KELEBIHAN vs KEKURANGAN
Luthfi Bashori
Seorang Tabi’i, Sayyidina Sa’id ibnu Al-Musayyib berpesan, “Tidak seorang pun yang mulia atau yang berilmu atau yang berkedudukan, melainkan mempunyai kekurangannya masing-masing. Akan tetapi, sebaiknya seseorang tidak perlu menyebutkan kekurangan orang lain, sebab siapa pun yang keutamaannya melebihi kekurangannya, maka kekurangannya akan lenyap dengan kemurahan Allah.â€
Berbicara tentang kepribadian seseorang, maka apa yang disampaikan oleh Sayyidina Said bin Musayyib, sangatlah tepat terutama di era digital seperti saat ini. Karena ungkapan para netizen di dunia medsos itu sangat vareatif, mulai dari postingan yang bersifat kalimat thayyibah (ucapan yang baik), juga ujaran kebencian, bahkan kata-kata jorok yang sebenarnya tidak pantas untuk diposting di depan publik.
Maka ibu jari para netizen itu sangat berpengaruh dalam menentukan pilihan postingan apa yang sebaiknya ditulis, dan ibu jarinya itulah yang sebenarnya dapat melukiskan sifat-sifat yang terdapat dalam hati setiap pengguna medsos.
Termasuk dalam menyikapi perilaku orang lain, maka jika terkait urusan pribadi, hendaklah berhati-hati, jangan sampai menghina lawan bicara, atau teman bergaul, serta siapa saja yang menjadi kawan interaksi.
Kecuali jika ada orang lain yang berbuat kemunkaran, dan dirasa tidak ada jalan lain untuk mengingatkan selain harus lewat medsos. Maka setelah menerangkan bukti-bukti kemunkaran dari lawan bicara yang juga diposting di dunia medsos, bolehlah seseorang itu mencounter kemunkaran itu dengan dalil-dalil syariat dan disampaikan dengan menggunakan bahasa ilmiah, karena amalan ini termasuk dalam rana Nahi Munkar. Namun tetap harus menjaga diri agar tidak menyinggung pribadi lawan bicara, seperti menyindir bentuk fisik misalnya yang dianggap kurang sempurna, atau menyinggung status sosial (ekonomi) di tengah masyarakat semisal kemiskinan.