|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 9 users |
Total Hari Ini: 61 users |
Total Pengunjung: 6224163 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
CHINA KAFIR & TOA PESANTREN |
Penulis: Pejuang Islam [ 26/2/2022 ] |
|
|
CHINA KAFIR & TOA PESANTREN
Luthfi Bashori
Dulu, di rumah kami yang saat ini menjadi pondok (Pesantren Ilmu Alquran, Singosari), terdapat beberapa tetangga dari kalangan etnis China.
Waktu masih kecil, seringkali bersama kakak dan adik, saya bermain ke rumah tetangga yang China tersebut.
Di antara nama yang saya ingat adalah Nya Swie, Yok/Wan Bie, Nya Seger. Sekarang mereka sudah pada meninggal dunia.
Di tempat Nya Swie, dulu kami sering beli sembako, karena dia jual peracangan. Sering juga kami diberi permen kalau habis belanja. Dia punya anjing, tapi diikat di dalam rumahnya.
Di rumah Yok/Wan Bie, yaitu tetangga `dempet` rumah atau satu tembok dengan rumah kami. Orangnya cukup kaya, produksi dan jualan es lilin (es mambo) dan jual jamu, saat itu kami sering beli gula batu untuk iseng ngemil sebagai jajanan di masa lampau.
Di rumah Yok/Wan Bie ini ada TV (masih layar hitam - putih), kami dipersilahkan ikut nonton TV bersama keluarganya.
Sedangkan rumahnya Nya Seger itu, selisih empat rumah dari tempat kami, halamannya sangat luas, jadi cukup enak untuk tempat bermain khas jaman dahulu.
Ada juga pohon mangga, dan kami diperbolehkan minta buahnya serta bermain-main di halaman rumahnya, seperti loncat tinggi dengan karet gelang, bik thor, kasti, dan lain sebagainya.
Pada saat usia saya menginjak remaja, mulailah rumah keluarga kami beralih fungsi menjadi sebuah pesantren walaupun belum diberi nama.
Setiap hari ayah kami, KH. Bashori Alwi membunyikan kaset lagu Qira`atul Quran lewat pengeras suara mimbran (toa) dengan 4 arah (barat, timur, utara dan selatan), yang diletakkan di tempat yang paling tinggi di tempat kami.
Suara Qira`atul Quran itu dibuka setiap hari, yaitu menjelang adzan Subuh dan menjelang adzan Magrib, dengan suara kencang, dan bacaan Qari` yang bergantian, terkadang suara Syekh Siddiq Almunsyawi, Syekh Abdul Bashith, Syekh Mahmud Alhushari, dan beberapa Qari` Mesir lainnya yang diidolakan oleh ayah saat itu.
Suatu saat, amplifayer milik ayah kebetulan error dan harus dibawa ke tukang reperasi untuk beberapa hari.
Di sela-sela itu, ternyata para tetangga kami yang China ini, pada datang ke rumah, dan menanyakan kepada ayah, mengapa Qira`atul Qurannya kok beberapa hari ini distop ?
Karena selama distop itu berakibat negatif, mereka jadi telat bangun pagi gara-gara tidak mendengar suara Qira`atul Quran lewat mimbran (toa).
Bahkan mereka mengutarakan banyak-banyak berterima kasih kepada ayah kami, karena telah sudi membantu para tetangganya, agar selalu bangun pagi untuk persiapan mereka akan bekerja.
Berkah mimbran (toa) pesantren itu, ternyata sangat bermanfaat bagi tetangga kanan kiri, dan tidak ada yang merasa terganggu.
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|