HAUL LELUHUR BANI MURTADLA JELANG RAMADLAN TH 2011
Luthfi Bashori
Tepatnya, pada hari Ahad, 24 Juli 2011 (seminggu menjelang Ramadla) keluarga besar Bani Murtadla berkumpul di pemakaman Kadipaten Singosari Malang. Ini adalah kegiatan Haul Akbar yang ke dua kalinya diadakan di mushalla Pemakaman Umum Kadipaten sejak dirintis oleh penulis pada tahun 2010 yang lalu.
Sebenarnya, sudah sejak lama penulis, sebagai salah satu dari keluarga besar Bani Murtadla, berkeinginan mengadakan Haul Leluhur Bani Murtadla di lokasi pemakaman keluarga yang berada di pemakaman umum Kadipaten Singosari, namun keinginan tersebut baru dapat terlaksana pada tahun 2010 yang lalu.
Dengan melibatkan para santri Pesantren Ilmu Alquran, santri Ribath Almurtadla dan masyarakat setempat, Alhamdulillah pada akhirnya keinginan tersebut dapat terwujud.
Haul tahun 2011 kali ini, hadirin dan hadirat dari kalangan keluarga semakin banyak yang datang dibanding tahun lalu. Di samping kehadiran ratusan santri ditambah warga setempat, tampak pula kehadiran keluarga Bani Murtadla dari sekitar Malang, Sidoarjo dan Surabaya.
Penulis sendiri datang ke lokasi pada jam 06.00, lantas mengajak para santri yang sudah hadir untuk membaca surat Yasin, Almulk, Alwaqi`ah dan Alkahfi sebagai pra acara haul, sambil menunggu penuhnya para hadirin yang terus berdatangan.
Saat jam menunjukkan pukul 07.00, datanglah ayahanda yang tercinta, KH. Bashori Alwi, kemudian beliau memimpin pembacaan iftitah (fatihah pembukaan). Beliau juga menyela-nyelai acara iftitah dengan memberikan prakata, sembari bercerita ringkas tentang pengalaman hidup beliau bersama sang kakek, KH. Murtadla. Kemudian beliau mohon diri karena harus mengisi pengajian umum rutinan Ahad pagi di Pesantren Ilmu Alquran yang dihadiri oleh kalangan masyarakat.
Acara haul dilanjutkan dengan pembacaan tahlil yang penulis pimpin. Dimulai dengan kirim pahala surat Alfatihah untuk almarhumin para datuk Bani Murtadla, juga bagi beberapa nama tokoh masyarakat yang dimakamkan di Kadipaten Singosari. Kemudian dilanjutkan pembacaan tahlil sebagaimana mestinya.
Usai pembacaan tahlil, dilanjutkan sambutan atas nama keluarga yang kali ini diwakili oleh kakak penulis, H. Anas Bashori, dan sambutan atas nama warga yang disampaikan oleh Ketua RW setempat, Bpk. Sutrisno.
Kemudian penulis membacakan buku KILAS SEJARAH LELUHUR BANI MURTADLA, yang penulis sususn dalam rangka acara haul tahun ini. Dimulai dari sejarah ringkas Sunan Giri, yang mana beliau termasuk anggota Walisongo.
Kemudian sejarah Datuk Ibrahim, Sunan Dalem, putra pertama Sunan Giri. Menurut riwayat yang penulis dapatkan, Sunan Dalem adalah pendiri Masjid jami Gumeno, dan beliau adalah orang yang pertama kali menciptakan makanan Sanggring (kolak ayam) masakan khas warga Gumeno Gresik. Sanggring ini khusus dimakan saat berbuka puasa setiap tanggal 22 Ramadhan.
Kemudian penulis juga membacakan sejarah Datuk Husain bin Sunan Dalem Adipati Omben Madura. Berikutnya secara runtut penulis membacakan cuplikan sejarah Datuk Hasan bin Husain, Datuk Yusuf bin Hasan, Datuk Alwi bin Yusuf, Datuk Abdurrahim bin Alwi, Datuk Murtadla bin Abdurrahim.
Penulis juga sempat mengupas riwayat tentang datuk Murtadla, karena dari beliau ini pula timbul kesepakatan keluarga menamakan perkumpulan keluarga dengan BANI MURTADLA.
Kemudian penulis melanjutkan sejarah ringkas KH. Alwi Murtadla dan anak keturunannya yang pernah hidup bersama belaiu.
Usai pembacaan Kilas Sejarah Leluhur Bani Murtadla, maka acara dilanjutkan dengan ceramah agama yang diisi oleh Alhabib Zein bin Abdullah Ba`abud asal Lawang Malang. Hb. Zein Ba`abud saat ini masih istiqamah menimba ilmu di pesantren Ribath Almurtadla Al-islami Singosari Malang.
Hb. Zein Ba`abud dalam ceramahnya menerangkan pentingnya umat Islam dewasa ini mempelajari biografi para orang shaleh. Karena dengan mendengarkan riwayat kehidupan orang-orang baik, dapat menumbuhkan semangat beribadah kepada Allah.
Maka menjelang Ramadlan ini kata Hb. Zein Ba`abud, sangat tepat jika Bani Murtadla mengadakan haul untuk leluhurnya, terlebih dalam acara itu juga dikupas beberapa bentuk ibadah dan tirakat yang pernah diamalkan oleh para leluhur, yang tentunya diharapkan dapat ditiru oleh para cucu penerus perjuangan, serta para santri dan para muhibbin dari kalangan masyarakat yang menghadiri acara haul tersebut.
Hb. Zein Ba`abud juga mengutip sejarah para wali kekasih Allah. Salah satunya adalah biografi Sayyidina Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib cucu Nabi SAW, yang mana beliau hampir setiap hari melaksanakan shalat sunnah 1000 raka`at.
Di samping itu, beliau masih menyempatkan diri setiap malam memberi makanan kepada kaum fuqara dan masakin dengan memanggul sendiri beras/gandum untuk diberikan dan diletakkan di depan rumah-rumah orang-orang yang membutuhkannya.
Acara haul Bani Murtadla pada akhirnya ditutup doa oleh kakak penulis, H.Rif`at Bashori. Kemudian dilaksanakan ramah tamah dengan seluruh hadirin, dengan menikmati nasi bungkus dan kuwe yang telah disediakan oleh panitia.
AHLAN WA SAHLAN YAA RAMADLAN.