BELAJAR TAWADHU`
Luthfi Bashori
Suatu saat datanglah seseorang kepada Syeikh Bakar bin Abdullah dengan mengatakan : Wahai Syeikh, ajarilah aku untuk bertawadhu` (rendah hati).
Syeikh Bakar bin Abdullah menjawab : Jika engkau bertemu orang yang lebih tua, maka katakanlah kepada dirimu, dia lebih dulu masuk Islam, tentunya lebih banyak amal shaleh yang telah diamalkannya dibanding diriku, dan jika engkau bertemu orang yang lebih muda, maka katakanlah, aku lebih dulu berbuat dosa dibanding dia, tentunya dosaku lebih banyak dari pada dosanya.
Konsep ini sangat sederhana, namun mempunyai makna yang sangat luas dan dalam bagi mereka yang ingin menjadi hamba Allah dengan makna yang sesungguhnya.
Barangsiapa yang merendahkan diri dan bertawadhu` di hadapan orang lain, maka Allah akan mengangkat derajatnya. Sebaliknya barangsiapa yang selalu merasa tinggi dan menyombongkan diri, maka Allah yang akan meletakkannya pada derajat yang rendah dan hina di hadapan semua makhluq.
Standar ingat perbuatan dosa untuk meredam gejolak nafsu kesombongan, sangatlah tepat bagi orang yang mengharap hidayah dari Allah.
Apalah artinya hidup seseorang jika terus dibelit oleh dosa, dosa dan dosa yang sulit untuk dihentikan.
Jika dirinya adalah pelaku dosa yang bergelimangan, yang mana dosa-dosanya itu sangat rawan yang dapat mengantarkan dirinya menuju kehidupan siksa neraka, maka apanya lagi yang dapat dibanggakan dan disombongkan dalam menjalani kehidupannya ?
Padahal macam-macam perbuatan dosa yang mengelilingi kehidupan umat Islam dewasa ini sangat komplek dan beragam. Sebut saja dosa yang disebabkan oleh maksiat mata, maka hampir setiap hari mata disuguhi maksiat lewat penampilan layar televisi di rumah-rumah umat Islam, dengan mayoritas acaranya yang non islami, bahkan cenderung menumpuk dosa seperti pengumbaran aurat, baik kalangan lelakinya maupun perempuannya.
Belum lagi adegan film, sinetron maupun iklan dan lainnya, yang sudah tidak menghiraukan lagi batas-batas ikhtilath (campur aduk) bahkan adegan persentuhan antara pria dan wanita yang bukan mahramnya, dengan tanpa menampakkan perasaan berdosa.
Maksiat telinga, seperti mendengarkan musik dan hiburan yang dapat melupakan dan memalingkan umat Islam dari dzikir mengingat Allah Sang Khaliq Pencipta seluruh alam semesta, sekalipun hanya sejenak.
Tentunya masih banyak lagi maksiat anggota tubuh yang tidak mungkin dapat dirinci satu persatu dalam artikel yang ringkas ini.