Kekayaan Bahari di Kampung Nasrani
M. Ridwan
Di Kabupaten Malang bagian selatan, terdapat pantai-pantai yang ombaknya bergulung-gulung seakan-akan melibas segala apa yang berada di depannya. Pantai tersebut terletak di kecamatan Sumbermanjing Wetan dengan 52% penduduk aslinya menganut agama Nasrani.
Saat ini, mayoritas penduduk di sana adalah orang-orang pendatang dari beberapa daerah di pulau Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan. Misalnya dari Madura, Jember, Banyuwangi, Banjarmasin, dan Makassar atau yang lebih identik dengan suku Bugis. Akan tetapi, suku Bugis di sana mayoritas beragama Islam KTP (orang muslim yang jarang melakukan kewajiban sebagai muslim).
Tempat itu bernama desa Sendang Biru. Desa ini bersebelahan dengan pulau Sempu, yaitu sebuah pulau yang menjadi obyek wisata cagar alam dan memiliki pantai yang cocok untuk berenang.
Rata-rata orang Sendang Biru bekerja sebagai nelayan,. Banyak juga pengusaha besar yang mempunyai anak buah kapal 10-25 orang. Hasil ikan tangkapan nelayan tersebut juga menghasikan devisa bagi negara, karena hasilnya akan diexport ke negeri-negeri asing terutama Australia.
Macam-macam ikan hasil tangkapan nelayan bukan sekedar jenis ikan-ikan kecil , tapi ada juga yang besar, seprti ikan tuna dengan berat mulai dari 1 kg hingga 1 ton, ikan marlin atau warga biasa menyebutnya dengan ikan tombok (ikan tombak) yang ukuran besar badannya sebesar manusia dewasa dan masih banyak lagi.
Pantai-pantai di Sendang Biru juga banyak memberikan pesona alam bagi wisatawan. Salah satunya adalah pantai Clungup. Di saat surut, pantai ini dipenuhi oleh beribu-ribu spesies hewan laut. Pantai Gowa Cina. Pantai ini memiliki sebuah gowa yang konon pernah dipakai bertapa oleh seorang pendekar berkebangsaan Cina. Pantai Ungapan atau pantai Bajul Mati. Pantai yang mempunyai keindahan seperti pantai Kute di Bali ini mempunyai ombak besar. Hanya saja ketiga pantai tersebut belum ada pengelola dan belum banyak pengunjungnya.
Namun, yang membuat umat Islam menyayangkan keberadaan Sendang Biru adalah mayoritas penduduknya beragama Nasrani. Keyakinan mayoritas warga se tempat yang menganggap Yesus sebagai anak Tuhan, tentunya sangat menyakitkan hati kaum muslimin.
Konon umat Islam pernah dilarang mendirikan masjid, begitu juga mengumandangkan adzan pernah mendapat perlakuan yang sama.
Bahkan konon di Sendang Biru, pada awal umat Islam masuk di sana, ada kondisi yang lebih parah. Yaitu jika ada pendatang tidak mempunyai kartu tanda penduduk beragama Kristen, maka siapapun dilarang masuk menjadi penduduk se tempat. Kejadian monopoli atau penguasaan terhadap wilayah ini berakhir ketika masyarakat dari kaum muslimin dari berbagai suku berbondong-bondong memaksa dan berusaha masuk ke desa tersebut dengan segala resiko yang akan dihadapi.
Kita patut mengucapkan syukur kepada sang Maha Pencipta, karena di sana sekarang, sudah banyak anak-anak yang rajin mengaji, dan mendaftarkan diri ke pesantren yang ada di Gondanglegi. Yaitu sebuah tempat yang bersebelahan dengan kecamatan Sumbermanjing Wetan.
Di sana juga saat ini banyak guru tugasan dari pesantren, warganya juga banyak mendirikan kegiatan keislaman seperti tahlilan, maulid Nabi SAW, dan lain sebagainya. Mungkin, keadaan umat Islam sekarang lebih baik dari dulu. Sekarang, kaum Nasrani se tempat lebih banyak berdiam diri, dari pada menimbulkan masalah, karena umat Islam sudah banyak yang sadar hukum.
Sekalipun demikian pernah 1 atau 2 kali penganut Nasrani membuat keonaran dan tidak ditanggapi oleh umat Islam, bahkan umat Islam lebih sering mengalah, namun tokoh-tokoh Islam tetap berusaha eksis mengamalkan penguatan aqidah bagi anggota keluarga muslim.
Itulah kekuatan umat Islam di Sendang Biru, meski harus hidup di tengah kaum nasrani, mereka tetap semangat menjalankan ibadah dan melakukan kegiatan yang melambangkan kebenaran agama yang diridhai Allah SWT.