URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 61 users
Total Pengunjung: 6224162 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
A`THI DZA HAQQIN HAQQAH 
Penulis: Pejuang Islam [ 5/9/2016 ]
 
A`THI DZA HAQQIN HAQQAH

 Luthfi Bashori

 Arti judul di atas adalah : Berikanlah sesuatu itu kepada pemiliknya yang berhak.

Maksudnya, hendaklah segala sesuatu itu ditempatkan pada posisi yang sebenarnya. Karena jika tidak pandai-pandai menempatkannya maka seseorang itu dapat terjerumus ke dalam kedhaliman, dan definisi dhalim itu sendiri adalah Wadh`us syai- fi ghairi mahallihi (meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya).

 Keharusan meletakkan sesuatu pada tempatnya ini bukan hanya dalam urusan dunia saja, bahkan dalam urusan agama pun harus konsisten menjaga waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh syariat.

Mana-mana ibadah yang ada ketentuan waktu khusus, maka harus dilakukan pada waktu khusus itu, contoh ibadah shalat Idul Fitri, harus dilaksanakan pada tanggal 1 Syawwal, dan sebagainya. Sedangkan pada ibadah yang diberi kelonggaran waktu, hendaklah dilakukan sesuai kemampuan dan kelowongan waktunya, contoh ibadah shadaqah dan dzikir kepada Allah, demikian dan seterusnya.

Konon, Imam Al-a`masy ikut shalat berjama`ah dhuhur di masjid di sebuah perkampungan.

 Pada pelaksanaan shalat, ternyata sang imam terlalu memperpanjang shalatnya. Maka setelah selesai shalat, Imam Al-a`masy menegur sang imam dengan menyitir makna sebuah hadits Nabi SAW :

Pak, janganlah anda terlalu memperpanjang shalat anda, karena di antara jamaah yang bermakmum kepada anda itu, ada orang-orang yang mempunyai hajat lain, ada orang yang lanjut usia, dan ada yang badannya lemah !

Sang imam yang merasa sudah benar itu menjawab dengan sindiran : Wa innahaa lakabiiratun illa `alal khasyi`in (sesungguhnya shalat itu terasa berat kecuali bagi orang-orang yang khusu`).

Imam Al-a`masy pun menjawab dengan suara lantang : Saya ini adalah utusan orang-orang yang khusyu` itu untuk memberi tahu anda, sesungguhnya mereka tidak membutuhkan ajaran khusyu` itu dari anda.

Sekalipun berjamah shalat adalah ibadah yang sangat diperintahkan oleh Nabi SAW, namun jika Nabi SAW menjadi imam di tempat umum, Beliau SAW tidak terlalu memperpanjang shalat, agar tidak memberatkan para jamaah, namun jika Beliau SAW shalat sunnah sendirian, maka seperti yang diriwayatkan, pada rakaat pertama Beliau SAW membaca surat Albaqarah, Ali Imran dan Annisa.

Sedangkan lama ruku` dan sujudnya sepadan dengan bacaan surat pada rakaat pertamanya itu, demikianlah pada rakaat-rakaat berikutnya.

 Jadi waktu pelaksanaan shalat sunnah Beliau SAW sangatlah panjang. Jika tiga surat tadi yang jumlahnya sekitar lima juz itu dibaca tartil seperti kebiasaan Nabi SAW waktu membaca Alquran, maka diperkirakan membutuhkan waktu satu jam untuk menyelesaikannya, bisa dibayangkan betapa lamanya shalat sunnah yang dilakukan Beliau SAW itu.

 Jadi, menempatkan kondisi sesuatu pada tempatnya, sesuai kebiasaan yang menjadi pemahaman umum adalah sangat perlu untuk diterapkan dalam segala hal.
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam