|
Pengasuh Ribath Almurtadla Al-islami
Ustadz H. Luthfi Bashori |
|
 |
Ribath Almurtadla
Al-islami |
|
|
Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) |
|
|
|
|
|
Book Collection
(Klik: Karya Tulis Pejuang) |
Pengarang: H. Luthfi B dan Sy. Almaliki |
|
• |
Musuh Besar Umat Islam |
• |
Konsep NU dan Krisis Penegakan Syariat |
• |
Dialog Tokoh-tokoh Islam |
• |
Carut Marut Wajah Kota Santri |
• |
Tanggapan Ilmiah Liberalisme |
• |
Islam vs Syiah |
• |
Paham-paham Yang Harus Diluruskan |
• |
Doa Bersama, Bahayakah? |
|
|
|
WEB STATISTIK |
|
Hari ini: Senin, 22 September 2025 |
Pukul: |
Online Sekarang: 6 users |
Total Hari Ini: 202 users |
Total Pengunjung: 6224314 users |
|
|
|
|
|
|
|
Untitled Document
PEJUANG ISLAM - KARYA ILMIAH USTADZ LUTHFI BASHORI |
|
|
ANDAIKAN SAJA KH. HASYIM ASY`ARI HADIR DALAM MUKTAMAR NU. |
Penulis: Pejuang Islam [ 10/9/2016 ] |
|
|
ANDAIKAN SAJA KH. HASYIM ASY`ARI HADIR DALAM MUKTAMAR NU.
Luthfi Bashori
Karena faktor perbedaan generasi, maka secara jujur harus saya katakan bahwa saya tidak pernah bertemu dengan Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy`ari, sehingga saya tidak bisa banyak bercerita secara langsung tentang beliau, rahmatullah `alaihi.
Tetapi, bukan berarti saya orang yang tidak mengenal riwayat perjuangan beliau dalam membesarkan Nahdlatul Ulama, Jam`iyyah terbesar di tanah air ini. Teringat, pada saat Almaghfur lah, KH. Yusuf Hasyim putra Hadlratus Syaikh masih sehat, saya pernah ditelpun oleh beliau dan diminta datang ke Tebu Irang tempat kediaman beliau.
Banyak informasi yang saya dapatkan tentang perjuangan ayahanda beliau, KH. Hasyim Asy`ari dalam memperjuangkan kelestarian aqidah Ahlus sunnah wal jama`ah dalam madzhab Syafi`i, dari gerogotan pemahaman non Sunni Syafi`i, semacam gencarnya penyebaran pemahaman transnasional, maupun dari rongrongan upaya kristenisasi kaum penjajah, serta serangan keji kelompok komunis.
Selama tiga hari saya bermalam di rumah dinas kepesantrenan Tebu Ireng atas undangan KH. Yusuf Hasyim. Dalam kesempatan itu saya mohon izin masuk ke perpustakaan pesantren, untuk membaca karya tulis maupun berita tentang figur salah satu tokoh sesepuh Islam Indonesia yang termasuk paling saya hormati, yaitu pendiri NU, KH. Hasyim Asy`ari.
Setelah disuguhi sarapan pagi, saya bergegas menuju perpustakaan tersebut. Beruntung penjaga perpustakaan bersedia mendampingi saya dengan telaten dan menyediakan apa-apa yang saya minta, salah satunya adalah arsip surat menyurat dari KH. Hasyim Asy`ari kepada para penguasa saat itu, yang notabene dari kaki tangan kaum imperialis Belanda dan Jepang. Betapa tegasnya KH. Hasyim Asy`ari menolak sebuah kebijakan penguasa jika dinilai merugikan kepentingan umat Islam. Dalam sebuah koran yang diarsip oleh perpustakaan, juga banyak memberitakan tentang ketegasan penolakan Hadratus Syaikh terhadap beberapa upaya non muslim yang berusaha mengegolkan kepentingan mereka, namun merugikan kepentingan warga mayoritas muslim. Ketegasan penolakan terhadap aliran sesat, bahkan yang masih diduga sesat seperti penolakan terhadap paham Syi`ah Zaidiyyah, sekalipun sebagian ulama terdahulu masih dapat mentolelir paham Zaidiyyah, yaitu paham yang meyakini bahwa Sayyidna Ali bin Abi Thalib adalah lebih afdhal dibanding ke tiga khalifah sebelumnya. Apalagi paham Syi`ah imamiyah Khomeiniyah yang mengkafirkan ketiga khalifah pendahulu Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Namun Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy`ari dengan tegas melarang warga NU untuk `bekenalan` dengan paham Zaidiyayh, demi menjaga kelestarian dan kemurnian aqidah warga Sunni Syafi`i.
