|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 311 users |
Total Pengunjung: 6224432 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
JELANG RAMADLAN, MUHIBAH KE TANAH LELUHUR DI GRESIK - 2 |
Penulis: Pejuang Islam [ 1/8/2011 ] |
|
|
JELANG RAMADLAN, MUHIBAH KE TANAH LELUHUR DI GRESIK - 2
Luthfi Bashori
Setelah berziarah ke makam Sunan Giri, kami berpindah ziarah ke makam Sunan Dalem, putra pertama Sunan Giri yang ada di sebelah makam Sunan Giri, namun berada di luar ruang gazebo. Makam Sunan Dalem lebih mudah dijangkau dan tanpa melalui prosedur yang sulit untuk dapat mencium batu nisannya.
Konon Sunan Dalem adalah termasuk putra mahkota yang digadang-gadangkan mengganti Sunan Giri dalam pengelolaan Istana Giri Kedaton. Karena itu Sunan Dalem seringkali diajak berdakwah oleh ayahandanya ke beberapa tempat.
Suatu saat Sunan Giri, Sunan Ampel dan Sunan Derajat disertai oleh Sunan Dalem memulai dakwah di sebuah hutan yang agak jauh dari Giri Kedaton dengan mendirikan sebuah masjid.
Dengan ijin Allah, masjid tersebut dibangun dalam waktu semalam. Lantas Sunan Giri, Sunan Ampel dan Sunan Derajat kembali pulang ke rumah masing-masing. Namun Sunan Dalem mohon ijin kepada ayahandanya untuk dapat menetap beberapa waktu di masjid tersebut agar dapat memeliharanya.
Menurut riwayat, di saat pembangunan masjid sedang berlangsung, ada seorang tokoh masyarakat yang menetap tidak jauh dari lokasi masjid itu, melihat sinar ungu keluar dari area masjid. Hingga keesokan harinya tokoh tersebut berusaha mencari asal sinar ungu yang semalam dilihatnya.
Betapa kagetnya tokoh itu saat mendapati sebuah masjid telah berdiri di tengah hutan, yang sebelumnya tidak ada satupun bangunan di lokasi tersebut. Maka tokoh itupun memberitahu masyarakat dan mengajak warganya untuk pindah tempat di sekitar masjid yang telah berdiri kokoh itu.
Saat masyarakat berduyun-duyun mendatangi masjid, maka Sunan Dalem muncul dan memberitahukan bahwa beliaulah yang membangun masjid itu, hingga masyarakat memberi nama Masjid Sunan Dalem.
Kemudian Sunan Dalem mengistilahkan masyarakat yang datang dan berpinda di sekitar masjid dengan panggilan Qaumuna (= warga kami). Karena dialek Yaman, asal nenek moyang Sunan Dalem, saat membaca huruf Qaaf (Q) bergeser menjadi huruf Gaaf (G), maka beliau juga menggunakan dialek Gaumuna. Setelah lama, istilah Gaumuna bergeser mengikuti dialek Jawa menjadi Gumeno, hingga kini daerah tempat Masjid Sunan Dalem itu dikenal dengan Desa Gumeno.
Suatu saat, tatkala bulan suci Ramadlan tiba, Sunan Dalem menderita sakit. Beberapa obat yang dicarikan oleh murid-muridnya kurang membawa pengaruh bagi kesehatannya. Di saat genting semacam itu, tiba-tiba Sunan Dalem mendapat ilham dari Allah lewat mimpi, agar beliau membuat obat berbentuk makanan Sanggring, alias kolak ayam dengan bumbu bawang daun, gula merah, jinten dan kelapa.
Hari itu tepatnya tanggal 22 Ramadlan, Sunan Dalem memerintahkan setiap orang lelaki warga Gumeno untuk membawa ayam dewasa sekitar umur satu tahun dengan bumbu yang telah diajarkan. Maka, warga pun berbondong-bondong mengerejakannya bersama Sunan Dalem.
Saat adzan Maghrib berkumandang, maka Sunan Dalem dengan warga Gumeno bersama-sama berbuka puasa dengan menu Sanggring di masjid Sunan Dalem. Sungguh kuasa Allah ditampakkan kepada hambanya, Sunan Dalem pun sembuh setelah memakan Sanggring.
Peristiwa itu hingga kini tetap dilestarikan oleh warga Gumeno, yaitu pada setiap tanggal 22 Ramadlan, atau warga mengistilahkan dengan malam 23 Ramadlan, mereka beramai-ramai memasak Sanggring untuk dijadikan menu buka puasa di kalangan warga sekitar masjid Sunan Dalem yang kini sudah menjadi masjid dengan bangunan modern yang megah itu.
Saat kami coba mencari penjual Sanggring di warga sekitar masjid Sunan Dalem, maka warga setempat memberitahu bahwa adanya Sanggring hanyalah pada malam 23 Ramadlan.
Tapi jika kami mau dan bersedia menunggu, mereka pun bersedia memasak Sanggring khusus untuk penulis sekeluarga. Karena waktu yang tidak memungkinkan, maka kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, dan menyempatkan diri mengunjungi makam Siti Fathimah binti Maimun, salah seorang penyebar Islam pertama sebelum Sunan Giri.
Keanehan pada makam Siti Fathimah binti Maimun adalah panjang makam beliau sekitar 3 meter, jadi lebih panjang dua kali lipat di atas rata-rata ukuran makam masyarakat Indonesia. Bahkan, ada dua makam pengikut Siti Fathimah binti Maimun yang berada di dekat pintu gerbang, dengan panjang sekitar 6 meter pada setiap makam keduanya.
|
1. |
Pengirim: Bagus - Kota: Gresik
Tanggal: 1/8/2011 |
|
Assalamualaikum....AlhamduliLlah Ustadz Luthfi,sudah kembali lagi. Kok website nya gk bisa dibuka Ustadz slama ini?? |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sedikit ada error yang harus dibenahi secara teknis. Salam jumpa. |
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Pengirim: salmah_umr - Kota:
Tanggal: 11/8/2011 |
|
as-syahru ramadhan mubarak lana wa lakum wa li jamiil muslimin wal muslimat.
Aku senang ada orang yang ceritera mengenai gresik karena aku lahir di gresik. Ustadz Luthfi apa tidak lupa ziarah syeikh maulana malik ibrahim dan syeikh maulana ishaq di gapura gresik? |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah sudah kami ziarahi juga, hanya belum sempat tertuang dalam artikel. Karena eventnya ziarah leluhur Bani Murtadla. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|