DUDUK DI BERANDA MASJID
Luthfi Bashori
Masjid dikenal umum adalah sebagai tempat beribadah bagi umat Islam.
Sekalipun demikian masjid juga benar-benar tempat yang reprersentatif untuk menangkal sejuta masalah yang menggelayut dalam pikiran, tentunya bagi kalangan yang tetap meyakini kesakralan masjid sebagai inspirasi mencari ketenangan hati.
Sejak suara adzan Ashar dikumandangkan, kakiku terasa termaghnit untuk melangkah satu persatu agak tertatih-tatih menuju masjid kecil yang ada di depan tempat berhentiku.
Sebuah perjalanan yang cukup melelahkan memang sedang aku jalani dalam suatu acara keluarga.
Begitu siang mulai menghilang dan sore mulai menjemput, maka mobil yang aku tumpangi pun berhenti sejenak di tempat parkir sebuah rumah makan. Harapan untuk menjamak ta`khir shalat Dhuhur dan Ashar rasanya akan dapat kutunaikan.
Kebetulan sejak sepekan yang lalu, ada suatu masalah keluarga yang harus kuselesaikan bersama seluruh keluarga, karena itulah aku bersama keluarga hari ini melakukan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan.
Belum lagi, pembicaraan di antara kami di dalam mobil tentang hal-hal yang akan kami selesaikan, mengharuskan bertambahnya beban pikiran yang tanpa terasa memakin melelahkan jiwa dan raga, terutama pada diriku yang selama ini dianggap sebagai sentral bagi penyelasaian segala macam urusan keluarga.
Setelah perjalanan yang memakan waktu sepertiga hari, maka akupun memutuskan untuk berhenti mencari rumah makan untuk makan siang, sekaligus untuk istirahat sejenak.
Setelah tengak-tengok kanan kiri, akhirnya aku temukan sebuah rumah makan dengan halaman yang sangta luas rasanya cukup representataif untuk memenuhi kebutuhan yang kami perlukan.
Usai makan siang itulah telingaku mendengar suara adzan Ashar yang menderu-deru serasa memanggil kami semuanya untuk sesegera melaksanakan shalat Ashar, maka kamipun melangkah menuju masjid mungil yang ada diujung halaman luas milik rumah makan.
Usai shalat berjamaah, aku memutuskan untuk istirahan sejenak, sekedar melemaskan otot-otot tubuh. Maka aku memilih duduk-duduk dan berebahan di beranda masjid, dan disepekati oleh seluruh anggota keluarga yang ikut dalam rombongan ini.
Aku pandang atap masjid yang cukup bersih dan tampak rapi.
Tiba-tiba saja aku merasakan sebuah kesegaran dalam tubuhku. Terasa semua pikiran yang semula bergelayut dalam otakku, menjadi sirna seketika bersama lemparan pandangan mataku ke atap masjid.
Aku nikmati saja kekosongan pikiranku itu sekalipun hanya sejenak. Namun pengaruhnya ternyata sangat besar bagi therapy jiwa pada diriku di saat kelelahan dan kejenuhan menggelayuti pikiranku
Rasanya aku tak hendak meninggalkan masjid mungil yang berada di halaman rumah makan ini, dan rasanya aku ingin berlama-lama bahkan dapat bermalam berhari-hari di beranda masjid ini untuk mendapatkan ketenangan jiwa dan kejernihan pikiran.
Masjid, sebagai tempat ibadah memang mempunyai sejuta rahasia Allah bagi hamba-Nya yang dapat mempergunakannya untuk segala macam kebaikan baik yang berkaitan dengan urusan keumatan, maupun permasalah pribadi yang membutuhkan therapy ketenangan.
Demikian inilah yang konon dilakukan oleh junjungan umat Islam, baginda Rasulullah SAW yang menjadikan masjid sebagai motor dan sentral bagi kegiatan umat Islam hampir dalam segala hal.