Di sebelah timur Indonesia terdapat salah satu pulau terbesar di dunia, pulau
tersebut adalah Irian Jaya yang mayoritas penduduknya memeluk agama animisme
dan dinamisme. Sekarang, masyarakat Papua ingin melepaskan diri dari Negara
Indonesia. Mereka beranggapan bahwa Indonesia kurang bisa memakmurkan
rakyatnya. Contohnya saja kasus gunung emas yang sekarang dikontrak oleh
Amerika yaitu free port, sesungguhnya itu adalah hak rakyat papua yang
dikuasakan kepada pihak asing.
Di pulau terbesar di dunia itu, terdapat sebuah kabupaten bernama Manokwari
yang mayoritas penduduknya beragama nasrani. Bukan sekedar masyarakatnya saja yang beragama Kristen, bahkan
bupati beserta perangkatnya juga didominasi umat penyembah Yesus itu. Lantas
bagaimana dengan saudara kita yang beragama islam? Tentu saja kita mengkhawatirnya,
karena di sana menjadi ladang kristenisasi terhadap umat Islam..
Bupati Manokwari berambisi untuk menjadikan kabupaten Manokwari sebagai basis
kota Salib. Bupati membuat kebijakan baru, yaitu seluruh penduduknya diwajibkan
memeluk agama Kristen. Tapi, masyarakat muslim Manokwari tidak begitu saja
merespon kebijakan pemerintah tersebut.
Di sebuah kampung yang mayoritas penduduknya Islam malah konon tanpa
takut-takut merayakan acara maulid Nabi Muhammad SAW secara besar-besaran yang
diikuti hampir seluruh kaum muslimin kabupaten Manokwari. Mereka juga sempat
mendatangkan muballigh kondang dari Jakarta, habib Mundzir Musawa demi meiahnya
acara maulid Nabi SAW yang menjadi syiar keislaman di tempat itu.
Semangat yang demikian itu akan membuat gentar orang-orang Kristen yang ada di
sekitarnya. Sekarang ini, mulai banyak penduduk Manokwari yang mendapat hidayah
dari Allah, berkat maulid Nabi SAW yang
diadakan secara rutin. Ada salah satu dari mereka yang mengatakan bahwa
lagu-lagu qasidah yang didendangkan pada acara maulid itu sangat indah dan menggetarkan
hatinya hingga ia tertarik masuk agama Islam.
Bahkan dari kota ini pula kini mulai banyak calon da’i-da’i, yang sejak usia
dini belajar agama di Jakarta dan di beberapa tempat di pulau Jawa lainnya. Ada
pula dari kalangan ustadz-ustadz di Pulau Jawa yang sengaja datang ke tempat
ini, untuk mentransfer ilmu agama kepada generasi muda muslim Manokwari. Semangat
mereka sangat demi meneruskan da’wah dan ajaran Rasulullah SAW meski kemiskinan
mendera dan kristenisasi ada di mana-mana. Mereka termasuk orang-orang yang
sabar dan di akhirat nanti, akan ditinggikan derajatnya oleh Allah swt.
Marilah kita tiru semangat mereka, jangan biarkan kristenisasi menjadi-jadi di
tanah Jawa. Kita marakkan Maulid Nabi, pengajian umum, majlis ta’lim, dan kaderisasi
anak-anak muslim, agar saat dewasa nanti menjadi generasi yang shalih yang
mampu mengarahkan umat Islam menuju ke jalan kebenaran, dan menjadi kekuatan
Islam, serta menjadi titik tumpubagi umat Islam.
Assalaamu'alaikum..,,
jika boleh, sy ingin tau adakah hadist shohih atau perintah dlm AL-qur'an yg memerintahkan kita umat islam bermaulid...?
mohon ilmu-nya..,
sukron..,, Assalaamu'alaikum.
[Pejuang Islam Menanggapi] BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Dalil-Dalil Peringatan Maulid Nabi SAW
Yang pertama merayakan Maulid Nabi SAW adalah shahibul Maulid sendiri, yaitu Nabi SAW, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan Muslim bahwa, ketika ditanya mengapa berpuasa di hari Senin, beliau menjawab, Itu adalah hari kelahiranku. Ini nash yang paling nyata yang menunjukkan bahwa memperingati Maulid Nabi adalah sesuatu yang dibolehkan syara.
