|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 8 users |
Total Hari Ini: 60 users |
Total Pengunjung: 6224161 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
BENCI KARENA ALLAH |
Penulis: Pejuang Islam [ 21/8/2010 ] |
|
|
BENCI KARENA ALLAH
Luthfi Bashori
Nabi berabda : Cintailah seseorang itu karena Allah mencintainya, dan bencilah seseorang itu karena Allah membencinya.
Tentu saja yang dimaksud membenci orang yang dibenci Allah itu, bukan berarti harus memukul mereka setiap kali bertemu. Tapi, jika Allah membeci kekafiran, apa lantas kita mentolelir kekafiran itu ... Tidak toh ?
Jika Allah membenci manusia ciptaan-Nya yang berani-beraninya menyekutukan Allah, apa kita ikut mendukung perilaku penyekutuannya itu ... Tidak toh ?
Jika Allah membenci hambanya yang melanggar syariat-Nya, misalnya Allah melarang minuman keras, apa kita mendukung para peminumannya ... Tidak toh ?
Justru kita harus menjauhi mereka, orang-orang yang menyekutukan dan yang bermaksiat kepada Allah, kecuali kalau kita merasa mampu untuk mendakwahi mereka agar masuk Islam dan meninggalkan kemaksiatannya.
Nah, jika kita berada di lingkungan mayoritas non muslim, maka tunjukkan saja perilaku kita yang baik kepada mereka, seperti tidak pernah mengganggu rumah tangga non muslim, jika bertemu tersenyumlah kepada mereka dan bertegur sapa dalam hal-hal di luar konteks keagamaan.
Tentunya tanpa harus menghadiri unndangan perayaan ritual mereka, termasuk acara keluarga yang terselip di dalamnya doa-doa versi mereka, seperti dalam prosesi pernikahan mereka.
Jika sudah bukan dalam kegiatan prosesi pernikahan yang memang selalu bersumpah atas nama Tuhan, seperti contoh tatkala bertemu kedua mempelai usai pelaksanaan pernikahan tersebut, dan jika tidak menemui mereka dikhawatirkan membawa dampak pada keamanan dan keselamatan diri, maka bolehlah kita mengucapkah kalimat seperti : Semoga kalian berbahagia ... ! Bukan mengucapkan doa keselamatan, karena tidak ada satupun di mata Allah, orang kafir yang selamat.
Perlu diketahui, bahwa berserikat hadir dalam ritual penyekutuan Allah, baik itu yang diadakan di tempat ibadah non muslim, maupun yang diadakan di rumah tangga mereka, sama saja hukumnya dengan ikut menyekutukan Allah.
Termasuk jika ada pemakaman yang di situ mereka memanggil-manggil tuhannya selain Allah, maka haram hukumnya kita menghadirinya, maka solusinya jika kedapatan keadaan semacam itu, hendaklah kita segera menjauhinya.
Kecuali dalam keadaan darurat, yang kita tidak mampu menolaknya, maka selagi hati kita ingkar terhadap doa-doa panggilan kepada Tuhan mereka, mudah-mudahan kita diampuni oleh Allah.
Janganlah sekali-kali kita tambatkan hati kepada kaum kafir dengan menampakkan kecintaan kepada mereka, sekalipun kita sebagai warga minoritas misalnya, di kalangan warga non muslim.
Apalagi jika sampai menjalin persaudaraan dengan mereka. Karena, persaudaraan yang dilakukan dengan orang kafir, sekalipun tanpaknya membawa nama baik Islam di mata orang kafir, ternyata sangat dibenci oleh Allah. Jadi, solusinya, yaa yang wajar-wajar saja jika bertemu orang-orang kafir itu, sekalipun di kalangan komunitas mereka.
Janganlah terlalu takut dikata-katai oleh mereka atas keislaman kita, karena Nabi Muhammad SAW saja sudah sangat kenyang mendengar caci maki dari orang-orang kafir. Sekali lagi kita tidak butuh pujian dari orang-orang kafir, kecuali dalam konteks berdakwah mengajak mereka masuk Islam.
Jadi, kita sajalah yang berusaha dapat menjaga martabat diri sendiri dan agama Islam yang kita anut, baik di hadapan Allah, maupun di hadapan seluruh manusia, apapun agamanya dan siapapun orangnya.
|
1. |
Pengirim: Musafir - Kota: Malang
Tanggal: 15/9/2010 |
|
Maaf, klo pertanyaan diluar konteks...Mengapa Said Agil Siradj jadi ketua PBNU, bukankah dia dalam lingkaran JIL..klo, iya berarti ada yang salah dengan Kyai2 NU (mohon penjelasan)...saking susahnya mencari yang benar, ditarik dari berbagai sisi..yag satu bilang benar yang lain gak kalah jor2an dalil...Klo gitu saya mau tanya sebelum kedua kaki saya selamanya dineraka...apa yg paling dasar yg harus sy lakukan yg dapat membuat saya selamat. terimakasih sebelumnya, Amin. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
1. Banyak 'tangan' yang ikut cawe-cawe (nimbrung) atas terpilihnya Said Aqeil di Muktamar Makassar.
2. Belajar dan mendalami syariat Islam kepada guru Syariat yang mengikuti ajaran ulama salaf Aswaja.
3. Berusaha tidak terpengaruh dengan perubahan jaman untuk berpegang teguh ajaran ulama salaf, sekalipun perubahan-perubahan itu terjadi di kalangan intern umat Islam. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|