Tak ada tergambar sedikitpun pemikiran sekularis, pluralis dan liberalis dalam pribadi Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy`ari, sebagaimana yang saya baca dan yang saya pahami. Termasuk dari keterangan yang saya dengarkan langsung dari putra beliau sendiri, KH. Yusuf Hasyim, bahwa ayahanda beliau adalah gambaran figur ulama salaf, baik dari sisi atribut pakaian maupun perilaku dan pemahaman serta pengamalannya.
Saat ini, saya hanya dapat berandai-andai, maksud saya andaikata Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy`ari hadir dalam Muktamar NU Makassar lantas terpilih ulang untuk menjadi Rais Aam, serta memilih figur ketua tanfidziyyah yang sam`an wa tha`atan kepada kebijakan Rais Aam, sekaliber Hadlratus Syaikh Hasyim Asy`ari. Tentu warga NU akan menjadi kekuatan yang sangat dahsyat dalam membentengi kelestarian dan kemurnian aqidah Ahlus sunnah wal jama`ah, di tengah gencarnya serangan dari berbagai macam pemahaman dan aliran serta berbagai problematika ummat.
Gus Sholah, apakah antum bisa mewujudkan harapan warga `pinggiran` Jam`iyyah Nahdlatul Ulama seperti saya dan jutaan orang seperti saya ini ?
Saya senantiasa berdoa, semoga antum sebagai cucu Hadlratus Syaikh KH. Hasyim Asy`ari, dapat memperjuangkan kepentingan ummat Islam secara makro. Amiiin.
|
1. |
Pengirim: ahmad - Kota: probolinggo
Tanggal: 26/3/2010 |
|
Biodata: KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah)
Nama: IR. H. SALAHUDDIN WAHID
Lahir: Jombang, 11 September 1942
PENDIDIKAN:
* Institut Teknologi Bandung (ITB)
* Mengikuti berbagai seminar dan Pelatihan Kepemimpinan
PENGALAMAN PEKERJAAN:
* Wakil Ketua Komnas HAM (2002-2007)
* Anggota MPR (1998-1999)
* Penulis lepas pada berbagai media (1998-sekarang)
* Assosiate Director Perusahaan Konsultan Properti Internasional (1995-1996)
* Direktur Utama Perusahaan Konsultan Teknik (1978-1997)
* Direktur Utama Perusahaan Kontraktor (1969-1977)
PENGALAMAN ORGANISASI:
* 1957-1961 Kepanduan Ansor
* 1961-1962 Wakil Ketua OSIS SMAN 1 Jakarta
* 1963-1964 Anggota pengurus Senat Mahasiswa Arsitektur ITB
* 1967 Bendahara Dewan Mahasiswa ITB
* 1964-1966 Komisariat PMII ITB
* 1964-1966 Wakil Ketua PMII Cabang Bandung
* 1966-1967 Dewan penurus Pendaki Gunung Wanadri
* 1973-skrng Anggota Ikatan Arsitek Indonesia
* 1988-skrng Anggota Persatuan Insinyur Indonesia.
