HATI YANG LURUS & BENGKOK
Luthfi Bashori
Allah SWT mengagungkan hati karena memiliki keistimewaan yang menjadi tujuan penciptaannya. Allah SWT berfirman yang artinya, “(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Q.S. As-Syu’ara: 88).
Kebersihan hati seseorang dalam pandangan Islam itu akan terjadi, jika pemiliknya mampu menjadikan segala perilakunya disandarkan kepada Syariat yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia.
Secara praktek di lapangan, ia mencinta karena Allah, ia menghormat karena Allah, ia membenci karena Allah, ia memusuhi karena Allah, yaitu jika melihat segala sesuatu itu maka standar utamanya bukanlah demi kesenangan pribadi, atau kepentingan golongan, atau fanatisme organisasi, almamater, kesukuan, atau kekeluargaan, namun standar utamannya adalah kesesuaian dengan aturan Syariat. Â
Allah SWT berfirman yang artinya, “(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih sedang Dia (Allah) tidak kelihatan (olehnya) dan ia datang dengan hati yang bertaubat.” (Q.S. Qaf: 33).
Rasa takut kepada Allah itu antara lain harus diaplikasikan dalam bentuk ketaatan dalam melaksanakan semua aturan Syariat agama yang berbasis aqidah, akhlaq, ibadah dan muamalat.
Allah SWT berfirman yang artinya, “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Q.S. Qaf: 37).
Jika seseorang itu hatinya bersih, maka akalnya tidak akan melakukan tawar menawar dalam melaksanakan kewajiban bersyariat Islam, yang ada adalah rasa sam’an wa tha’atan (kami mendengar ajakan dan kami taat melaksanakannya). Namun jika hatinya kotor berpenyakit, maka akalnya itu menjadi banyak pertimbangan semisal, “Apakah aturan Syariat yang bagian ini cocok untukku atau tidak cocok?”. Yang ia merasa cocok ia kerjakan, yang merasa tidak cocok ia campakkan, begitu kurang lebih.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam tubuh setiap orang terdapat segumpal daging. Apabila ia lurus, maka seluruh aktifitas tubuhnya menjadi lurus, dan apabila ia bengkok, maka akan menjadi bengkok pula perbuatannya.”
Â