ORANG MUKMIN ITU, BUKAN PENGANGGURAN
Luthfi Bashori
Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh menakjubkan perihal orang mukmin itu, bahwa semua perihalnya baik belaka, hal tersebut tidak akan didapat dalam diri seseorang kecuali pada orang mukmin. Yaitu, apabila ia memperoleh kebahagiaan maka ia bersyukur, dan bersyukur itu baik baginya, apabila ia tertimpa musibah maka ia bersabar, dan bersabar itu adalah hal yang baik baginya.” (HR. Imam Ahmad)
Orang mukmin itu diibaratkan sebuah pohon yang seluruh bagiannya berguna bagi manusia, seperti pohon kelapa yang seluruh bagiannya bermanfaat, tiada suatu pun dari bagian pohon kelapa yang tidak berguna.
Buah kelapa itu jelas kemanfaatannya, mulai airnya hingga dagingnya, baik yang muda maupun yang tua. Batok kelapa banyak dimanfaatkan untuk bahan hiasan. Janur sebagai daun kelapa, bisa dibuat ketupat dan keperluan rias pengantin dalam tradisi beberapa daerah. Batang janur pun bermanfaat untuk sapu lidi. Batang pohon kelapa bermanfaat dalam dunia pertukangan. Akar pohon kelapa juga dapat digunakan untuk hiasan perabot berbahan kayu.
Orang mukmin itu jika mendapat kegembiraan, maka ia bersyukur, dan apabila tertimpa kesusahan ia bersabar, dalam semua keadaan itu baik baginya. Orang mukmin itu tidak akan pernah menganggur. Jika ada aktifitas yang positif, ia kerjakan dengan berniat ibadah kepada Allah. Jika banyak waktu luang, dipergunakan untuk dzikir dan ibadah sunnah kepada Allah, jadi tidak ada konsep pengangguran dalam dirinya.
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda: “Aku kagum terhadap dua malaikat yang kedua-duanya diutus turun ke bumi untuk mencari seorang hamba di mushallanya, dan ternyata keduanya tidak menemukannya, kemudian keduanya naik kembali ke langit seraya melaporkan: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kami biasa mencatat amal hamba-Mu yang mukmin itu sepanjang siang dan malam harinya, yaitu berupa amal demikian dan demikian. Dan sekarang ternyata kami tidak menemukannya (berada dalam mushallanya), sesungguhnya dia telah engkau sekap di dalam ikatan-Mu, karena itu kami tidak mencatat sesuatu pun baginya. Maka Allah SWT berfirman: “Catatkanlah oleh kalian berdua amal perbuatan yang biasa dikerjakan oleh hamba-Ku di sepanjang siang dan malam harinya, dan janganlah kalian berdua mengurangi catatan amalnya barang sedikit pun. Akulah yang memberinya pahala karena Aku telah menyekapnya (seperti di saat sakit) dan dia mendapatkan pula pahala amal perbuatan yang dikerjakannya”. (HR. Imam Thabrani melalui Imam Ibnu mas’ud RA).