JANGAN KAU AJARI ANAK-ANAKMU
KUFUR KEPADA ALLAH
Luthfi Bashori
Jaman sekarang cukup banyak di kalangan umat Islam yang tidak menyadari hingga tanpa sadar telah menjadikan atau mengajari anak-anaknya menjadi kafir kepada Allah.
Misalnya, jika ada orang tua yang membiasakan diri bergaul dengan kalangan masyarakat yang sering mengajak kolaborasi dalam beribadah dengan para penganut agama selain Islam, atau yang trend-nya disebut komunitas lintas agama.
Apalagi pergaulan kebiasaan semacam itu dibawa hingga masuk ke dalam rumah, dan anak-anak yang belum cukup umur serta awwam terhadap aturan syariat dalam beraqidah, maka secara tidak langsung anak-anak tersebut rawan di masa depannya mengikuti langkah orang tuanya, bahkan bisa saja mereka pindah agama seperti akibat terlibat percintaan dengan penganut agama selain Islam.
Rasulullah SAW bersabda: “Tiap-tiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi atau seorang Nasrani atau seorang Majusi. Perihalnya sama dengan ternak yang sehat tentunya melahirkan ternak yang sehat dan utuh, apakah kalian melihat padanya suatu cacat tubuh? (tentu tidak).” (HR. Imam Bukahri dan Muslim melalui Sayyidina Abu Hurairah RA)
Fitrah dalam hadits ini yang dimaksud adalah agama Islam, sesuai dengan perjanjian yang telah disebutkan dalam firman-Nya yang artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukanlah Aku ini Tuhan kalian?” mereka menjawab, “Betul (Engkau adalah Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kalian tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap kesaksian ini (keesaan Tuhan).” (Al-A’raf: 172).
Jadi jelaslah, pergaulan orang tua itu sangat menentukan sikap anak-anak di masa mendatang.
Jika orang tua itu mengajari dan memberi contoh yang baik dengan perbuatan shalih, maka anak-anak itu kecenderungannya akan menjadi baik dan shalih pula di masa depannya. Sebaliknya, perbuatan buruk orang tua itu akan ditiru dan dilanjutkan pula oleh anak-anaknya.