NASEHAT KEHIDUPAN
Luthfi Bashori
Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah kalian di dunia ini seakan-akan tamu, jadikanlah masjid-masjid sebagai rumah kalian, biasakanlah hati kalian selalu ingat kepada Allah, perbanyaklah berpikir dan menangis, serta janganlah hawa nafsu kalian melalaikan kalian dari perkara akhirat. Kalian membangun rumah-rumah yang tidak akan kalian tempati (untuk selamanya), dan kalian mengumpulkan harta yang tidak akan kalian makan (untuk selamanya), serta kalian mencita-citakan hal-hal yang tidak bakal kalian capai.” (HR. Imam Abu Na’im melalui Imam Al-Hakam Ibnu Umair).
Maksud ucapan ‘seakan-akan tamu’ adalah, bahwa yang dinamakan tamu itu dalam pandangan syariat yaitu seseorang yang singgah di suatu tempat maksimal berdurasi tiga hari tiga malam, untuk selebihnya tidak lagi dinamakan tamu. Jadi hendaklah umat Islam mempergunakan waktu yang sempit di dunia ini untuk rajin mengumpulkan pundi-pundi pahala.
Arti ‘jadikanlah masjid sebagai rumah kalian, yakni gunakanlah sebagian waktu itu untuk beri’tikaf di dalam masjid.
Adapun maksud ‘biasakanlah hati kalian selalu ingat kepada Allah’ tujuannya agar hatinya menjadi lunak, dengan banyak mengingat Allah dan ber-tafakur.
Perintah ‘janganlah hawa nafsu kalian melalaikan dari perkara akhirat’ karena mayoritas manusia itu lebih mencintai kehidupan dunia, dan ini yang dijadikan prioritas kehidupannya, hingga kebanyakan melupakan ibadah kepada Allah.
Kata Rasulullah SAW, ‘kalian membangun rumah-rumah yang tidak akan kalian tempati (untuk selamanya) dan kalian mengumpulkan harta yang tidak akan kalian makan (untuk selamanya)’. Ini adalah watak dasar manusia saat hidup di dunia, mereka lebih senang memperkaya diri dengan mengumpulkan harta, hingga banyak yang melupakan persiapan hidup di akhirat. Padahal harta kekayaan yang tidak disalurkan untuk kepentingan agama itu tidak akan dibawa mati, bahkan akan menjadi beban berat bagi pemiliknya saat hidup di alam kubur hingga di akhirat nanti.
Maksud ‘kalian mencita-citakan hal-hal yang tidak bakal kalian capai’, betapa banyak keinginan nafsu seseorang itu yang tidak terpenuhi, ibarat ia mengejar hamparan fatamorgana hingga melupakan apa yang telah diberikan oleh Allah kepada dirinya sebagai rezeki, maka ia pun tidak pandai bersyukur atas pemberian rezeki tersebut. Padahal yang seperti inilah dinamakan dosa kufur nikmat.