Banyak dalil yang bisa kita jadikan sebagai dasar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Pertama, peringatan Maulid Nabi SAW adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu (Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, paman Nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka cita. Dan karena kegembiraannya, kelak di alam baqa siksa atas dirinya diringankan setiap hari Senin tiba. Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati, karena kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, bagaimanakah kiranya anugerah Allah bagi umatnya, yang iman selalu ada di hatinya?
Kedua, beliau sendiri mengagungkan hari kelahirannya dan bersyukur kepada Allah pada hari itu atas nikmat-Nya yang terbesar kepadanya.
Ketiga, gembira dengan Rasulullah SAW adalah perintah Al-Quran. Allah SWT berfirman, Katakanlah, Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. (QS Yunus: 58).
Jadi, Allah SWT menyuruh kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya, sedangkan Nabi SAW merupakan rahmat yang terbesar, sebagaimana tersebut dalam Al-Quran, Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiya: 107).
Keempat, Nabi SAW memperhatikan kaitan antara waktu dan kejadian-kejadian keagamaan yang besar yang telah lewat. Apabila datang waktu ketika peristiwa itu terjadi, itu merupakan kesempatan untuk mengingatnya dan mengagungkan harinya.
Kelima, peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Taala, Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya. (QS Al-Ahzab: 56).
Apa saja yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang dituntut oleh syara, berarti hal itu juga dituntut oleh syara. Berapa banyak manfaat dan anugerah yang diperoleh dengan membacakan salam kepadanya.
Keenam, dalam peringatan Maulid disebut tentang kelahiran beliau, mukjizat-mukjizatnya, sirahnya, dan pengenalan tentang pribadi beliau. Bukankah kita diperintahkan untuk mengenalnya serta dituntut untuk meneladaninya, mengikuti perbuatannya, dan mengimani mukjizatnya. Kitab-kitab Maulid menyampaikan semuanya dengan lengkap.
Ketujuh, peringatan Maulid merupakan ungkapan membalas jasa beliau dengan menunaikan sebagian kewajiban kita kepada beliau dengan menjelaskan sifat-sifatnya yang sempurna dan akhlaqnya yang utama.
Dulu, di masa Nabi, para penyair datang kepada beliau melantunkan qashidah-qashidah yang memujinya. Nabi ridha (senang) dengan apa yang mereka lakukan dan memberikan balasan kepada mereka dengan kebaikan-kebaikan. Jika beliau ridha dengan orang yang memujinya, bagaimana beliau tidak ridha dengan orang yang mengumpulkan keterangan tentang perangai-perangai beliau yang mulia. Hal itu juga mendekatkan diri kita kepada beliau, yakni dengan manarik kecintaannya dan keridhaannya.
Kedelapan, mengenal perangai beliau, mukjizat-mukjizatnya, dan irhash-nya (kejadian-kejadian luar biasa yang Allah berikan pada diri seorang rasul sebelum diangkat menjadi rasul), menimbulkan iman yang sempurna kepadanya dan menambah kecintaan terhadapnya.
Manusia itu diciptakan menyukai hal-hal yang indah, baik fisik (tubuh) maupun akhlaq, ilmu maupun amal, keadaan maupun keyakinan. Dalam hal ini tidak ada yang lebih indah, lebih sempurna, dan lebih utama dibandingkan akhlaq dan perangai Nabi. Menambah kecintaan dan menyempurnakan iman adalah dua hal yang dituntut oleh syara. Maka, apa saja yang memunculkannya juga merupakan tuntutan agama.
Kesembilan, mengagungkan Nabi SAW itu disyariatkan. Dan bahagia dengan hari kelahiran beliau dengan menampakkan kegembiraan, membuat jamuan, berkumpul untuk pengingat beliau, serta memuliakan orang-orang fakir, adalah tampilan pengagungan, kegembiraan, dan rasa syukur yang paling nyata.
Kesepuluh, dalam ucapan Nabi SAW tentang keutamaan hari Jumat, disebutkan bahwa salah satu di antaranya adalah, Pada hari itu Adam diciptakan. Hal itu menunjukkan dimuliakan-nya waktu ketika seorang nabi dilahirkan. Maka bagaimana dengan hari dilahirkannya nabi yang paling utama dan rasul yang paling mulia?
