MENGANDALKAN AKAL & MENINGGALKAN SYARIAT ?
Luthfi Bashori
Sebagian orang lebih senang mendahulukan akalnya daripada merujuk kepada ajaran syariat.
Padahal kemampuan akal manusia itu sangat terbatas.
Allah menciptakan manusia dengan bentuk tubuh yang cukupan besar, namun diberi akal yang bentuknya kecil, hikmahnya agar manusia itu tidak hanya mengandalkan akalnya dalam menjalani kehidupan di dunia, jika mengharapkan kebaikan akhiratnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Tiada sesuatu pun yang diciptakan oleh Allah di bumi ini lebih kecil daripada akal, dan sesungguhnya akal di bumi ini merupakan hal yang lebih kecil daripada (kibrit ahmar/ pospor merah). (HR. Imam Ibnu Asakir melalui Sayyidina Mu’adz RA).
Menurut para ahli di bidangnya, pospor merah adalah aditif flame retardant (retardan api/penghambat nyala) yang terkenal untuk poliamida 66. Posfor merah dalam jumlah kecil pun cukup untuk memberikan karakteristik penghambat nyala yang baik untuk termoplastik yang hampir tidak berdampak pada sifat mekanik.
Allah menurunkan syariat Islam yang wajib diamalkan oleh umat manusia itu, tentu sudah disesuaikan dengan standar ukuran yang dibutuhkan oleh manusia dan mereka mampu untuk mengerjakannya jika benar-benar berharap mendapat ridha dari Allah.
Hanya manusia-manusia sombong dan terlaknat saja yang sengaja meninggalkan aturan syariat dan terlalu berbangga dalam menggunakan kekuatan akal serta selalu mengandalkannya.
Allah tetap memperbolehkan setiap manusia untuk menjadikan akalnya sebagai alat untuk berpikir hingga dapat menentukan langkah kehidupan yang teerbaik bagi dirinya, namun Allah tidak mengijinkan manusia itu menggunakan akal pikirannya untuk menentang aturan syariat yang telah diturunkannya.
Karena syariat itu adalah dustur ilahi yang wajib ditaati oleh setiap orang, maka barangsiapa yang menentang syariat-Nya, pasti akan dimasukkan ke dalam neraka.