WAFAT HARI JUM’AT, PERTANDA HUSNUL KHATIMAH
Luthfi Bashori
Salah satu tanda orang Islam yang baik, dan tercatat matinya husnul khatimah, yaitu jika wafatnya di hari Jumat. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
“Tiadalah bagi seorang muslim yang meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat, kecuali Allah memeliharanya dari fitnah (siksa) kubur.” (HR. Imam Ahmad melalui Imam Ibnu Amr RA).
Alangkah bahagianya seorang muslim yang dijamin oleh Allah untuk tidak disiksa di alam kubur, yang mana dalam kehidupan di alam kubur itu hanya ada dua macam saja, disiksa seperti yang terjadi pada orang kafir, munafik dan orang fasik yang tidak bertaubat, atau dibebaskan dari siksa kubur, dan kebebasan tersebut tiada lain termasuk salah satu kenikmatan di alam kubur.
Orang yang mati husnul khatimah itu akan diberi kenikmatan di alam kubur, dan bisa berziarah kepada sanak famili yang wafat terlebih dahulu namu sama-sama shaleh, dan juga berjumpa dengan orang-orang shaleh yang dicintainya semasa hidup di dunia, termasuk berjumpa dengan Rasulullah SAW.
Allah berfirman yang artinya:
“Dan siapa yang menaati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu para nabi, para shiddiqin, syuhada, dan orang-orang yang shalih dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS an-Nisa: 69).
Menurut Imam Ibnu Qayyim, kebersamaan dalam ayat ini berlaku di dunia, di alam Barzakh, dan di hari pembalasan. Di tiga alam ini, seseorang itu akan bersama dengan orang lain yang dicintainya.
Dalam kitab Arruh karya Imam Ibnul Qayyim Aljauziyah disebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abid-Dunya, Yahya bin Abdurrahman bin Abu Labibah, dari kakeknya, beliau berkata, “Ketika Bisyir bin Al-Bara’ bin Ma’rur wafat, aku justru melihat kegembiraan memancar dari wajah Ummu Bisyir, lantas berkata: “Wahai Rasulullah, dia senantiasa berharap meninggal lebih dahulu dari Bani Salamah. Lalu, apakah orang-orang yang sudah meninggal itu bisa saling mengenal, sehingga aku dapat mengirimkan salam kepadanya?”
Rasulullah SAW menjawab” `Benar. Demi diriku yang ada di tangan-Nya wahai Ummu Bisyir. Mereka saling mengenal sebagaimana burung di pucuk pohon yang juga saling mengenal. Tidaklah seseorang dari Bani Salamah yang akan meninggal, melainkan Ummu Bisyir menemui orang itu dan berkata kepadanya, Wahai fulan, semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu.
Orang itu menjawab, `Semoga kesejahteraan juga dilimpahkan kepadamu.` Ummu Bisyir pun berkata, `Tolong sampaikan salam kepada Bisyir.`"