AKIBAT BAIK & AKIBAT BURUK
Luthfi Bashori
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila engkau hendak mengerjakan suatu perkara, maka pikirlah terlebih dahulu akibatnya, jika akibatnya baik kerjakanlah, dan bilamana berakibat buruk maka tinggalkanlah.” (HR. Ibnu Mubarak).
Hadits ini menyangkut hubungan antara sesama manusia. Jangkauan makna yang terkandung hadits ini bukan hanya terbatas kepada pengertian kebaikan dan keburukan di dunia saja, melainkan mencakup pula pengertian kebaikan dan keburukan yang berkaitan dengan masalah akhirat.
Mengamalkan sesuatu perbuatan itu tentu berimplikasi terhadap nasib dan keadaan pelakunya di tengah masyarakat. Jika setiap perbuatan yang akan dilakukan itu dipikir-pikir terlebih dahulu, mana saja yang sekira akan berakibat baik untuk dunia dan akhiratnya, maka boleh dan baik sekali untuk diamalkan, namun jika berakibat buruk untuk dunia dan akhiratnya, maka hendaklah dihindari sejauh-jauhnya.
Amalan yang baik, seperti yang segala perilaku yang bernilai ibadah, maka akan berakibat positif dalam kehidupan seseorang, dan kelak akan masuk ke dalam surga. Berbeda dengan perilaku buruk, semacam perilaku maksiat di tengah masyarakat, sebut saja mabuk miras, judi adu ayam, berbohong dalam ucapan, curang saat berdagang dan maksiat lainnya yang sering dilakukan di tengah masyarakat.
Akibat yang terjadi pada kemasiatan adalah jatuhnya martabat pelakunya di mata banyak orang, dan kelak di akhirat akan dimasukkan neraka untuk mendapatkan balasan atas kejahatan yang dilakukan.