NIKMATI DUNIA & AKHIRATMU
Luthfi Bashori
Islam telah mengajarkan kepada umatnya, bahwa setelah selesai menjalani kehidupan dunia itu setiap orang akan menjalani kehidupan yang lain, yaitu kehidupan akhirat.
Pra kehidupan manusia di dunia itu dimulai sejak ruh ditiupkan pada janin saat berada dalam perut ibu, hingga berproses menjadi manusia seutuhnya yang lahir di muka bumi.
Lantas mulailah manusia itu beraktifitas di alam dunia ini hingga usia baligh. Begitu seorang anak muslim mencapai usia baligh, maka saat itu pula ia disebut sebagai seorang muslim yang seutuhnya hingga ia menghadap kepada Allah di alam akhirat.
Adapun kehidupan akhirat itu dimulai sejak ruh dicabut dari jasad, yaitu saat kematian menjemput dan ia pun mulai menjalani kehidupan di alam kubur. Di sana ia akan menemui kenikmatan atau siksa di alam ini, sesuai dengan amalan yang ia perbuat selama menjalani kehidupan di dunia.
Dalam menjalani kehidupan akhirat juga memiliki proses yang panjang, bahkan jauh lebih panjang daripada proses kehidupan di dunia. Setelah menjalani kehidupan di kubur, manusia akan menemui peristiwa kebangkitan yaitu pada saat datang hari Kiamat.
Kebangkitan dari alam kubur maksudnya, bahwa semua orang itu akan digiring ke padang Mahsyar, untuk menjalani proses perhitungan bagi amal perbuatan yang pernah dilakukan selama hidup di dunia.
Setelah selesai menjalani perhitungan amal perbuatan di padang Mahsyar, maka akan menjalani suatu kehidupan yang kekal abadi. Bagi orang-orang shalih akan masuk ke dalam surga untuk selama-lamanya, dan bagi orang-orang muslim yang ahli maksiat akan masuk neraka untuk beberapa saat, hingga akhirnya ia dimasukkan ke dalam surga yang bersifat abadi, sedangkan bagi kalangan orang-orang kafir maka akan langsung masuk neraka dan akan kekal abadi di dalamnya.
Rasulullah SAW memberi tips agar hati setiap muslim itu dapat menikmati kehidupan baik di dunia maupun di akhirat:
“Ada tiga perkara yang dapat mengantarakan seorang hamba untuk memperoleh keinginannya baik di dunia maupun akhirat, yaitu bersifat sabar dalam menanggung musibah, merasa ridha dengan takdir, dan berdoa di kala sedang senang.” (HR. Imam Abusy Syekh melalui Imran ibnu Hushain).