URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 5 users
Total Hari Ini: 208 users
Total Pengunjung: 6224320 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - MEDIA GLOBAL
 
 
Sentra Dakwah Sunni Dari Tepi Sungai Musi 
Penulis: Mafahim [5/3/2012]
 
Sentra Dakwah Sunni
Dari Tepi Sungai Musi

Mafahim

Dari kawasan kota yang dipecah oleh Jembatan Ampera, Mafahim melaporkan hasil kunjungannya ke salah satu pusat dakwah Islamiyah yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah. Liputan Ma’haduna kali ini bersifat eksklusif, karena dilaporkan oleh Ust. Ali Rahbini, sebagai Pimred Mafahim di sela-sela kunjungannya dalam peresmian Maktab Far’iy As Shofwah Niqobah Mahalliyah Palembang.

Sembari menikmati keramahan masyarakat Palembang, Mafahim berhasil menghimpun beberapa data dan informasi tentang geliat dakwah dari kota Pempek, Palembang.

Kota Palembang adalah ibukota propinsi Sumatera Selatan. Kota ini pernah menjadi pusat kerajaan Sriwijaya sebelum dihancurkan oleh Kerajaan Chola dari India dan musnah sejak tahun 1025. Pada tahun 1088, Kerajaan Melayu Jambi, menaklukan Sriwijaya. Situasi jadi berbalik dimana daerah taklukannya adalah Kerajaan Sriwijaya. Pada masa itu Kerajaan Melayu Jambi, dikenal sebagai Kerajaan Dharmasraya. Sejak saat itu Kerajaan Sriwijaya benar-benar musnah, dan sebutan Sriwijaya tidak dipergunakan lagi. Nama Palembang menjadi lebih sering digunakan sejak saat itu.

Setelah Palembang menjadi bagian kerajaan Majapahit sejak tahun 1293, kota ini amat dipengaruhi oleh budaya Jawa. Pengaruh Jawa ini kelak sampai hari ini sangat berpengaruh dalam kebudayaannya.

Makanan istimewa daerah Palembang adalah Pempek Palembang.Terdapat sebatang sungai yang dikenal sebagai Sungai Musi. Ialah sebatang sungai di Palembang yang mengalir sejauh 750 kilometer, dan merupakan saluran air untuk kebanyakan kawasan di Sumatera Selatan. Selepas melintasi Palembang, sungai ini bergabungan dengan sungai-sungai yang lain, termasuk Sungai Banyuasin untuk membentuk sebuah delta berhampiran dengan Bandar Raya Sunsang.

Tak hanya itu. Palembang juga tersohor dengan jembatan Ampera-nya. Jembatan yang melintas di atas sungai Musi dengan model interior Eropa. Jembatan Ampera menjadi pelengkap ke-khas-an kota Palembang di samping makanan Pempek dan sungai Musi.

Di samping terkenal dengan Sungai Musi, Palembang juga merupakan kota yang banyak didomisili para Wali. Kekasih-kekasih Allah banyak berdomisili di antara negeri Ulu maupun Ilir. Tercatat dalam sejarah, bahwa sejak abad ke 7, Palembang yang saat itu menjadi wilayah kekuasaan Sriwijaya telah menjadi tujuan para dai Muslim. Di antara mereka terdapat para imigran Hadramaut Yaman. Termasuk di dalamnya cucu-cucu Rasulullah atau kaum Alawiyyin.

Jejak para auliya di bumi Palembang Darussalam dapat ditemui pada tradisi-tradisi keagamaan kaum Alwiyyin yang masih kental dan berintegrasi dengan budaya lokal di pusat kota Pempek ini. Di antaranya adalah tradisi Ziarah Kubra.

Ziarah Kubra sendiri adalah satu kegiatan rutin tahunan yang dilakukan masyarakat kota Palembang, baik dari kalangan ulama, habaib, dan para muhibbin. Acara ini berlangsung secara serentak pada hari Ahad awal di 10 hari terakhir bulan Sya’ban. Ritual ini sudah berlangsung cukup lama.

Pada dasarnya diadakannya kegiatan Ziarah Kubra di kota Ampera ini disamping untuk mendoakan para leluhur, mengharap keberkahan dari mereka, dan sekaligus menjadi ajang mauidzah hasanah bagi kita, agar mengingat mati bagi hidup. Acara ini juga diperingati untuk mengenang salafus shaleh, baik ulama maupun auliya yang jumlahnya sangat banyak di kota Palembang ini. Sehingga dahulu kota ini mendapat julukan Hadramaut Tsani (Miniatur Hadramaut).

Di samping itu, kota Palembang dahulu merupakan pintu gerbang atau tempat transit ulama habaib yang datang dari Hadramaut, baik yang akan menetap ataupun yang akan melanjutkan perjalanan ke seluruh penjuru Nusantara.

