PRIHATIN TAKBIRAN BERMUSIK

Luthfi Bashori

Karena besok pagi jadwal saya khuthbah Idul Fithri, 1444 H di Surabaya, maka secara otomatis saya harus berangkat malam ini.

Di sepanjang perjalanan Malang - Surabaya saya mendengarkan suara Takbiran menggema di masjid-masjid dan mushalla-mushalla yang berada di pinggir jalan. Rasanya bahagia sekali hati ini, terutama saat telinga mendengarkan gema Takbiran yang mendayu-dayu, serasa merasuk ke dalam kalbu.

Namun, suasa hati yang tenteram dan syahdu itu tidak jarang pula dirusak oleh suara musik pengiring Takbiran yang semestinya tidak perlu dilakukan. Apalagi saat Takbiran itu dilaksanakan di dalam masjid-masjid atau di mushalla-mushalla.

Tadi sempat pula saya dengarkan suara tabuhan musik pengiring Takbiran, yang justru menyerupai tabuhan musik dangdut koplo.

Laa haulaa wa laa quwwata illaa billaah.

Saya bukanlah termasuk kelompok yang anti pati terhadap bunyi-bunyian alat musik pada segala jenisnya. Namun ada di antara alat musik itu yang saya nikmati selagi dihukumi halal oleh para ulama Aswaja, tentu dengan kajian bersama dalil-dalilnya.

Namun, terasa tidak elok jika Takbiran yang sakral itu, malah dirusak oleh suara musik, terlebih yang menyerupai musik dangdut. Saya pun spontan mengatakan kepada santri yang khidmat mengiringi perjalanan saya ke Surabaya:
"Coba dengar, itu Takbiran apa Dangdutan ?"

Saya kok yakin, andaikata Mbah Hasyim Asy`ari masih hidup dan mendengar apa yang barusan saya dengarkan, khusnuddhan saya pastilah beliau akan murka dan akan mengeluarkan larangan agar gema Takbiran itu tidak lagi diiringi musik, terutama yang menyerupai musik dangdut.

Wallahu a`lam.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر
لا اله الله الله اكبر
الله اكبر ولله الحمد