JANGAN BERLEBIH-LEBIHAN
Luthfi Bashori
Takalluf atau memaksakan diri dan berlebih-lebihan itu adalah sifat yang buruk. Umat Islam dilarang untuk berlebih-lebihan dalam segala hal. Namun mereka dituntut untuk selalu bersikap mu’tadil (pertengahan) serta selalu berada dalam rel-rel syariat dalam segala hal pula.
Dalam istilah lain disebut pula, sifat Ifrath yaitu sikap seseorang yang sangat berlebih-lebihan atau terlalu keras maupun kaku, dan sifat Tafrith yaitu sikap seseorang yang senantiasa meremehkan aturan atau lalai, atau boleh juga dikatakan terlalu lebay kata anak jaman sekarang.
Rasulullah SAW bersabda: “Makanlah, minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah tanpa berlebih-lebihan dan tanpa kesombongan.” (HR. Imam Ahmad).
Dalam segala hal yang dihalalkan saja, tidak boleh berlebih-lebihan karena Allah SWT telah berfirman yang artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah namun janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S Al-A’raf: 31)
Dalam hadits lain disebutkan, “Sebaik-baik perkara ialah yang pertengahan,” maksudnya tidak berlebih-lebihan dan tidak kaku, atau tidak pula meremehkan urusan serta tidak lalai dan lebay.
Yang jelas umat Islam itu dituntut untuk beristiqamah dalam menjalankan syariat yang telah diturunkan oleh Allah, dan semua aturan syariat itu sudah tertakar yang tepat untuk diamalkan oleh setiap umat Islam.
Sebagaimana disebut dalam ayat Alquran yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: `Tuhan kami adalah Allah`, lalu mereka beristiqamah (dalam bersyariat), maka tidak ada rasa takut atas mereka dan tidak pula mereka merasa sedih. Mereka itulah para penghuni surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-Ahqaf: 13-14).