Rupanya, di balik kemegahan jembatan Ampera, di tepi ketenangan sungai Musi, dan di antara kegurihan Pempek Palembang, diam-diam terdapat pusat dakwah Islamiyah yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah, yaitu Yayasan Pendidikan Dan Dakwah Islam Ar Riyadh di kampung Seberang Ulu.

Almarhum Habib Abdurrahman bin Abdullah al-Habsy, boleh dikata adalah perintis lembaga pendidikan yang berbasis dakwah dan sosial ini. Beliau mendirikan Ar-Riyadh tepatnya pada Jum’at, dipermulaan Rabiul Awal 1392 H. Atau 4 April 1973 M.

Penamaan Ar-Riyadh terinspirasi dari hadis Nabi,

إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالُوْا: وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: مَجَالِسُ الْعِلْمِ.
“Apabila kalian melintasi Taman Surga (Ar-Riyadh), hendaklah berhenti sejenak’. Lalu para sahabat bertanya, ‘Apakah gerangan taman surga itu, ya Rasulullah?’ Baginda Rasul menjawab, ‘Itulah Majis Ilmu’.”

Yayasan ini berlokasi di 13 Ulu kecamatan Seberang Ulu II Palembang Sumatera Selatan. Sejak awal pendiriannya, Ar Riyadh dibidani oleh putra-putra almarhum Habib Abdurrahman al-Habsy. Kemudian dilanjutkan oleh cucu beliau, almarhum Habib Ahmad al-Habsy. Kepemimpinan Habib Ahmad al-Habsy berlangsung hingga beliau wafat, yaitu tahun 1994. Sejak saat itu hingga sekarang, rintisan Habib Ahmad al-Habsy dilanjutkan oleh adiknya sendiri yaitu Habib Alwi al-Habsy.

“Pesantren Ar-Riyadh ini didirikan oleh datuk kami, yaitu al-Habib Abdurrahman Abdullah al-Habsy. Saya adalah generasi ke empat yang diberi amanah oleh Yayasan Keluarga untuk memangku lembaga ini. Dan alhamdulilah, Ma’had Ar-Riyadh saat ini telah banyak mengalami kemajuan dari berbagai sector.

Baik dari sisi pendidikan formal, pengembangan ekonomi pesantren, hingga pembukaan cabang-cabang pendidikan Ar Riyadh di berbagai tempat,” ujar al-Ustadz al-Habib KH. Muhammad bin Abdullah al-Habsy, yang juga alumnus Ma’had Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki Makkah al-Mukarramah ini.

Kendati tergolong relatif muda, namun selama tiga dasawarsa lembaga Ar-Riyadh telah mampu membangun jaringan dakwah yang cukup luas. Terdapat sekitar 8 lembaga dakwah dengan berbagai modelnya yang berada di bawah naungan Ar-Riyadh.

Sebagai langkah antisiptif terhadap permasalah keumatan, Ar-Riyadh melakukan aktifitas-aktifitas dakwah sekaligus pengkaderan da’i secara intensif bagi setiap santri. Maka Ar-Riyadh mendirikan organisasi dakwah “Bi’tsatud Da’wah” atau kebangkitan dakwah. Organisasi ini sudah aktif seiring berdirinya Ar-Riyadh. Program kerja biro ini antara lain, dakwah mingguan, bulanan, dan tahunan.

Tidak cukup itu, Ar-Riyadh juga melakukan ragam kegiatan sosial. Hal ini sebagai wujud kepedulian Ar-Riyadh terhadap para dhu’afa. Adapun bentuk kerja sosial yang terealisasi antara lain, penampungan dan penyantunan yatim piatu serta fakir miskin, serta pemberian santunan kepada anak putus sekolah.

Santri Ar Riyadh datang dari beberapa tempat, baik dari kota Palembang, luar kota, luar propinsi, bahkan dari negeri Jiran Malaysia. Mereka menempuh pendidikan di lembaga ini selama enam tahun. Setelah itu, para santri dipersilahkan meneruskan ke jenjang berikutnya sesuai dengan bakat dan skill yang dimilikinya.

Sejak berdiri hingga sekarang, lembaga Ar Riyadh telah memberikan konstribusi besar bagi pembangunan Nasional, terutama di bidang pendidikan agama. Sampai bulan agu8sutus 2006, santri yang mengenyam pendidikan di lembaga Ar Riyadh sebanyak 3.994 santri.

Untuk menggerakkan organisasi lembaga dakwah ini, Ar Riyadh juga mengembangkan usaha yang bertujuan profit orientied. Dari bidang usaha inilah diharapkan dapat menunjang semua program yang ada di Lembaga Pendidikan Ar Riyadh.

Saat ini Ar Riyadh memiliki lahan seluas 13 Ha, yang terletak di lokasi pesantren. Lahan tersebut diberdayakan untuk pengembangan usaha dan potensi santri dan pesantren. Sehingga nantinya, gerakan dakwah yang diusung oleh Ar Riyadh tidak selalu menggantungkan pada orang atau instansi lain.

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
Kembali Ke Index Berita
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam