URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 310 users
Total Pengunjung: 6224431 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
BERITA IMAM AHMAD BIN HANBAL TENTANG KENDURI 7 HARI 
Penulis: Pejuang Islam [ 11/9/2016 ]
 
BERITA IMAM AHMAD BIN HANBAL TENTANG KENDURI 7 HARI

 Luthfi Bashori

 Mengapa para ulama mengajarkan kepada umat Islam, agar selalu mendoakan keluarganya yang telah meninggal dunia selama tujuh hari berturut-turut ?

Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ahli hadits kenamaan mengatakan bahwa beilau mendapatkan riwayat dari Hasyim bin Alqasim, yang mana beliau meriwayatkan dari Al-asyja`i, yang beliau sendiri mendengar dari Sofyan, bahwa Imam Thawus Attabi`i berkata: Orang yang meninggal dunia itu diuji selama 7 hari di dalam kubur mereka, karena itu kaum Salaf mensunnahkan agar para kerabat dan handai taulan bersedekah kenduri makanan untuk orang yang meninggal dunia selama 7 hari (Alhawi lil fatawi, juz. II, hal. 178)

Imam Thawus sebagai seorang Tabi`i yang `alim dalam bidang agama, tokoh Salaf Ahlus sunnah wal jamaah, menfatwakan pentingnya kaum kerabat dan handai taulan keluarga mayyit untuk bersama-sama mengasihani atau merahmati jenazah yang baru meninggal dunia selama mendapat ujian dari Allah lewat pertanyan-pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, dengan cara mengadakan kenduri sedekah atas nama jenazah, dengan harapan agar pahala sedekah kendurinya dapat diterima oleh almarhum yang bersangkutan.

Sedekah semacam ini berlandaskan hadits sebagai berikut:
Seorang lelaki berkata kepada Nabi SAW : Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dunia secara mendadak, dan aku lihat seandainya beliau sempat bicara, tentu beliau akan bersedekah, bolehkah aku bersedekah atas nama beliau ? Nabi menjawab: Boleh..! Lantas lelaki itu bertanya : Apakah Ibuku mendapatkan pahala sedekahku itu ? Nabi SAW menjawab : Ya..! (HR. Bukhari - Muslim)

Senada dengan ini, sekalipun ada sedikit perbedaannya, namun subtansinya tetap sama, adalah riwayat hadist mauquf dari Sayyidina Umar bin Khatthab. Bahwa Al-ahnaf bin Qais berkata: Aku pernah mendengar Umar RA berkata: Apabila seseorang dari suku Quraisy memasuki satu pintu, pasti orang lain akan mengikutinya ! Aku (Al-Ahnaf) tidak mengerti maksud perkataan ini, sampai akhirnya Umar RA ditikam, lalu beliau berwasiat agar Shuhaib yang menjadi imam shalat atas jenazah beliau selama 3 hari, dan agar menyuguhkan makanan bagi orang-orang yang berta`ziah.

Kemudian, setelah orang-orang pulang dari mengantarkan jenazah beliau ternyata hidangan makanan telah disiapkan, tapi mereka tidak sempat makan, karena terhalang rasa duka cita yang sangat dalam menyelimuti mereka. (HR. Ahmad bin Mani` dalam kitab Almusnad, dan Alhafidz Ibnu Hajar dalam kitab Almathalib Al`aliyah, juz 5, hal. 328).

Hikmah dari kedua riwayat ini memberi pengertian bahwa amalan kenduri untuk mayyit itu, bukanlah adat istiadat murni bangsa Indonesia, tetapi sudah dicontohkan sejak jaman Sayyidina Umar Ibnul Khatthab RA khalifah ke dua, dan jaman Sayyidina Thawus pembesar para tabi`in.


   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: assiddiqqi  - Kota: jepara
Tanggal: 8/11/2010
 
kenapa sudah jelas begini masih banyak orang yang tega mengatakan orang yang mengadakan tahlilan itu sesat..terus berjuang ustadz dukungan pasti akan terus mengalir sampai akhir hayat. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudah-mudahan mereka diberi hidayah oleh Allah, sehingga dapat memahami agama dengan sempurna dan tidak setengah-setengah. Jika seseorang memahami agama itu setengah-seengah, maka seringkali menjadi arogansinya lebih tampak daripada akhlaq karimahnya.

2.
Pengirim: ahmad  - Kota: probolinggo
Tanggal: 8/11/2010
 
Syukran atas artikel yg amat bermanfaat ini. Dan ini tentunya menjadi berita buruk bg gol wahhabi. Mreka melakukan penekanan terhadap tauhid-syirik (versi mereka) yang kemudian dijadikan modal pengkafiran (menvonis musyrik) kaum muslimin , padahal apakah itu tergolong akhlak Nabi? Sama sekali bukan!. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami ingin menyelamatkan keyakinan umat Islam, dari tuduhan miring kaum Wahhabi yang menuduh bid'ah sesat terhadap amalan warga Sunni Syafi'i semisal selamatan kenduri untuk jenazah.

3.
Pengirim: as'ad Muhammad  - Kota: jogja
Tanggal: 22/11/2010
 
matur nuwun Yai.....nyuwun izin copy & Share...mugi2 manfaat.
dalem santri al-Munawwir krapyak. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Tafaddhal.

4.
Pengirim: GP Ansor  - Kota: Ketanggungan Brebes
Tanggal: 23/11/2010
 
Nuwun sewu Kyai, nderek copy artikel ingkang manfaat. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami persilahkan

5.
Pengirim: mutaallim  - Kota: pahang malaysia
Tanggal: 1/12/2010
 
Sungguh bagus artikel ini, mohon copy ustaz. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami persilahkan, semoga bermanfaat.

6.
Pengirim: Abu Muhammad  - Kota: Surabaya
Tanggal: 8/12/2010
 
Acara kenduri 7 hari adalah ibadah orang hindu mendapat pengesahan dari Pak Kyai dengan membawa hadits Bukhori dan Muslim, sedangkan Hadits Muslim yang menerangkan bahwa orang tua Nabi SAW di neraka di mansukh. Wah koq dipilih2 yg cocok ya. 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Seperti juga yang selalu dilakukan oleh aliran Wahhabi yang hanya berani menampilkan dalil-dalil yang mencocoki pemahaman dirinya dan sengaja menyembunyikan dalil-dalil yang menguatkan amalan-amalan umat Islam. Padahal umat Islam mengamalkan ibadahnyha, pasti ada dalilnya, tapi selalu dituduh Bid'ah oleh aliran Wahhabi.
Bahkan pengikut Wahhabi tidak segan-segan menvonis umat Islam sebagai ahi neraka.

Jangankan terhadap umat Islam, bahkan pengikut Wahhabi merasa bangga kalau sudah menvonis ayah bunda Nabinya sendiri sebagai orang kafir yang wajib masuk neraka.

Padahal umat Islam dapat membuktikan secara ilmiah bahwa ayah bunda Nabi SAW itu adalah ahli sorga.

Uniknya kaum Wahhabi malah jadi sewot, saat umat Islam menhghormati ayah bunda Nabi SAW dengan membuktikan beliau berdua termasuk ahi sorga.

Kok aliran Wahhabi itu tampaknya sangat benci sih terhadap ayah bunda Nabi SAW, jangan-jangan ...?

Contoh lain Aliran Wahhabi yang menuduhan negatif terhadap umat Islam yang mengadakan tahlilan dan kirim doa kepada ahli kubur, yang dilaksanakan pada hari ke 1, 2, 3 atau hingga hari ke 7, dan pada hari ke 40, 100, 1000, atau pelaksanaan haul tahunan. Kaum Wahhabi mengatakan bahwa waktu-waktu yang dipilih itu adalah hasil konversi dari adat istiadat Hindu yang diadopsi oleh para pengamalnya. Karena itulah kaum Wahhabi melarang kelompoknya mengikuti tradisi Hindu tersebut.

Untuk menyanggah tuduhan Wahhabi ini sangatlah mudah. Adat istiadat yang tidak bertentangan dengan ajaran syariat Islam, maka boleh saja diadopsi oleh umat Islam. Contoh, kebiasaan bercelana panjang (pantalon) dengan memakai baju hem dan berdasi adalah adat istiadat si penjajah Belanda sang penyebar agama Kristren di Indonesia. Mereka jika mengadakan ritual agama Kristen di dalam gereja juga menggunakan celana panjang.

Konon, sebagian ulama di masa penjajahan, sempat mengharamkan penggunaan celana panjang bagi umat Islam, dengan dalil man tasyabbaha biqaumin fahuwa minhum (barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan mereka). Karena bercelana pantalon saat itu menyerupai kaum Kristen Belanda, maka dihukumi haram.

Namun pada akhir perkembangan, budaya bercelana panjang pantalon sudah menjadi budaya masyarakat muslim Indonesia, bahkan banyak sekali yang melaksanakan shalat pun dengan menggunakan celana panjang (pantalon).

Dasi pun kini sudah menjadi seragam para pegawai perkantoran, maupun anak-anak pelajar sekolah formal setingkat SD, SLTP dan SLTA. Dasi juga menjadi hal yang tidak pernah dipermasalkan oleh kaum Wahhabi.

Jika diteliti secara jujur, tidak sedikit kaum Wahhabi Indonesia yang menggunakan celana panjang pantalon dalam kehidupan sehari-hari, termasuk saat berfatwa di kalangan kelompoknya, bahkan anak-anak mereka juga dimasukkan sekolah formal dengan menggunakan seragam wajib berdasi.

Nabi SAW sendiri mengadopsi adat istiadat kaum Yahudi dalam melaksanakan puasa sunnah `Asyura, tapi ditambahi 1 hari (tanggal 9-10 atau 10-11 Muharram) agar tidak sama dengan puasanya Yahudi.

Sebagaimana dalam sejarah disebutkan, tatkala Nabi SAW masuk kota Madinah, beliau SAW mendapati kaum Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Lantas beliau SAW bertanya mengapa mereka berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Kaum Yahudi menjawab : Kami berpuasa karena syukur kepada Allah atas diselamatkannya Nabi Musa dari kejaran Firaun pada tanggal 10 Muharram.. ! Maka Nabi SAW mengatakan : Sesungguhnya kami lebih berhak bersyukur kepada Allah atas hal itu dari pada kalian .. !

Kemudian Nabi SAW perintah kepada umat Islam : Shuumuu yauma `Aasyuura wakhaaliful yahuud, shuumu yauman qablahu au yauman bakdahu (Berpuasa `Asyuura-lah kalian, tapi berbedalah dengan kaum Yahudi, berpuasa jugalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya). HR. Bukhari & Muslim.

Baju koko juga dari budaya China yang mayoritas masyarakatnya beragama Khong hu cu dan Atheis, tapi kini menjadi trend sebagai baju muslim dunia. Kubah masjid dulunya berasal dari kubah gereja kemudian dirubah bentuknya menjadi kubah yang stupa, padahal bentuk stupa juga menjadi salah satu adat rumah ibadah Budha. Sedangkan menara masjid diadopsi dari menara kaum Majusi penyembah api, demikian dan sebagainya.

Karena semua adat istiadat tersebut di atas, tidak bertentangan dengan subtansi syariat, maka hukumnya boleh-boleh saja. Apalagi umat Islam mengisi hari-hari kematian keluarganya pada hari ke 1, 2, 3, 7, 40, 100, 1000, dan haul tahunan, yang sangat berbeda dengan adat kaum Hindu. Umat Islam mengisinya dengan menbaca Yasin, Shalawat kepada Nabi SAW, dzikir-dzikir yang diajarkan Nabi SAW, berdoa mohon ampunan kepada Allah untuk ahli kubur, dan bersedekah. Jadi sudah sesuai dengan perintah Nabi SAW. Bahkan semua isi amalan Tahlilan itu subtansinya adalah pengamalan ajaran Alquran dan Hadits Nabi SAW.

IKUT TAHLILAN YOOK ... !

7.
Pengirim: susanto  - Kota: tulungagung
Tanggal: 9/12/2010
 
mohon ijin print untuk saya sebarkan pada teman2 jamaah  
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami persilahkan, semoga bermanfaat untuk umat.

8.
Pengirim: aswaja  - Kota: probolinggo
Tanggal: 10/12/2010
 
@Abu Muhammad - Kota: Surabaya

Anda jangan asal bunyi tanpa ada rujukan ilmiah yg jelasbukti keawaman anda
kasihan anda. kayak ini didikan wahabi/salafi. ah, cemen..!
 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
ini pelajaran dari masyarakat untuk Abu Muhammad.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam