DENDAM DAN HASUD TERHADAP KEMULIAAN ILMU & NASAB
Luthfi Bashori
Rasulullah SAW bersabda: “Dendam dan hasud (dengki), keduanya dapat menghapus kebaikan-kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar.” (HR. Imam Hasan RA).
Dua kenikmatan dari sekian banyak nikmat-nikmat pemberian Allah kepada sekelompok orang, yang tidak luput dari serangan para ‘musuh pendekinya’, yaitu kenikmatan ilmu pengetahuan terutama ajaran agama, dan kenikmatan nasab mulia yang telah ditakdirkan oleh Allah bagi sebagian kelompok masyarakat.
Iri dengki dan hasud serta dendam itu seringkali timbul dan melanda orang-orang yang memilik hati kotor, terutama iri kepada para ulama yang telah diberi ilmu oleh Allah atas usahanya di masa muda.
Demikian juga iri kepada para pemilik nasab mulia yang telah ditentukan oleh Allah, yang mana pemiliknya tanpa harus mencari atau berusaha menjadi mulia, bahkan tidak mungkin ia menolaknya, karena kemuliaan nasab itu adalah murni sebagai takdir dari Allah, hingga ada orang yang menjadi bagian dari para pemilik nasab mulia itu tanpa harus berusaha sedikitpun.
Menjadi orang alim atau ahli ilmu agam itu istilahnya adalah ‘Kasab’, yaitu keadaan seseorang yang dapat diusahakan oleh dirinya sendiri, semisal seorang anak muda yang rajin belajar, rajin mengafal materi pendidikan, serta berusaha memahami apa-apa yang diajarkan oleh sang guru/syaikh yang mengajarkan ilmu agama kepadanya, maka di masa tua ia menjadi seorang alim pakar ilmu syariat.
Sedangkan menjadi bagian dari keluarga terhormat dan mulia, bernasab kepada seorang nabi, para shahabat, orang alim, orang shalih, atau kepada raja dan penguasa mulia di masa lampau, atau bernasab kepada bangsa yang dimulaikan oleh Allah, adalah takdir (pilihan) langsung dari Allah yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.
Orang yang dilanda rasa iri, hasud dan dendam terhadap ahli kasab (ilmu) dan ahli nasab, maka seluruh kebaikannya akan dimakan oleh dosa-dosa kedengkian hatinya, bagaikan api yang membakar kayu, selama ia tidak mau menghentikannya.