URL: www.pejuangislam.com
Email: editor@pejuangislam.com
 
Halaman Depan >>
 
 
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori
 Lihat Biografi
 Profil Pejuang Kaya Ide
 Imam Abad 21
 Info Asshofwah
Karya Tulis Pejuang


 
Ribath Almurtadla
Al-islami
 Pengasuh Ribath
 Amunisi Dari Tumapel
 Aktifitas Pengasuh
 Perjuangan Pengasuh
 Kalender Ribath
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ)
 Sekilas Profil
 Program Pendidikan
 Pelayanan Masyarakat
 Struktur Organisasi
 Pengasuh PIQ
 
Navigasi Web
Karya Tulis Santri
MP3 Ceramah
Bingkai Aktifitas
Galeri Sastra
Curhat Pengunjung
Media Global
Link Website
TV ONLINE
Kontak Kami
 
 
 Arsip Teriakan Pejuang
 
SETAN BISU & SETAN BICARA 
  Penulis: Pejuang Islam  [7/8/2025]
   
AYOO SHALAT MALAM ! 
  Penulis: Pejuang Islam  [4/8/2025]
   
KOMUNIKASI DI MEJA MAKAN 
  Penulis: Pejuang Islam  [28/7/2025]
   
SUJUD SYUKUR 
  Penulis: Pejuang Islam  [27/7/2025]
   
MENGALAHKAN HAWA NAFSU 
  Penulis: Pejuang Islam  [20/7/2025]
   
 
 Book Collection
 (Klik: Karya Tulis Pejuang)
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki
Musuh Besar Umat Islam
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat
Dialog Tokoh-tokoh Islam
Carut Marut Wajah Kota Santri
Tanggapan Ilmiah Liberalisme
Islam vs Syiah
Paham-paham Yang Harus Diluruskan
Doa Bersama, Bahayakah?
 
 WEB STATISTIK
 
Hari ini: Senin, 22 September 2025
Pukul:  
Online Sekarang: 9 users
Total Hari Ini: 61 users
Total Pengunjung: 6224163 users
 
 
Untitled Document
 PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI
 
 
UTANG MOYANG DIBAYAR ANAK CUCU 
Penulis: Pejuang Islam [ 28/11/2021 ]
 
UTANG MOYANG DIBAYAR ANAK CUCU

Luthfi Bashori


Dalam melakukan segala sesuatu itu seharusnya berhati-hati, yaitu dengan mempertimbangkan baik buruknya serta memikirkan akibatnya. Jika berakibat  baik maka bolehlah diteruskan, namun jika akibatnya buruk maka hendaklah dihentikan dan jangan dilanjutkan. Sebagaimana pepatah mengatakan, pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada guna.

Saat ini banyak orang yang melakukan sesuatu tanpa berpikir apa akibat yang akan terjadi di kemudian hari. Misalnya ada orang yang berani berutang uang sebesar Rp 6.711,52 Trilyun kepada pihak-pihak luar negeri, dengan alasan untuk suatu pembangunan yang ia inginkan.

Tentu nominal utang sebesar itu tidak pernah ia pikirkan terlebih dahulu, bagaimana cara membayarnya, selain akan menjual semua aset yang ia miliki, hingga ke depan ia tak akan memiliki apa-apa sedikitpun.

Atau ia mengandalkan anak cucu tujuh turunan untuk menanggung pembayaran utang tersebut. Belum lagi jika pihak piutang menerapkan sistem riba yang berlipatganda dalam perjanjian transaksinya.

Tentu runyamlah nasib anak cucunya, bahkan yang belum lahir sekalipun sudah terbebani untuk wajib bayar hutang. Hal itu akibat kelakuan nenek moyang mereka yang tidak mempunyai otak untuk berpikir jauh ke depan.

 Apalagi jika saat memperbesar nilai utangnya tersebut hanya dilatarbelakangi gengsi sesaat atau semisal demi nama baik atau jabatan tertentu.

Nasehat di atas itu sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Pikirkanlah dahulu sebelum mengerjakan suatu perkara, apabila engkau melihat akibatnya baik, maka kerjakanlah, dan apabila engkau khawatir tersesat, maka tahanlah dirimu.” (HR. Imam Abdur Razzaq melalui Sayyidina Anas RA).

Berpikir matang-matang adalah solusi terbaik bagi kehidupan seseorang.

Kecerobahan dalam berpikir adalah suatu kebodohan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain.  

 

   
 Isikan Komentar Anda
   
Nama 
Email 
Kota 
Pesan/Komentar 
 
 
 
 
 
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
 
 
 
  Situs © 2009-2025 Oleh Pejuang Islam