UJIAN; Tangga Menuju Kemuliaan
Dudy Akasyah, SAg., MSi.
Dialah (Allah) yang menciptakan kematian dan kehidupan sebagai ujian siapa di antara kamu yang terbaik amalnya. Dialah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS Al Mulk, 76:2).
Ujian dan Jawabannya
Setiap ujian yang terjadi pada kita selalu ada jawabannya. Dalam kesempitan sesengit apapun selalu ada solusinya. Semua jawaban kehidupan semuanya terdapat dalam Al Qur\`an. Solusi-solusi Al Qur\`an selalu jernih untuk kita terima. Nasihatnya menjernihkan dan melapangkan dada. Tak ada sedikit pun kekecewaan saat memperoleh nasihat Al Qur\`an. Penduan Allah laksana mata air di tengah tandusnya padang pasir dimana semua makhluk bumi amat berharap memperoleh cipratan rahmat-Nya.
Kita Punya Peluang Sama
Kita adalah manusia. Sebagai manusia kita sudah saling mengenal satu dengan lainnya tentang apa yang lazim terjadi dalam hati umat manusia. Berbeda jika saya membayangkan apa sich yang ada dalam benak seekor kambing tiap harinya? Apa sich cita-cita kambing dalam menjalani kehidupannya? Dan sebagainya.
Sebagai satu dari sekian banyak umat manusia di berbagai belahan bumi, kita tentu tahu apa saja kondisi hati masing-masing manusia. Saya kira temperamen “marah” tidak hanya milik kulit hitam, kulit putih, atau kuning, melainkan semua manusia potensial mempunyai sifat pemarah. Kegundahan tidak identik dengan manusia benua Asia, melainkan kegundahan juga milik setiap manusia yang menghuni berbagai benua. Sifat sombong tidak hanya milik negara tertentu, melainkan sifat itu terjadi pada semua orang, mulai etnis Eropa sampai Badui sekalipun mempunyai potensi yang sama. Termasuk kita sendiri! Na`udzubillahi min dzalik.
Oleh sebab itu, jika saya gundah maka jangan berkecil hati sebab semua manusia mempunyai perasaan gundah sama dengan saya. Atau perasaan takut miskin, terhina, rendah diri, dan sebagainya; kesemuanya lazim terjadi pada diri setiap manusia.
Gelisah itu Menyiksa
Sebagaimana kita tahu, perasaan gundah dan gelisah selalu memberi efek menyiksa sehingga mudah sekali menjungkir-balikan derajat manusia menjadi mirip binatang. Allah Swt sebagai Pencipta manusia sangat mengetahui potensi makhluk ciptaan-Nya oleh sebab itu Allah memberi serangkaian panduan yang termaktub dalam Al Qur`an yang mulia.
Al Qur`an Membahagiakan Manusia
Al Qur`an memberi panduan bahwa seyogyanya manusia berbahagia, tenang, dan syahdu dalam menjalani kehidupan fana. Al Qur`an juga memberi informasi bahwa syaitan selalu membisiki manusia menuju kehidupan hina sehingga patut peka dengan bisikan syaitan yang terkutuk. Melalui nasihat Al Qur`an inilah kita akan memasuki sebuah dunia baru “hati” dimana dari dalam diri terpancar tunas kebahagiaan, ketentraman, dan mensyukuri nikmat Allah yang tercurah setiap saat. Subhanallah.
Banyak sekali pengalaman hidupyang sebenarnya hal itu adalah ayat-ayat Allah (ayat kawniyah)dimana kita semakin yakin bahwa kehidupan dunia sebentar atau secepat kilat. Misalnya, hidup terasa hampa kalau tidak mengumpul bekal menuju akhirat, masa lalu yang berputar laksana mimpi, kematian kerabat atau teman-teman; kesemuanya itu menunjukan bahwa kehidupan dunia hanya sebentar dan tak sepantasnya jika manusia menggantungkan hidup semuanya untuk duniawi. Bukankah sebentar lagi bumi akan hancur? Bintang-bintang bertubrukan? Atau langit berwarna merah mawar, meleleh, dan menghancurkan semesta raya? Tak ada satu pun yang ditakuti ketika iman sampai pada tahap tinggi. Yang kita takuti hanya Allah Swt, Penguasa alam semesta.
Hidup Menunggu Apa?
Kita hidup di bumi menunggu apa? Konon ada seorang pemuda menunggu nikah, bukankah nikah itu awal perjuangan? Konon suami isteri menunggu kehadiran anak, bukankah mempunyai anak awal perjalanan ketat? Konon manusia menunggu masa pensiun dan menyaksikan cucu, tetapi bukankah penyakit rematik, rabun, dan sakit persendian tulang merupakan awal dari ujian hebat? Jadi, apa yang kita tunggu dari kehidupan dunia?
Tanpa renungan pun kita mampu sadar secepat-cepatnya sebab mata sering menatap pemandangan seperti itu, seperti gambaran tentang sibuknya orang mengurus harta, anak, dan tergopoh-gopohnya seorang kakek tua menjalani kehidupan fana. Gambaran tersebut semakin mengokohkan pendirian kita bahwa kehidupan dunia bukan tujuan dan bukan pula muara dari segala ambisi. Tujuan mukmin adalah akhirat sedangkan dunia bagi mukmin adalah arena perjuangan mengumpul bekal berupa pengokohan iman dan gencarnya amal salih.
