URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 64 users
Total Pengunjung: 6224166 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
YANG PALING DURHAKA & YANG PALING BERBAKTI 
Penulis: Pejuang Islam [ 5/9/2016 ]
 
YANG PALING DURHAKA & YANG PALING BERBAKTI

 Luthfi Bashori

 Konon ada seorang A`rabi yang berjalan keliling dunia untuk mencari orang yang paling durhaka, dan orang yang paling berbakti kepada orang tuanya.

Suatu hari si A`rabi mendapati seorang anak muda yang naih pedati sambil memegang cambuk, namun pedati tersebut bukan ditarik oleh seekor kuda atau sapi, melainkan ditarik oleh manusia, yang mana penarik pedati itu sudah memasuki usia senja di atas lima puluhan.

 Jika si tua itu berjalan agak lambat, maka sang pemuda tak segan-segan mengayunkan cambuknya ke arah punggung penarik pedati itu, hingga semangat jalannya kembali terpacu.

Melihat peristiwa yang naif itu, si A`rabi menjadi jatuh hati dan belas kasihan kepada si penarik pedati, dan merasa jengkel serta muak menyaksikan sang pemuda yang tampak pongah tersebut.

Tiba-tiba, si A`rabi berhasrat mendekati sang pemuda seraya bertanya setengah menegur : Ki sanak, siapa gerang bapak penarik pedati ini sehingga begitu tega engkau memperlakukannya seperti hewan yang tidak memiliki perasaan sama sekali ?

Dengan ringan sang pemuda menjawab : Ooh, dia ini adalah ayahku, dan seperti ini juga dulu dia memperlakukan kakekku, dan seperti ini juga cara kakekku memperlakukan ayahnya, demikian dan seterusnya budaya nenek moyangku.

Si A`rabi pun tanpa mampu mencegah kedhaliman dan kemungkaran yang disaksikan oleh kedua matanya, hanya dapat berguman dalam hati : Inilah keluarga yang paling durhaka di seluruh jagad raya.

Sejurus kemudian, si A`rabi melanjutkan perjalanan hingga sampailah di sebuah perkampungan yang cukup ramai. Si A`rabi memperhatikan situasi warga setempat, selanjutnya matanya tertuju kepada seorang pemuda yang badannya cukup tegap sedang menyuapi seorang bapak, sekalipun si bapak tampak badannya masih cukup segar bugar.

 Sesaat kemudian si bapak minta digendong karena ingin pindah tempat. Anehnya, sebelum digendong si bapak terlebih dahulu berjalan menuju tempat sang anak yang sedang beristirahat melepas lelah.

`Nak, ayoo kita jalan-jalan, bapak sudah bosan duduk di sini !` seru si Bapak.

Tanpa ba bi bu, sang anak menyambut kedatang bapaknya dengan wajah penuh ceria, seraya bergegas menggendong bapaknya ke tempat mana saja yang dimaui oleh orang tuanya.

 Sebelum mengetahui kejelasan status kedua orang tua dan muda itu, si A`rabi mengikuti perjalanan mereka dengan rasa penuh kagum dan keheranan. Betapa mesranya hubungan kedua orang itu.

Begitu melihat kedua orang ini menentukan pilihan tempat untuk beristirahat, si A`rabi mendekati mereka seraya bertanya :

Assalamu alaikum, kalau boleh tanya siapa gerangan ki sanak berdua, dan kiranya sakit apakah yang diderita bapak sehingga harus jalan di bopong ?

Si bapak menjawab dengan senyum bahagia : Walaikum salam, mari duduk dulu di sini ...! Begini yaa, ini adalah anak kandung saya yang sangat saya cintai. Alhamdulillah, saya masih sehat dan segar bugar. Namun, di keluarga kami sejak turun temurun telah mengajarkan kasih sayang dan keakraban yang sedemikian rupa.

Kebiasaan berkhidmat dengan mengendong kedua orang tua semacam ini, adalah salah satu ajaran nenek moyang kami, bukan karena ada yang sakit, tetapi hanya karena mencari barakah dari para sesepuh keluarga.

Mendengar keterangan yang sangat menyejuknya ini, si A`rabi merasa lega sambil mengangguk-anggukkan kepala seraya berguman : Aku kini menemukan keluarga yang paling berbakti se jagat raya kepada para orang tua mereka.

Alamdulillah, mudah-mudahan adat baik yang mereka lestarikan ini dapat ditiru oleh seluruh keluarga muslim.

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
1.
Pengirim: abdullah  - Kota: Malang
Tanggal: 27/9/2010
 
Assalamu'alaykum wr wb..ustadz, minal aizin fal faizin ustdz, ana mohon maaf lahir bathin jika selama ini, dalam beberapa diskusi yang ana sampaikan, ada kata2 yang kurang berkenan bagi ustadz..semoga ustadz berkenan memaafkannya..amiin..oia ustadz, cerita yang sangat menarik..cm ana pgn tau sumbernya ustadz,,biar semakin mantab untuk kami menampaikan kepada hang lainnya..jazakumulloh ahzanal jaza 
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mohon maaf, kami pribadi adala penggemar buku-buku hikmah dan hikayat Islamiyah, jadi tidak semua hikayat yang kami tutturkan, teringat persisnya di kitab mana ? Karena itu kami juga mengulasnya dengan tutur bahasa kami sendiri.

 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam