DALIL AMALAN ORANG HIDUP, MANFAAT UNTUK MAYIT
Luthfi Bashori
Jika ada yang bertanya, apakah amalan ibadah orang yang masih hidup itu bermanfaat bagi mayit? Jawabannya tentu sangat bermanfaat jika diniatkan untuk memberi kemanfaatan bagi mayit.
Apa bukti ilmiah, jika amalan ibadah orang yang masih hidup itu bermanfaat untuk mayit ? Jawabannya cukup mudah bagi mereka yang mau berpikir secara logis.
Antara lain, disyariatkan shalat jenazah bagi mayit adalah bukti yang sangat kuat dan akurat, karena isi dari shalat jenazah itu adalah doa kebaikan untuk mayit.
Andaikata perintah shalat jenazah itu tidak ada manfaat bagi mayit, tentu tidak akan ada perintah shalat jenazah, karena ajaran syariat itu sendiri tidak akan memerintahkan suatu amalan yang tidak berguna.
Di antara dalil syar’i tentang kemanfaatan amalan orang yang hidup bagi mayit adalah sabda Rasulullah SWA berikut ini:
“Barang siapa mati lalu masih mempunyai utang puasa, maka yang mengqadlainya itu adalah walinya.” (HR. Imam Abu Daud).
Maksudnya, apabila seseorang meninggal dunia, sedangkan ia mempunyai tanggungan puasa wajib, maka yang menggantikan puasanya adalah walinya, yakni wali mayit atau ahli warisnya yang masih hidup, dituntut untuk berpuasa qadla sebanyak hari-hari yang ditinggalkan oleh si mayit.
Amalan puasa qadla yang dilakukan oleh keluarga mayit ini, tentu sangat bermanfaat bagi si mayit di alam kubur, hingga Rasulullah SAW ikut mengatur tata cara bagaimana umat Islam itu dalam menjalankan syariat agamanya, minimal dalam bab ini.
Logikanya, andaikata puasa qadla dari keluarganya yang masih hidup itu tidak ada manfaat apapun bagi si mayit, tidak mungkin Rasulullah SAW memerintahkan kepada umat Islam untuk mengamalkannya.
Namun, karena si mayit yang berada di alam kubur itu akan banyak tertolong oleh amalan orang yang masih hidup, maka perintah puasa qadla itu pun dibebankan kepada keluarga mayit.