Optimalisasi Peran Generasi Dinamis
Dalam Pencerahan Moralitas Bangsa
BANG OEMAR
Syabâb al-yaum rijâl al-ghad; pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Adagium ini mempertegas eksistensi kaum muda sebagai elemen penting bagi masa depan bangsa. Kaum muda adalah komponen yang memanggul harapan besar untuk mengaktualisasikan “semangat muda”nya demi sebuah perubahan yang lebih baik. Perubahan yang bertitik tekan pada pendayagunaan potensi intelegensial, baik individu atau kolektif. Kesadaran semacam ini semestinya sudah tertanam dan menghujam sejak dini. Sehingga pemuda, sebagai generasi bangsa telah mempersiapkan diri menghadapi ragam tantangan yang multidimensi.
Tantangan terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah gencarnya upaya pe-reduksi-an nilai-nilai luhur budaya bangsa yang berdampak pada krisis moral. Budaya sebagai cermin kepribadian telah direduksi sedemikian rupa, dan dekadensi moral menjadi sesuatu yang niscaya. Media dan piranti tehnologi pun menjadi instrumen utama dalam proyek pengkaburan dan pelunturan budaya.
Ini merupakan model imperialisme baru (new imperialisme) yang harus diperangi. Sementara objek utama dari new imperialisme—budaya ini tak lain adalah kaum muda. Mengapa?
Karena pemuda diprediksi sangat responsif terhadap segala yang baru apalagi berkedok “modern”. Kecenderungan ini menkadi point penting bagi para “penjajah” untuk memanfaatkan para pemuda harapan bangsa sebagai pangsa prospek bagi propagandanya. Apalagi, propaganda kaum imperialis budaya tersebut dikemas cantik dengan instrumen media informasi.
Di saat yang sama, kaum muda tidak menyadari atau sengaja membutakan diri bahwa mereka sebagai korban. Mereka akan dijauhkan dari nilai-nilai luhur yang telah jadi cermin bening kepribadian bangsa. Pada akhirnya mereka terperangkap dan menjadi corong kaum penjajah budaya yang hedonis.
Berpijak pada paradigma dan realitas tersebut, maka dirasa perlu adanya langkah preventif-antisipatif. Jika tidak, generasi muda yang diharapkan akan memberdayakan budaya sebagai sentra kepribadian bangsa yang luhur, justru akan menggadaikannya kepada para penjajah untuk kemudian di barter dengan budaya baru yang kering dari nilai-nilai keluhuran. Maka keluarga besar Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) Komisariat Universitas Islam Negeri (UIN) Malang menggagas serangkaian kegiatan dalam kerangka aktualisasi dari pola pemahaman tersebut di atas, dalam bingkai Latihan Kader Muda (LAKMUD). Kegiatan ini mengusung tema; Optimalisasi Peran Generasi Dinamis dalam Pencerahan Moralitas Bangsa.
Lakmud sebagai model pengkaderan dalam lingkungan organisasi yang telah dirumuskan dalam program kerja IPNU-IPPNU Komisariat UIN Malang. Program ini sebagai upaya pengakomodiran potensi kader muda yang berbasis religius-kultural dengan wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme. Potensi-potensi diorganisir secara professional lalu mengkristal dan menjadi kekuatan besar dalam memberikan konstribusi pencerahan moral serta mempertahankan jati diri bangsa yang kaya akan keluhuran.