* 1989-1990 Ketua DPD DKI Indkindo (Ikatan Konsultan Indonesia)
* 1991-1994 Sekretaris Jenderal DPP Inkindo
* 1993-1994 Pemred Majalah Konsultan
* 1994-1998 Ketua Departemen Konsultan Manajemen Kadin
* 1995 Mendirikan Ikatan Konsultan Manajemen Indonesia
* 2002-2005 Anggota Dewan Pembina YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
* 1999-2004 Ketua PBNU
* 2000-2005 Ketua MPP ICMI
* 1995-2005 Anggota Dewan Penasehat ICMI
* 1998-1999 Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Umat
* 1998-1999 Ketua Lajnah Pemenangan Pemilu PKU
* 2002-2005 Ketua Umum Badan Pengurus Yayasan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
* 2000-skrg Ketua Badan Pendiri Yayasan Forum Indonesia Satu.
* 1993-skrg Anggota Pengurus IKPNI (Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia)
* 1982-1994 Pendiri, Ketua, Angg. Badan Pengurus Yayasan Baitussalam
* 1985, 1999 Pendiri, Sekretaris Yayasan Wahid Hasyim
* 2006-Sekarang, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang
* 2009-Sekarang, Dewan Pembinan Yayasan Hasyim Asy'ari.
|
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
. |
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Pengirim: ahmad - Kota: probolinggo
Tanggal: 26/3/2010 |
|
APA KATA GUS SHOLAH
Menurut Bapak, bagaimana semestinya NU bersikap terhadap ideologi transnasional?
Menurut saya ideologi tidak hanya menegenai pemikiran keagamaan. Bahkan yang paling berat justru ideologi ekonomi. Itulah yang saya maksudkan dari awal, bahwa ideologi ekonomi juga harus kita perkuat. Karena kalau tidak, maka kita hanya akan meributkan liberalisme dan fundamentalisme pemikiran keagamaan saja. Sementara itu kita tidak pernah meributkan liberalism ekonomi. Padahal ini juga sangat membahayakan kehidupan umat.
Menurut saya kita harus menyuarakan ideology ekonomi. Karena itulah kekuatan utama masyarakat sipil yang menyentuh kehidupan masyarakat secara langsung.
Sedangkan kalau ideologi keagamaan, kita tetap akan berpegang pada prinsip-prinsip Itidal (berpegang pada keadilan dan kebenaran), tawassuth (moderat), tawazun (seimbang) dan tawazun (toleran) yang berdasarkan akidah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Selain itu maka harus kita tolak.
Hanya saja bagaimana cara menolaknya, ini adalah pertanyaan besar. Kalau kita lihat masjid-masjid banyak yang diserbu orang berpaham lain. Maka di sini NU perlu secara organisasi mengatur dai-dainya, jangan sampai rebutan juga. Kita juga harus mencari bibit yang harus kita tampilkan, kita didik dan kita fasilitasi, baik melalui media televisi, radio, Koran ataupun panggung-pangung dakwah lainnya. Sehingga mereka bisa menampilkan pemikiran-pemikiran dan dakwah yang baik, yang sejalan dengan tradisi kita.
Ada banyak pernyataan bahwa banyak Masjid-masjid NU direbut orang lain adalah karena orang-orang NU mulai meninggalkan masjidnya sendiri. Menurut Bapak bagaimana?
Di beberapa tempat tertentu mungkin benar, di Jakarta saya kira memang begitu. Jadi Masjid-masjid kita di Jakarta hanya diurusi oleh orang-orang yang seadanya saja. Diurusi oleh orang-orang yang, jika menerima penyerbuan dari pihak lain yang memiliki rencana menyeluruh, sudah pasti kalah. Tetapi kalau orang-orang yang memiliki kualitas bagus, mau mengurusi masjid, kita tidak akan kalah.
Selain Masjid kita juga harus memperhatikan media dakwah lainnya, yakni adalah penerbitan. Kita kalah betul dalam hal penerbitan apalagi media elektronik seperti televisi. Ini harus menjadi telaah kita. Kenapa kita selalu menjadi pasar? Pasar ideologi, pasar bahan bacaan, pasar tayangan televisi tanpa kita berdaya menghadapinya.
Celakanya, kita berpikir bahwa kita tidak mampu. Maka ya sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, lah wong kita sudah menganggap diri kita tidak mampu. Padahal mestinya tidak begitu.
