KAFIR KEPADA ALLAH, KANAN KIRI OKEY ?
Luthfi Bashori
Berbicara tentang arti kafir, maka sebagaimana dikatakan, bahwa kafir itu adalah tidak adanya rasa iman kepada Allah dalam diri seseorang serta perilaku penyekutuan terhadap ketuhanan Allah.
Kafir itu sering kali diwujudkan dalam bentuk pengingkaran dan perlawanan terhadap syariat yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia, melewati risalah para rasul. Termasuk juga penyembahan terhadap makhluq, baik berupa patung maupun manusia, yang mana perilaku ini lebih dikenal dengan istilah syirik kepada Allah.
Jadi, keingkaran terhadap salah satu dari para rasul yang diutus menyampaikan wahyu Allah, maupun penyembahan kepada selain Allah, adalah sebuah bentuk kekafiran yang dosanya tidak pernah ditolelir oleh Allah.
Sehubungan dengan perilaku kekafiran seseorang ini, Allah berfiman yang artinya :
Sesungguhnya binatang yang paling buruk di sisi Allah adalah orang-orang kafir, karena mereka tidak beriman. (QS. Al-anfal, 55).
Jelas sekali, bahwa Allah mengategorikan kaum kafir termasuk dari jenis binatang yang paling buruk, yang pernah hidup di muka bumi.
Diambil dari pengertian ayat ini, sudah jelas pula bahwa kedudukan dan kehormatan seorang muslim yang beriman kepada risalah para rasul tanpa terkecuali, adalah sangat mulia dan jauh lebih tinggi dibanding keberadaan kaum kafir.
Umat Islam yang hatinya tunduk dan patuh kepada syariat Islam, dapatlah digolongkan sebagai manusia seutuhnya yang sangat terhormat, hal ini selaras dengan ketentuan Allah :
walaqad karramnaa banii aadama (sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam).
Tentunya, kehormatan dan kedudukan orang-orang yang beriman, jauh lebih tinggi dibanding keberadaan komunitas kaum kafir non muslim. Betapa tidak, karena Allah sendirilah yang menyetarakan kedudukan kaum kafir non muslim itu sama dengan kedudukan binatang yang paling buruk.
Kesimpulannya, bahwa kedudukan umat Islam tidak dapat disetarakan dengan kedudukan kaum kafir non muslim di manapun berada.
Sedangkan yang dapat disejajarkan dengan kedudukan kaum kafir non muslim, hanyalah keberadaan orang-orang munafik, sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah : Innallaha jaami`ul munaafiqiin wal kaafiriin fi jahannama jamii`an (sesungguhnya, kelak Allah akan mengumpulkan kaum munafik dan kaum kafir itu bersama-sama di neraka Jahannam).
Definisi munafik sendiri menurut ayat Alquran adalah : Mudzabdzabiina baina dzaalika laa ilaa haulaa-i walaa ilaa haaulaa-i (mereka hidup di antara kedua komunitas -muslim dan non muslim- dan tidak condong ke golongan sini maupun ke golongan sana).m
Dalam istilah anak muda, dapatlah dikatakan, bahwa ciri kaum munafik adalah : KANAN-KIRI OKEY. Artinya, mereka adalah kelompok yang tidak jelas dimana letak komunitas untuk dirinya.
Bagaimana dengan perkembangan umat dewasa ini, yang mana ada di kalangan mereka sangat gemar menyama-nyamakan atau menyetarakan kedudukan umat Islam dengan kedudukan kaum kafir non muslim hanya karena pertimbangan persamaan hak asasi manusia?
Tentunya pihak-pihak yang gemar menyetarakan dirinya dengan kedudukan kaum kafir non muslim, tidak ada bedanya dengan perilaku kaum munafiq. Untuk itu, yang perlu dicermati oleh umat Islam saat ini adalah maraknya keberadaan Komunitas Lintas Agama yang diusung oleh para penganut liberalisme dan pluralisme.
Pada prakteknya, Komunitas Lintas Agama ini sering mengadakan kegiatan bersama dengan para pemeluk dari berbagai agama, mulai dari kegiatan sosial kemasyarakatan hingga kegiatan ritual agama sekalipun.
Dalam kegiatan-kegiatan bersama Komunitas Lintas Agama, para pesertanya diperbolehkan mengenakan identitas yang menjadi ciri khas agamanya masing-masing, seperti halnya saat mengadakan Doa Lintas Agama, maka peserta muslim boleh berbusana muslim, dan peserta hindu juga boleh berpakaian ala hindu, demikian dan seterusnya.
Di antara mereka juga tampak sangat mesra saat bergandengan tangan dengan sesama peserta dari semua agama. Tentunya, mereka yang bangga menjadi aktifis Komunitas Lintas Agama ini hampir serupa dengan keberadaan kaum munafik di jaman Nabi Muhammad SAW, yang mana kaum munafik saat itu banyak yang menyelinap di tengah-tengah komunitas umat Islam.
Mereka berpenampilan layaknya umat Islam, namun hakikatnya bukanlah muslim. Mereka menyadari bahwa dirinya adalah satu barisan dan setara kedudukannya dengan kaum kafir non muslim. Bahkan seringkali mereka mengolok-olok umat Islam yang berjuang memurnikan aqidahnya bersama Nabi SAW, di sisi lain mereka juga menunjukkan rasa simpatik kepada kaum kafir non muslim.
Padahal, innallaha jaami`ul munaafiqiin wal kaafiriina fi jahannama jamii`an (sungguh Allah akan mengumpulkan orang-orang munafiq dan orang-orang kafir secara bersama di neraka jahannam).
Jadi praktisnya, saat ini umat Islam yang benar-benar beriman kepada Allah dan rasul-Nya, wajib menolak maraknya keberadaan Komunitas Lintas Agama, demi menjaga keutuhan aqidah umat Islam itu sendiri.