|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 67 users |
Total Pengunjung: 6224169 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
METODE IMAM BUKHARI DALAM PERIWAYATAN SHAHIH |
Penulis: Pejuang Islam [ 26/1/2011 ] |
|
|
METODE IMAM BUKHARI DALAM PERIWAYATAN SHAHIH
Luthfi Bashori
Ada beberapa kreteria atau syarat pada setiap ulama dalam menghukumi hadits yang diriwayatkannya sebagai hadits shahih. Imam Bukhari menyaratkan hadits shahihnya dengan cara memasukkan ke dalam laboratirum Musthalah yang memiliki lima syarat :
1. Ittishalus sanad : yaitu, sebuah hadits dapat dimasukkan dalam definisi shahih jika sanadnya bersambung, sekira setiap perawi benar-benar meriwayatkanya langsung dari gurunya, dan gurunya langsung dari kekak gurunya, demikianlah hingga bersambung kepada Rasulullah SAW.
2. Adalatur riwayah : yaitu perawinya harus seorang muslim, mukallaf, yang selamat dari kefasikan atau dosa besar, dan tidak terus menerus melakukan dosa-dosa kecil. Artinya si perawi harus seorang yang istiqamah dalam menjaga ketaqawaan kepada Allah dan berakhlaq yang mulia.
3. Tamamud dhabth : yaitu super kuat dalam menjaga hafalan dan perawatan naskah. Tamamud dabth ini dibagi dua, yaitu Dhabthu shadr : maksudnya adalah lekatnya hafalan hadits yang sudah didengarkan dari gurunya, sekira ia ingat terhadap hapalannya itu kapan saja diperlukan. Dhabtu kitab : maksudnya adalah teliti dalam menjaga tulisan hadits yang dipelajari dari gurunya dan selalu mentashihnya, atau membacanya berulang-ulang serta memperdengarkannya kepada sang guru atau teman seprofesinya, sekira jika ada berobahnya dalam tulisannya itu, maka segera dibetulkan.
4. Khuluwwun mis syudzudz : yaitu perawinya tidak bertolak belakang dan bertentangan dengan perawi hadits semisalnya yang lebih bonafid. Sebuah hadits dikategorikan shahih jika diriwayatkan oleh perawi yang benar-benar sempurna dari perselisihan riwayat dengan teman seprofesi dan selevelnya.
5. Khuluwwun min `illah : Hadits shahih harus selamat dari `illah, yaitu sebuat sifat samar-samar yang jika diteliti dengan benar dan jeli dapat merusak keshahihan hadits tersebut, sekalipun secara dhahir tampaknya aman-aman saja.
Dalam ketatnya syarat Imam Bukhari tersebut di atas masih ada lagi syarat lain yang mengikat, seperti setiap perawi harus mendengar langsung dari gurunya tentang hadits yang ia riwayatkan. Dalam istilah ahli hadits, metode ini disebut dengan istilah Samaa`i (mendengar langsung). Imam Bukhari juga mensyaratkan tsubutul liqa, yaitu kepastian bertemunya perawi secara langsung dengan gurunya.
Syarat yang diterapkan oleh Imam Bukhari ini sudah sering diteliti oleh para ulama yang kompenten dalam bidangnya, dan mereka bersepakat bahwa Imam Bukhari benar-benar menjalankan syarat-syarat yang beliau tentukan sendiri secara konsekwen dan ketat dalam penyusunan kitab Shahih Bukhari.
|
1. |
Pengirim: farida nikmatul - Kota: Malang
Tanggal: 26/1/2011 |
|
Asslm...
Apakah benar-benar Ammy tertarik mempelajari kitab-kitab didalamnya..Sukron Katsiron.
Farida Nikmatul
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kitab Shahih Bukhari adalah salah satu dari kitab literatur Pejuang Islam. |
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Pengirim: herfan - Kota: bondowoso
Tanggal: 26/1/2011 |
|
Asalamualaikum ya.. ust. ana sangat suka ma tulisannya ust ini..........
ust. ana mau nanyak...!
apa boleh berma'mum pada MUHAMMADIAH............
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Jika imamnya memenuhi rukun dan syarat sah-nya menjadi imam, maka sah. Jika tidak memenuhi rukun dan syaratnya, maka tidak sah. |
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Pengirim: Bagus - Kota: Gresik
Tanggal: 29/1/2011 |
|
Asslmkm. Oh ya ustadz,kan Imam Bukhari terkenal dg kriteria ketat para perawi hadits... Apakah metode Imam2 lain, seperti Imam Malik, Imam Tirmidzi dsb juga berbeda2 dalam penetapan kriteria perawi?? |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Pada generasi 4 Imam Madzhab Fiqih (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali) masih belum diterapkan pengklasifikasian pembukuan hadits shahih, kemudian datang jaman generasi Imam Bukhari yang mengawali pengumpulan hadits-hadits shahih dg menerapkan syarat tertentu. Perlu diingat Imam Bukhari ini bermadzhab Syafi'i dalam berfiqih. Adapun para muhaddits lainnya juga mempunyai syarat tertentu untuk menvonis hadits yang diriwayatkannya sebagai hadits shahih, namun tidak seketat Imam Bukhari. |
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Pengirim: adym ashari - Kota: malang
Tanggal: 30/10/2011 |
|
assalamualaikum..
ustadz selama 4 tahun ana mondok, ana blum pernah menemukan hadis kalau rosul pernah melakukan tahlilan untuk orang mati, apa lagi 7 hari 21 dst, apakah tahlilan kematian itu ada dalil syar'inya..?? tolong penjelasannya yaa ustadz..
trimakasih.. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Sayang sekali kalau kurikulum di pondok tempat akhi belajar tidak begitu lengkap seperti itu. Alhamdulillah di pondok kami, kurikulum mulai santri belajar pada tahun pertama sudah diajarkan dalil-dalil tentang diperbolehkan tahlilan, jadi para santri benar-benar giat melaksanakan tahlilan sesuai dengan ajaran syariat islam yang benar dan baik. Hendaklah akhi membaca artikel kami : IKUT TAHLILAN YOOK ! dan APA TAHLILAN HARI KE 7 & 40 MELAWAN SYARIAT ?
Mudah-mudahan akhi mendapatkan tambahan ilmu yang tidak akhi dapatkan di pondok tempat akhi belajar. |
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Pengirim: Nuruddin Asy-Syerrbaniy - Kota: Cirebon
Tanggal: 5/3/2012 |
|
جزاك الله يا أستاذ |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Alhamdulillah. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|