TIDAK PUNYA RASA IBA KEPADA MUSLIM
Luthfi Bashori
Rasulullah SAW telah mengingatkan, “Alangkah kecewa dan meruginya seorang hamba yang Allah SWT tidak menanamkan dalam hatinya rasa kasih sayang terhadap (sesama) manusia.” (HR. Imam Abu Na’im al-Ashbahani)
Orang yang benar-benar akan kecewa dan merugi kelak di akhirat, adalah orang yang tidak mempunyai rasa kasih sayang terhadap sesamanya, terutama terhadap sesama muslim.
Terkadang ada di kalangan umat Islam, baik di kalangan awamnya, bahkan terjadi pada tokoh-tokoh tertentu, yang lebih mengedepankan gengsi pribadi daripada mengamalkan hadits Nabi Muhammad SAW di atas.
Misalnya, ada tokoh yang secara pribadinya dikritik oleh netizen, tentu akibat ulah yang dilakukannya sendiri, lantas sang tokoh tersebut marah dan murka, hingga mengadukan pengkritiknya kepada pihak yang berwajib, dengan alasan bahwa negara kita adalah negara hukum.
Lantas sang pengkritik itu datang meminta maaf dan memohon pengampunan. Namun karena hati tokoh yang dikritik itu keras dan tidak memiliki rasa kasih sayang kepada sesama, atau dengan kata lain tidak diberi rasa iba (kasih sayang) oleh Allah, maka tetap saja permohonan maaf itu pun ditolak mentah-mentah, tentu dengan berbagai macam alasan dan argumentasi yang dikemukakan.
Misalnya dalam batin sang tokoh senantiasa bergemuruh, “Apapun yang terjadi, aku akan memenjarakanmu !”
Mempunyai sifat rahmah atau rasa iba itu, sangatlah penting untuk ditumbuhkan dalam dada setiap muslim, karena dengan memiliki rasa iba itu, Allah akan mengangkat derajat penyandangnya kelak di akhirat.
Kecuali jika yang dilecehkan itu adalah hukum Syariat Islam atau simbul-simbul Islam, tentu untuk membela kehormatan Islam itu harus all-out dan tanpa kompromi.
Namun terhadap sindirian dan kritikan yang ditujukan terhadap diri sendiri, hendaklah lebih mengedepankan sifat pemaaf, dan menerapkan rasa iba, terutama jika sang pengkritik itu telah meminta maaf.
Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW kedatangan salah seorang cucunya, lalu dipangku dan dicium oleh beliau SAW, sedangkan ketika itu di hadapan beliau SAW terdapat salah seorang shahabat.
Shahabat itu pun berkata, “Aku belum pernah mencium salah seorang dari anak-anakku.” Maka Nabi Muhammad SAW mengemukakan hadits di atas ini.