Mestinya kita mampu. Karena mampu atau tidak mampu itu harus kita lihat setelah kita berusaha dalam jangka waktu tertentu, entah lima tahun atau sepuluh tahun misalnya. Jadi seperti Mizan, majalah-majalah seperti Alkisah, Hidayatullah, Sabili dan lain-lain, saya pikir mereka hadir pada saat yang tepat. Sabili itu pernah mencapai titik 100 ribu eksemplar lebih perterbitan, sekarang paling-paling tinggal 30 ribu saja. Tetapi mereka sudah pernah berjaya, kita harus mencoba seperti mereka. Saya pikir seperti Majalah Mataair itu bagus sekali dari sisi isi, tetapi saya tidak tahu apakah dari sisi pemasaran sudah cukup menjawab tuntutan pasar atau tidak.
Saya ingat waktu dulu, Tempo pernah punya majalah Zaman, Bu Nuriyah (isteri Gus Dur red) dulu pernah bekerja di sana tahun 1972. Majalah Zaman Itu dirubah-dirubah begitu untuk menyesuaikan pasar, lalu akhirnya mati karena tidak bisa lagi bertahan. Suara pembaruan juga pernah punya Majalah Mutiara kemudian menjadi tabloid, naik turun dan akhirnya mati juga. Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa dunia penerbitan memang sukar tetapi pada intinya kita jangan mudah menyerah.
Tentang Dakwah dalam arti keulamaan di masyarakat secara umum?
Ya kalau kita mau, mestinya kita bikin kajian yang serius, kita bikin survey yang akurat. Dari sana kita bisa tahu, kekurangan dakwah kita itu apa. Agar kita dapat menjawab kekurangan dakwah kita dengan cara yang tepat
Jangan sekali-kali kita langsung menyimpulkan dan menjawab secara langsung dengan mengira-ngira seolah-olah kita tahu persis suatu masalah tanpa melakukan penelusuran terlebih dahulu dengan semestinya. Tetapi cari dan jawablah pada sumbernya yang primer.
Pandangan Bapak mengenai implementasi Khittah?
Khittah itu kan luas sekali. Tidak hanya bersinggungan dengan politik praktis. Khittah adalah juga pedoman berpolitik bagi kader-kader NU. Nah sekarang pertanyannya apakah pedoman ini dipakai? Kalau sekarang kita lihat perilaku berpolitik kader-kader NU, kita lihat mereka tidak lebih baik, kalau tidak mau mengatakan tidak lebih buruk, dibanding dengan politisi yang lain, gak ada bedanya kan? Nah makanya implementasi khittah yang mana yang dimaksudkan?
Jadi kalau saya tegaskan, jika maksudnya adalah NU tidak memiliki hubungan langsung dengan partai politik manapun. Nah ini harus kita tegaskan, Muktamar harus menegaskan, jangan sampai ada lebih dari satu penafsiran. Kalau tidak ditegaskan, ya sudah kita akan kembali kepada kondisi yang kemarin.
Saya pribadi sudah sering mengatakan: warga NU tidak cukup atau terlalu besar untuk ditampung oleh hanya satu partai. Kalau kita belajar dari sejarah, tahun 1955 NU punya suara 18.3 persen, sebagian warga NU dan tokoh NU masih ada yang nyangkut di Masyumi karena kita mula-mula berada di Masyumi, tersisa Cuma 183 persen itu. Tahun 1971 naik nol koma sekian persen menjadi (18.8). Ketika pemilu 1971 sudah berada dalam tekanan Golkar, dan selanjutnya adalah pemilu sandiwara. Hingga pada 1999 PKB 12 persen dan PPP 10 persen. Kalau kita anggap 2/3 suara PPP adalah warga NU maka ada 7 persen warga NU di PPP. Ini berarti suara NU di PKB dan PPP ada sekitar 20 persen. Di Golkar saya yakin ada setidaknya 5 persen suara warga NU. Jadi setidaknya suara warga NU adalah sebesar 25 persen akumulasi tersebut.
Nah pada pemilu kemarin, kalau kita hanya menganggap suara NU ada di PPP, PKB dan PKNU maka hanya ada sekitar 10 persen saja. Padahal saya yakin di Demokrat ada setidaknya 10 persennya adalah warga NU dan setidaknya 25 persen dari perolehan Golkar. Maka saya yakin sebenarnya suara NU tidak pernah kurang dari 25 persen setiap pemilunya. Dan ini tersebar di berbagai partai politik. Suara sebesar ini tidak mungkin kita tampung dalam satu partai. Artinya kalau kita tetap ngotot mendukung hanya satu partai, maka pasti sia-sia.
Peran NU dalam hubungan antar agama?
Selama ini kebijakan NU sudah tepat dalam hal kerukunan beragama. Sudah cukup dan tidak ada yang salah. Apakah ada yang salah? Menurut saya akan salah bila kita hanya mengurusi hal itu saja, dan mengabaikan hal-hal lainnya. Itu saja. Menurut saya, kebijakan mengenai kerukunan beragama harus dipegang oleh syuriyah.
Kan kita sepakat bahwa tanfidziyah adalah pengemban tugas-tugas operasional intern. Jadi semua urusan yang berhubungan dengan kebijakan ke luar berada di bawah kendali syuriyah.
Termasuk tugas Syuriyah adalah mengawasi tanfidziyah, maka menurut saya idealnya Rois Am dipegang oleh orang yang memiliki kemampuan mengawasi. Jangan sampai seorang yang diawasi malah lebih gesit dari pada yang mengawasi. Kan susah jadinya. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
. |
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Pengirim: shabirin dalwa - Kota: pontianak
Tanggal: 27/3/2010 |
|
wlaupun yg kita hrapkan yg bkal clon pmimpin kuat gus sholah..nmun pa mw d kta..trnyata yg mmenangkan iai sahl mahfudz..mdh2an bliau jg mmpnyai so2k kpmimpinan kiai hasyim Asy'ari,..Amiin slam hormat n kagum bt ust.lutfi bashori.. |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Amiiin |
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Pengirim: Yudiantara - Kota: Malang
Tanggal: 30/3/2010 |
|
Syukur allhamdullilah kita sebagai umat islam masih memiliki ulama seperti KH Lutfi, yang senantiasa memperjuangkan islam secara murni sesuai tuntunan para ulama terdahulu, terpikir jadinya, bagaimana seandainya kita tidak memiliki ulama-ulama seperti beliau,dalam angan-angan ku sebagai orang awam, bagaimana caranya kita menemukan sosok guru panutan sebagaimana yang dicontoh KH Hasyim asyari dijaman seperti ini? trima kasih saya haturkan kepada pak Kyai yang telah mengingatkan kembali akan perjuangan-perjuangan ulama-ulama terdahulu..semoga ust selalu deiberikan kesehatan dan kesejahteraan untuk membimbing kami, amien |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudah2an bermanfaat untuk ummat Islam. |
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Pengirim: ibnu - Kota: jakarta
Tanggal: 1/4/2010 |
|
terkait dengan terpilihnya said aqil siradj, bagaimana pendapat antum? |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Kami posting tentang pemikiran Said Aqil Siroj pada kolom Teriakan Pejuang, silahkan membaca. |
|
|
|
|
|
|
|
6. |
Pengirim: uyen - Kota: tarakan
Tanggal: 26/5/2010 |
|
sawa..antum benar sebagai pengagum KH. Hasyim ... ana rada kecewa dg NU yg sekarang.. sudah masuk faham aneh dan tokoh2 yg aneh... spti..Ulil Absar, Guntur Romli.Dll.. yg jauh dari toriqohnya KH.Hasyim.. yang kasian malah masyarakat yg fanatiknya buta karana ketidak fahaman mereka.... Wallahualam |
[Pejuang Islam Menanggapi]
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
Mudah-mudahan umat Islam diselamatkan oleh Allah. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kembali Ke atas | Kembali Ke Index Karya Ilmiah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|