neraka, adanya para Nabi, adanya syetan, juga bahwa manusia itu adalah anak cucu Nabi Adam, sedang Nabi Adam diciptakan dari tanah, dan beberapa ajaran Islam lainnya yang berkisar tentang ketauhidan.

Hingga suatu saat, ada tokoh masyarakat se tempat yang sedikit menjadi gusar dan keki mendengar berita adanya ajaran baru yang dibawa oleh sang `alim tersebut.

Kemudian si tokoh yang cukup disegani masyarakat karena terkenal kepandaian dan ketegasannya itu, bermaksud mengajak debat sang `alim yang selama ini juga dikenal sebagai figur yang lemah lembut dan sopan santun saat berdagang maupun saat menyebarkan ajaran agama Islam.

Suatu saat, di tengah keramaian, ketika sang `alim sedang menjajakan dagangannya, tiba-tiba ia dihentikan oleh si tokoh atheis itu, sambil sedikit memaksa ia bertanya.

ATHEIS: Hai ... Pak Tua, benarkah engkau mengatakan bahwa angkau ini mempunyai Tuhan yang wajib disembah, kalau benar dapatkah kami bertemu dengan Tuhanmu agar kami dapat meihat-Nya?

`ALIM : Benar, Tuhan kita adalah Allah, Dzat yang mata kita tidak mampu melihatnya.

ATHEIS : Bagaimana kami akan percaya adanya Allah jika kami tidak dapat melihat Tuhanmu itu ?

Sang `alim diam sejenak mendengar pertanyaan tokoh tersebut, karena terus berusaha mencerca pertanyaan yang dianggap bisa memojokkan sang `alim.

ATHEIS : Engkau pernah bilang, katanya syetan itu tercipta dari api, dan engkau juga pernah bilang kalau syetan itu kelak akan disiksa di api neraka. Bagaimana syetan dapat merasa sakit, karena syetan itu dari api kok disiksa dengan api pula ?

Tiba-tiba sang `alim menundukkan badan seraya berjongkok, dan mengambil se gumpal tanah, lantas dikepal-kepal membentuk dua bulatan, kemudian dengan tiba-tiba tanpa banyak bicara, dua kepalan tanah itu dilemparkan ke tubuh si atheis itu hingga kesakitan. Peristiwa itu juga disaksikan oleh orang banyak.

Tentu saja si atheis itu menjadi marah, dan mengancam akan memukul sang `alim, namun sang alim itupun langsung menjawab : Maaf, itulah jawaban dari pertanyaanmu.

Singkat cerita, beberapa saat kemudian, kejadian itupun diusung ke hadapan para tokoh masyarakat yang lainnya untuk diadakan pengadilan rakyat demi mendapatkan hukum yang adil.

PENGADILAN : Hai ... Pak Tua, benarkah engkau telah melempar teman kami ini dengan dua kepalan tanah ke tubuhnya.

`ALIM : Rasanya tuduhan itu tidak seratus persen benar, karena aku hanyalah memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaannya.

PENGADILAN : Tapi, banyak orang di sini yang menyaksikan jika engkau sengaja melempar teman kami ini hingga ia kesakitan.

`ALIM : Kalau memang benar teman kalian itu merasa kesakitan, coba perlihatkan kepadaku rasa sakitnya itu, agar aku dapat membuktikannya !

PENGADILAN : Bagaimana mungkin kami bisa memperlihatkan kepadamu rasa sakit teman kami ini wahai Pak Tua ?

`ALIM : Demikian pula tatkala teman kalian minta kepadaku, agar aku dapat memperlihatkan Tuhanku, maka ketahuilah bahwa adanya Allah itu tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Seperti juga adanya rasa sakit itu tidak dapat dilihat oleh manusia. Tapi Allah itu benar-benar ada, seperti juga rasa sakit itu benar-benar ada.

PENGADILAN : Tapi, mengapa engkau melemparnya dengan dua buah kepalan tanah ?

`ALIM : Ya, kepalan tanah yang satunya lagi, adalah jawabaku atas pertanyaannya : Apa syetan yang terbuat dari api itu bisa merasa sakit saat di siksa di api neraka ? Maka jawabanku, bahwa Nabi Adam sebagai bapaknya para manusia itu konon diciptakan dari tanah, sedangkan aku melempar salah satu anak cucu Adam dengan kepalan tanah agar ia tahu bahwa, makhluk yang diciptakan dari tanah ternyata bisa merasakan sakit saat dilempar dengan kepalan tanah. Tentunya demikian juga dengan syetan yang disiksa di api neraka, pasti akan merasakan kesakitan pula.

Semua orang yang hadir saat itu, semakin terkagum-kagum atas jawaban sang `alim, maka sejak kejadian itu, semakin banyak orang yang belajar agama Islam dan mulai berbondong-bondong pula yang memeluk agama Islam, karena ajaran Islam dikenal oleh mereka sangat rasional, tentunya juga berkat kecerdikan sang `alim itu dalam berdakwah.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: yanto bulleud  - Kota: bandung
Tanggal: 1/9/2012
 
jazakalloh... sdikit banyaknya mengobati sakit hati, stelah hinaan org atheis terhadap Alloh yg dilontarkan kpd saya...hari ini.
dgn kurangnya ilmu yg sy miliki, sy hny terdiam, dan tdk mau melawannya dgn kekerasan. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudah-mudahan ada manfaat untuk akhi dan pengunjung lainnya.

2.
Pengirim: Anonim  - Kota: jawa timur
Tanggal: 17/8/2013
 
allahu akbar. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah.

3.
Pengirim: arya rr  - Kota: palembang
Tanggal: 29/11/2013
 
alkhamdulillah menambah wawasan islam. . Dan mengajarkan pengetahuan dalam dakwahku kedepannya. . 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamduliullah, semoga bermanfaat.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam