IDZBAH BISSAK LAILA IRSAK
Luthfi Bashori
Bunuhlah kucingmu pada malam pertama pernikahanmu !
Ini adalah arti dari sebuah pribahasa Arab Prokem yang cukup menggelitik untuk disimak. Namun juga mengandung makna yang baik bagi calon suami - istri.
Sebagaimana diketahui bahwa Alquran menyebut Arrijaalu qawwamuuna alan nisaak (para lelaki itu bertanngungjawab penuh terhadap para istri), memberi nafkah, mengatur, melindungi, memimpin dan sebagainya.
Konon ada dua orang pria yang menjalin persahabatan sangat erat. Bahkan dalam banyak hal mereka kerjakan bersama. Bisa dikatakan se-ia sekata dalam segala hal. Keduanya adalah Hisyam dan Irfan.
Pada saat Hisyam ingin berkeluarga, maka ia pun bermusyawara dengan sahabatnya, hingga saat melamar seorang wanita calon istinya Irfan pun diajak dalam rombongan keluarga.
Demikianlah hingga pelaksanaan pernikahan tetap saja mereka saling mendukung dan berbagi rasa.
Beberapa bulan setelah itu Irfan pun ikut menyusul sahabatnya untuk melangsungkan pernikahan, dan tentunya Hisyam juga berbalas budi terhadap sahabatnya dengan ikut terlibat langsung detail pernikahan Irfan hingga tuntas.
Seiring waktu berjalan, mereka menjalani kehidupan rumah tangganya, namun persahabatan keduanya juga tetap terjalin dengan baik dan akrab.
Hingga suatu ketika Hisyam mengetahui jika sahabatnya itu ternyata adalah termasuk figur suami-suami takut istri. Sedangkan dirinya sendiri adalah suami yang benar-benar mampu memenuhi kriteria Alquran.
Tatkala Hisyam bertemu Irfan dalam sebuah acara santai, maka keduanya berdiskusi memngenai kehidupan keluarganya, dan Irfan pun bercurhat kepada Hisyam agar sahabatnya itu membantu memberikan solusi terbaik bagi dirinya.
Hisyam : Hai Irfan, semestinya engkau laksanakan Idzbah bissak laila irsak, sejak awal pernikahan dulu.
Irfan : Maksudnya ?
Hisyam : Istri itu terbentuk kepribadiannya sejak pertama kali berrumah tangga dengan suaminya.
Irfan : Jadi gimana menurutmu sekarang ?
Hisyam : Kalau kamu mau, yaa harus aku beri contoh langsung, karena tidak mudah diterangkan dengan teori. Jadi begini, engkau ceraikan istrimu, lantas aku nikahi dia, tapi jangan salah paham, aku hanya akan menikahinya sebagai formalitas, dan nanti begitu para undangan sudah pulang maka malam itu juga akan aku ceraikan agar bisa kembali menjadi istrimu.
Irfan : Baiklah kalau demikian, lantas apa yang harus aku lakukan nanti ?
Hisyam : Pada saat aku menikahi istrimu, kamu harus hadir, dan jangan lupa membawa kucing !
Irfan : Emangnya untuk apa kucing ?
Hisyam : Begini, kalau aku sudah duduk di pelaminan bersama istrimu, maka lemparkanlah kucing itu tepat di depanku. Gak usah kamu tanya yang lain-lain, cukup kamu perhatikan pelajaran yang aku berikan nanti kepadamu.
Pada akhirnya dilaksanakanlah pernikahan antara Hisyam dengan `mantan` istrinya Irfan sesuai dengan rencana. Tatkala Hisyam dan mempelai putri duduk di pelaminan, maka Irfan pun memenuhi pesanan Hisyam untuk melempar kucing ke depan pelaminan, mempelai putri pun agak sedikit kaget. Bahkan begitu kucing itu mendekat ke kaki Hisyam, maka tanpa pikir panjang Hisyam berdiri dan menginjak kucing itu sambil meninggikan suaranya dan matanya melotot pertanda marah : Huusy ... kucing kurang ajar, menggangu orang saja !
Karena diinjak dengan keras, kucing itu pun mengeong keras, kemudian mati. Hadirin undang menjadi terperanjat, lebih-lebih lagi mempelai putrinya menjadi bingun, dan berusaha menyadarkan suami barunya : Mas, jangan kejam-kejam terhadap binatang !
Mendapat teguran semacam itu, maka Hisyam pun melancarkan serangannya dengan suara menggelegar terhadap mempelai putri sesuai dengan rencana : Huusy, kamu melawanku yaa ..., apa perlu kamu juga saya tendang seperti kucing itu ?
Tentu saja mempelai putri menjadi pucat pasi, karena menghadapi suami baru yang kejam seperti itu. Melihat situasi seperti itu, Hisyam mengambil kesempatan dan megatakan kepada istri barunya : Sana, ambilkan aku minuman dan kue-kue ringan untukku, jangan nyuruh orang lain, karena aku ingin dilayani oleh istriku ... !
Seperti kerbau dicokok hidungnya, mempelai putri pun bangkit dari pelaminan dan mengambil minuman untuk suami barunya, lantas menyerahkan minumannya kepada Hisyam, tapi Hisyam menimpali : Kalau disuruh ambil minuman dan kue-kue, yaa ambil yang lengkap, jangan setengah-setengah melayani suami.
Seakan-akan terhepnotis, mempelai putri itu mengikuti kemauan Hisyam yang tidak peduli dengan keberadaan para tamu undangan. Sedangkan Irfan menyaksikan dari kejauhan sambil manggut-manggut pertanda mengerti pelajaran yang diberikan oleh sahabat karibnya itu.
Pada penghujung acara, Hisyam bertanya kepada mempelai putri : Senang dik yaa menikah denganku ? Lebih senang mana yaa dengan suami lamamu ?
Tanpa pikir panjang mempelai putri itu pun menjawab : Maaf Mas, saya lebih senang dengan suami lama, karena belum pernah saya diperlakuan seperti ini selama saya menikah dengannya.
Hisyam pun pura-pura marah dengan meninggikan suaranya hingga didengar oleh para hadirin : Apa kamu bilang, kamu lebih senang berumah tangga dengan suami lamamu ? Kalau begitu, sekarang juga aku ceraikan kamu, dan sana kembali kepada suami lamamu !
Setelah beberepa bulan, Irfan menjalin hubungan dengan mantannya untuk membangun nikah lagi.
Sesuai rencana yang dikemas dengan sahabat karibnya, maka Irfan pun perhelatan resepsi dengan pelaminan. Pada saat Irfan bersama istrinya duduk dipelaminan maka dari belakang panggung, Hisyam melempar kucing ke depan pelaminan untuk memberi kesempatan Irfan mengamalkan ajaran Idzbah Bissak laila irsak.
Namun, sebelum Irfan berdiri dan mengijak kucing itu, tiba-tiba sang istri berdiri dan mengancam : Apa, kamu mau ngikuti temanmu itu yaa ..., ayoo coba kalau berani ..., bukan kucingnya yang mati, tapi kamu sendiri yang akan kesakitan aku tendang.
Tentu saja Irfan menjadi pucat pasi mendapat ancaman sang istri, karena figur Iran adalah termasuk suami-suami takut istri.
Jadi, seseorang yang akan membangun rumah tangga itu harus diatur sejak awwal berumah tangga, dan disesuaikan dengan keinginan serta cita-citanya bagaimana sifat rumah tangga yan akan dijalaninya.