URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 8 users
Total Hari Ini: 96 users
Total Pengunjung: 6224202 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
Mengapa Dakwahnya Tidak Seperti Sang Ayah? 
Penulis: Pejuang Islam [ 30/5/2023 ]
 
Mengapa Dakwahnya Tidak Seperti Sang Ayah?
Gus Luthfi : Saya Ingin Meneladani Isra’ Nabi
30 Mei 2023

SURABAYA | duta.co – Tidak sedikit tokoh NU yang bertanya: Mengapa KH Luthfi Bashori (Gus Luthfi) – dalam dakwahnya – tidak mengikuti metode sang ayah, almaghfurlah KH Bashori Alwi? Bahkan tidak sedikit yang menyebutnya kelewat keras?

Menurut Gus Luthfi, dakwah harus sesuai dengan zamannya. Dan, tidak harus di dalam masjid saja. “Di zaman modern ini, berdakwah itu tidak harus di dalam masjid saja. Namun perlu variasi lain. Termasuk berdakwah di lingkungan sekolah, perkantoran, kebun, cafe, bahkan di jalanan serta lewat dunia maya,” tulis Gus Luthfi kepada duta.co, terunggah Selasa (30/5/23).

Gus Luthfi kemudian bercerita. “Suatu saat, saya bercakap-cakap dengan ayahanda, Alm KH Bashori Alwi terkait dalam pembelajaran Alquran. Beliau mengatakan, bahwa, (metode) yang beliau terapkan itu diberi nama METODE JIBRIL,” jelasnya.

Maksudnya: Metode talaqqi atau sama’i (guru membaca, murid menirukan). Yaitu ayahanda sebagai seorang guru dan master pembelajaran Alquran, selalu menalqin satu persatu ayat Alquran kepada para muridnya. Ini dimulai dari surat Alfatihah, lantas Al-Baqarah hingga berakhir surat Annaas. Tentu, membutuhkan waktu cukup lama untuk mengkhatamkan 30 juz.

Setelah mereka ditalqin seperti itu, lanjutnya, barulah dipraktekkan dengan cara setiap murid diperintah untuk membaca bergantian dan bergiliran antar mereka. Ini didengarkan secara langsung (disimak) oleh ayahanda. “Dan ini bisa dikategorikan sebagai metode alqira’ah ‘alas syaikh (murid membaca, guru menyimak),” urainya.

Lalu? Dalam sebuah riwayat dikatakan, seperti itulah dahulu Malaikat Jibril saat mengajarkan Alquran kepada Rasulullah SAW. “Kedua metode di atas juga seringkali dipraktekkan dalam dunia pembelajaran Ilmu Hadits Nabawi di kalangan para imam ahli sanad atau para perawi Hadits,” terangnya.

“Saya pribadi sering mengatakan di majelis, khususnya kepada para murid yang bertugas khidmat membantu perjalanan Safari Dakwah saya ke berbagai tempat, dengan mengadopsi salah satu peristiwa dalam kehidupan Rasulullah SAW,” lanjutnya.

Gus Luthfi kemudian bercerita, bahwa, awal berdakwah di tengah masyarakat, yaitu setelah pulang dari Makkah tahun 1991, ia berkeliling Malang Raya dengan naik motor, kemudian semakin lama, ia memilih naik mobil umum (angkot, bus, kapal & KA,) jika diundang ceramah oleh masyarakat di luar Kota Malang.

“Setelah itu berlanjut naik mobil pribadi dan akhirnya naik pesawat, terutama jika ke Jakarta atau ke luar pulau Jawa, apalagi ke Malaysia,” kenangnya.

Sebenarnya, tegas Gus Luthfi, beberapa kawan di Singapura, Thailand, Filipina, Brunai dan Hongkong juga ada yang ingin dirinya hadir majelis mereka, tapi ia memilih membatasi diri agar tidak terlalu jauh. Diputuskan hanya ke negara Malaysia sajalah untuk Safari Dakwah di luar negeri perlu didatangi, alasannya tidak ingin terlalu lama juga meninggalkan pesantren di rumah.

“Subhanallah, kebanyakan kegiatan majelis yang saya hadiri itu dilaksanakan di masjid-masjid, hanya kadang-kadang saja di lapangan terbuka, gedung pertemuan, kampus, dsb. Ini membuat saya teringat ayat terkait peristiwa ISRA’ MI’RAJ, bahwa Rasulullah SAW itu di-isra’kan dari Masjid Al-Haram Makkah menuju Masjid Al-Aqsha Palestina, dengan naik Buraq,” tegasnya.

Menurut sebagian ulama, peritiwa Isra’ itu adalah perjalanan ardliyah (di seputar lingkungan bumi). Sedangkan Mi’raj itu adalah perjalanan Samawiyah (naik menembus langit). Dari peristiwa Isra’ inilah saya katakan, bahwa saya pun dalam bersafari dakwah ingin meneladani Isra’nya Rasululluh SAW, yaitu dengan naik kendaraan baik di darat, laut maupun udara, dan tujuannya dari satu masjid ke masjid yang lain.

“Alhamdulillah semua wilayah dakwah itu sudah pernah saya lakukan. Walaupun mayoritas perjalanan saya berpindah-pindah, minal masjid ilal masjid (dari masjid ke masjid). Karena itulah, saya istilahkan bahwa Safari Dakwah yang sering saya jalani itu sebagai METODE ISRA’, yang mana terkadang membutuhkan waktu berdurasi hitungan jam, hingga hitungan hari, bahkan minggu dan maksimal yang pernah saya lakukan itu mengambil durasi waktu hingga tiga minggu,” terangnya.

Ini yang membedakan dengan metode dakwah almaghfurlah KH Bashori Alwi. Dalam Metode Isra’ ini, ia mulai dengan penyampaian materi pengajian, terkadang ada tema yang ditentukan oleh panitia pengundang, atau meminta tema darinya.

Kemudian dilanjut dengan dialog interaktif seputar tema yang ia sampaikan. Biasanya para panitia Safari Dakwah itu terlebih dahulu berkomunikasi dengan para murid ahli khidmat, antara lain Huda Muyas. Dia selalu menjaga komunikasi jamaah lewat Hp 081336867886.

“Setelah itu, saya pun kembali ke basic semula, yaitu mengajar dan mendidik para santri di dalam pesantren dan kumpul bersama keluarga,” tutupnya.

Ketika ditanya soal persepsi orang, bahwa, dakwahnya cenderung keras? Gus Luthfi menjawab dengan santai, bahwa semua itu sangat relatifi. Tetapi, Islam memberikan batasan tegas: Katakan yang sebenarnya, walau itu pahit dirasakan. (mky)
   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam