BERBUAT KEBAIKAN SETELAH MAKSIAT
Luthfi Bashori
Ulama Sunni terkemuka Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah berkata, “Ketahuilah, bahwa hamba yang beriman itu, meskipun dirinya pernah menaati setan, namun hatinya tidak ridha. Perumpamaannya adalah seperti orang yang terjatuh ke tempat najis, sedangkan di depannya ada kolam air yang suci. Maka hatinya bersama air, meskipun dirinya di tempat najis. Maka hal itu menjadi sebab baginya untuk membersihkan diri dari maksiat. Asalnya ialah Allah SWT, memperlakukan para hamba menurut keyakinan hati mereka. Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentukmu, tetapi Dia melihat kepada hatimu.” Dalam hadits ini terdapat kesimpulan yang baik, yaitu bahwa orang yang munafik menyebut kalimat tauhid dengan lisan, sedangkan hatinya tidak ridha. Maka ia tidak diberi pahala pada Hari Kiamat atas pengakuannya dengan lisan. Demikian pula orang mukmin yang melakukan maksiat terus menerus, tetapi ia tidak ridha atas perbuatannya sehingga diharapkan ia tidak dihukum.”
Betapa besar kasih sayang Allah terhadap orang-orang yang beriman. Sekalipun orang tersebut berkali-kali terjerumus ke dalam lembah maksiat, namun jika hatinya masih merasa takut kepada Allah serta mengharap turunnya ampunan dan rahmat untuk dirinya, maka Allah pun tidak akan menyia-nyiakan keyakinan hati orang tersebut. Betapa luasnya rahmat, ampunan dan maghfirah Allah yang diperuntukkan bagi umat Islam yang hatinya ingin bertobat.
Rasulullah SAW juga memberikan tips yang cukup membantu dan meringankan beban pikiran umat Islam yang terjerumus ke dalam dosa-dosa dan tidak mampu ia hindari, beliau SAW bersabda:
“Bertaqwalah dimana saja engkau berada. Ikutilah perbuatan buruk itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapus (dosa)-nya. Berakhlaqlah terhadap manusia itu dengan adab sopan satun yang baik.” (HR. Ahmad, Attirmidzi, Alhakim, Albaihaki, Addarimi & Albazzar).