Kesebelas, peringatan Maulid adalah perkara yang dipandang bagus oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negeri dan telah dilakukan di semua tempat. Karena itu, ia dituntut oleh syara, berdasarkan qaidah yang diambil dari hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Masud, Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, ia pun baik di sisi Allah; dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, ia pun buruk di sisi Allah.
Kedua belas, dalam peringatan Maulid tercakup berkumpulnya umat, dzikir, sedekah, dan pengagungan kepada Nabi SAW. Semua itu hal-hal yang dituntut oleh syara dan terpuji.
Ketiga belas, Allah SWT berfirman, Dan semua kisah dari rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu, yang dengannya Kami teguhkan hatimu. (QS Hud: 120). Dari ayat ini nyatalah bahwa hikmah dikisahkannya para rasul adalah untuk meneguhkan hati Nabi. Tidak diragukan lagi bahwa saat ini kita pun butuh untuk meneguhkan hati kita dengan berita-berita tentang beliau, lebih dari kebutuhan beliau akan kisah para nabi sebelumnya.
Keempat belas, tidak semua yang tidak pernah dilakukan para salaf dan tidak ada di awal Islam berarti bidah yang munkar dan buruk, yang haram untuk dilakukan dan wajib untuk ditentang. Melainkan apa yang baru itu (yang belum pernah dilakukan) harus dinilai berdasarkan dalil-dalil syara.
Kelima belas, tidak semua bidah itu diharamkan. Jika haram, niscaya haramlah pengumpulan Al-Quran, yang dilakukan Abu Bakar, Umur, dan Zaid, dan penulisannya di mushaf-mushaf karena khawatir hilang dengan wafatnya para sahabat yang hafal Al-Quran. Haram pula apa yang dilakukan Umar ketika mengumpulkan orang untuk mengikuti seorang imam ketika melakukan shalat Tarawih, padahal ia mengatakan, Sebaik-baik bidah adalah ini. Banyak lagi perbuatan baik yang sangat dibutuhkan umat akan dikatakan bidah yang haram apabila semua bidah itu diharamkan.
Keenam belas, peringatan Maulid Nabi, meskipun tidak ada di zaman Rasulullah SAW, sehingga merupakan bidah, adalah bidah hasanah (bidah yang baik), karena ia tercakup di dalam dalil-dalil syara dan kaidah-kaidah kulliyyah (yang bersifat global).
Jadi, peringatan Maulid itu bidah jika kita hanya memandang bentuknya, bukan perincian-perincian amalan yang terdapat di dalamnya (sebagaimana terdapat dalam dalil kedua belas), karena amalan-amalan itu juga ada di masa Nabi.
Ketujuh belas, semua yang tidak ada pada awal masa Islam dalam bentuknya tetapi perincian-perincinan amalnya ada, juga dituntut oleh syara. Karena apa yang tersusun dari hal-hal yang berasal dari syara, pun dituntut oleh syara.
Kedelapan belas, Imam Asy-Syafii mengatakan, Apa-apa yang baru (yang belum ada atau dilakukan di masa Nabi SAW) dan bertentangan dengan Kitabullah, sunnah, ijmak, atau sumber lain yang dijadikan pegangan, adalah bidah yang sesat. Adapun suatu kebaikan yang baru dan tidak bertentangan dengan yang tersebut itu, adalah terpuji.
Kesembilan belas, setiap kebaikan yang tercakup dalam dalil-dalil syari dan tidak dimaksudkan untuk menyalahi syariat dan tidak pula mengandung suatu kemungkaran, itu termasuk ajaran agama.
Kedua puluh, memperingati Maulid Nabi SAW berarti menghidupkan ingatan (kenangan) tentang Rasulullah, dan itu menurut kita disyariatkan dalam Islam. Sebagaimana yang Anda lihat, sebagian besar amaliah haji pun menghidupkan ingatan tentang peristiwa-peristiwa terpuji yang telah lalu.
Kedua puluh satu, semua yang disebutkan sebelumnya tentang dibolehkannya secara syariat peringatan Maulid Nabi SAW hanyalah pada peringatan-peringatan yang tidak disertai perbuatan-perbuatan mungkar yang tercela, yang wajib ditentang.