NIAT PUASA BULAN RAMADLAN

Luthfi Bashori

Nabi SAW bersabda : innamal a`maalu bin niyyaat (sesungguhnya -sah/tidaknya- amal -ibadah- itu tergantung niatnya). Karena itu, para ulama mengatakan suatu amalan ibadah tanpa dimulai dengan niat, maka amalannya itu tidak sah menurut syariat.

Orang yang melaksanakan puasa pada bulan Ramadlan juga harus didasari dengan niat. Hukum niat dalam memulai puasa ini adalah wajib. Barangsiapa yang tidak niat, maka hukum puasanya adalah batal.

Untuk kapan waktunya niat puasa, para ulama mengatakan bahwa kewajibannya itu dimulai sejak masuk waktu malam hingga menjelang adzan Subuh. Aturan ini sesuai dengan sabda Nabi SAW: Man lam yajma`is shiyaama qablal fajri falaa shiyaama lahu (Barangsiapa yang tidak mengumpulkan -niat- puasa sebelum fajar, maka dianggap tidak berpuasa). Hadits ini dinukil oleh Assyaukaani dari St. Hafshah, dan Asyyaukaani mengatakan bahwa wajib bagi orang yang berpuasa Ramadlan untuk berniat pada sebagian waktu malam sebelum datang waktu adzan Shubuh.

Tempat niat itu sendiri adalah di dalam hati, tidak harus dilafadzkan, hanya saja para ulama menganjurkan untuk dilafadzkan demi memudahkan umat Islam untuk mengamalkannya.

Assyaukaani juga mengatakan, dhahirnya hadits dari St. Hafshah tersebut adalah: bentuk kewajibannya niat puasa Ramadlan itu adalah tajaddudy (setiap hari diulang niatnya). Pendapat ini sesuai dengan praktek niat yang saat ini diamalkan oleh umat Islam di seluruh dunia yang berhaluan Ahlus sunnah wal jamaah.

Nawaitu shauma ghadin an adaa-i fardhi syahri Ramadlaana haadzis sanati lillaahi ta`aala.