Hari ini Bahagia dan Esok Lebih Bahagia
Alhamdulillah, sampai saat ini kita tetap berada dalam ketentraman. Adapun kegundahan semata tipu daya syaitan terkutuk. Alhamdulillah, kita dianugerahi kesederhanaan dalam berfikir sehingga memudahkan hati jernih kembali. Fitnah dunia pun mampu kita hindari setahap demi setahap sehingga jebakan-jebakan syaitan mampu diberangus sehancur-hancurnya. Syaitan selalu menghendaki perpecahan dan permusuhan sedangkan Allah Swt senantiasa menyatukan hati, menebar persaudaraan, dan menumbuhkan kasih sayang (rahmat) di antara manusia.
Tanpa berjuang di jalan Allah maka hidup kita akan hampa dan selalu hampa sampai kapan pun. Namun, jika kita memperteguh keyakinan untuk tetap beramal salih maka akan terasa bahwa detik-detik yang kita lampaui sangat bermakna bagi maslahat umat. Bermakna tidaknya suatu aktivitas ditentukan oleh seberapa tinggi aktivitas itu mempersembahkan nilai guna bagi orang lain. Suatu tindakan sungguh tidak bermakna apapun manakala tidak pernah memberi manfaat apapun bagi umat. Adapun untuk diri sendiri, paling-paling hanya sepiring nasi dan segelas air untuk tubuh supaya tidak limbung atau mata supaya tidak berkunang-kunang! Tentu untuk menangani masalah tsb dipastikan tidak akan menghambat semangat jihad dalam dada.
Perkataan seseorang seperti: “Jangankan memikirkan umat, memikirkan perut juga sulitnya bukan main.” Perkataan itu merupakan perkataan setiap orang yang hanya memikirkan “perut”. Percayalah, sampai kapan pun orang tersebut akan berkata seperti itu. Konon ada seorang pemulung berkata: “Boro-boro mikirin umat, mikirin perut juga mumet.” Mari kita samakan dengan pengalaman saya; Ada seorang berdasi mengendarai kendaraan mewah ditanya oleh temannya, “Hai bos mau kemana?” Orang berdasi itu menjawab: “Mau cari makan.” Ternyata perkataan demikian bukan disebabkan kemiskinan materi melainkan lebih disebabkan kemiskinan imani. Jadi mana yang benar, apakah pemulung yang hanya memikirkan perut atau orang berdasi mencari isi perut!
Uraian di atas bukan ditujukan pada orang-orang tertentu melainkan selayaknya menjadi renungan untuk kita sendiri. Sebagai mukmin, meski kita terbatas dalam hal materi, sewajarnya jika kita persembahkan potensi apa saja untuk agama Allah seperti menyumbang tenaga, senyuman, perkataan santun, dan ittikad baik. Jika kita dianugerahi Allah sebahagian dari rezeki-Nya maka kita pun mempunyai kesempatan menyokong perjuangan menegakkan kalimat Allah Yang Maha Tinggi. Intinya, seorang mukmin selalu menjadi orang dermawan dalam berbagai kondisi, baik di kala sempit maupun lapang. Ada cantik pepatah:
Mukmin miskin senantiasa ingin memberi dan mukmin kaya juga selalu ingin memberi.
Munafik miskin selalu ingin diberi dan munafik kaya juga selalu ingin diberi.
Saya yakin anda mempunyai sifat dermawan. Saat ini juga anda dapat berbagi bahagia dan tentram terhadap sesama. Anda punya bibir? Salam dan tersenyumlah terhadap manusia. Anda punya tangan? Elus anak yatim atau bantu sesama dengan tenaga. Anda punya telinga? Tampunglah curhat teman-teman yang ingin perkataannya disimak baik-baik. Itulah sifat dermawan dimana kita selalu ingin membagi bahagia terhadap sesama. Semoga Allah menjadikan apa yang kita lakukan sebagai bentuk peduli kita pada umat manusia sehingga hidup kita mempunyai nilai ibadah yang tiada putus.
Slogan Syaitani
Sekarang ini banyak slogan syaitani yang menyempitkan dada manusia Indonesia. Seperti “Pendidikan itu mahal” atau “Sehat itu mahal.” . Slogan itu hanya mencekik leher penulisnya sendiri, menzalimi diri sendiri, dan besarnya peluang syaitan menguasai manusia yang lalai dari mengingat Allah Swt.
Penutup
Ada sebagian orang berkata: “Ah, itu teori saja tapi praktiknya sulit.” Yang menjawab adalah kita sendiri. Mau tidak saya menguasai diri saya sendiri. Mau tidak saya menjadi \`presiden\` (khalifah) atas diri saya sendiri. Kalau anda sukses mengatur diri sendiri maka ketentramannya kembali pada anda sendiri. Kegagalan memimpin diri efeknya menebas diri sendiri. Insya Allah, kita mampu menjadi pemimpin bagi jiwa dan raga, mengendalikan nafsu, menumbuhkan iman di hati, dan tetap bergerak untuk mengumpulkan amal salih untuk kebaikan agama Allah dimana hal itu sebenarnya untuk kebahagiaan kita sendiri. Semoga kita bisa mengatasi tipu daya dan ujian duniawi sehingga memperoleh ridha dan rahmat Allah Swt di negeri akhirat kelak yang abadi, terbaik, dan penuh nikmat. Amin.